Kesaksian
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”
(Roma 1:37)
Saya akan sedikit memberikan kesaksian kehidupan saya, di mana Tuhan merubah saya dari masa lalu yang tidak baik, tidak benar di hadapan Tuhan, menjadi segambar dan serupa dengan Dia melalui sebuah proses yang luar biasa.
Nama saya Yohan Buana Saputra dan saat ini saya adalah salah satu pengerja di GBI Empangsari-Tasikmalaya, Bandung. Di mana pada awal pertobata...
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil”
(Roma 1:37)
Saya akan sedikit memberikan kesaksian kehidupan saya, di mana Tuhan merubah saya dari masa lalu yang tidak baik, tidak benar di hadapan Tuhan, menjadi segambar dan serupa dengan Dia melalui sebuah proses yang luar biasa.
Nama saya Yohan Buana Saputra dan saat ini saya adalah salah satu pengerja di GBI Empangsari-Tasikmalaya, Bandung. Di mana pada awal pertobatan saya, Tuhan memproses saya melalui sakit penyakit, yang bagi saya itu sangat menakutkan.
Sewaktu saya tinggal di kota Tasikmalaya, saya mengalami sakit batuk dan batuk saya mengeluarkan darah. Saat itu saya sendirian karena istri sedang berangkat ke Hollyland. Akhirnya saya memutuskan untuk berobat ke dokter, hasilnya dokter menyampaikan kalau saya menderita TBC. Karena dari hasil rontgen ada terdapat flek di paru-paru saya.
Karena keadaan yang membuat saya tidak bisa mengurus diri sendiri, maka saya pergi ke Jakarta ke rumah orang tua saya, didampingi oleh seorang teman. Di dalam perjalanan ke Jakarta saya batuk-batuk dan muntah mengeluarkan darah. Melihat hal ini saya menjadi takut. Akhirnya saya memutuskan untuk memeriksakan diri pada salah satu rumah sakit swasta di Bandung.
Pada saat saya cek ke dokter dan melihat hasil pemeriksaan, saya sangat terkejut dengan apa yang disampaikan oleh dokter tersebut, “Pak, maaf kemungkinan besar bapak menderita kanker paru-paru atau minimal tumor paru-paru”. Mendengar penjelasan dokter tersebut, dunia terasa seakan runtuh, ketakutan dan kecemasan melingkupi kehidupan saya. Saat itu saya hanya bisa menangis dihadapan Tuhan. “Mengapa saya diberikan sakit seperti ini? Saya baru saja menikah Tuhan.” Saya takut…saya takut sekali.
Saya bingung bagaimana menyampaikan berita ini kepada istri saya, karena ia baru 2 hari tiba di Hollyland. Namun pada akhirnya saya memberitahukan mengenai apa yang saya alami dan begitu mendengar kabar ini istri saya menangis dan ia pun berdoa di sana.
Kemudian saya cek up lagi pada dokter spesialis paru-paru di salah satu rumah sakit di daerah Bekasi, karena orang tua saya tinggal di sana. Melalui beberapa kali pemeriksaan juga CT scan, dokter menyampaikan kepada saya bahwa beliau belum dapat menyimpulkan apakah saya menderita kanker paru-paru atau tumor, karena dari hasil CT scan; paru-paru saya banyak sekali gelembung-gelembung yang menutupi paru-paru.
Mendengar hal ini saya terkejut, saya bertanya kepada Tuhan “Tuhan, bagaimana caranya? Saya tidak tahu saya sakit apa?“ Saya pun bertanya kepada dokter, dan dokter mengatakan bahwa hanya dengan biopsi, dapat diketahui apakah ada kadar tumor atau kanker di dalam patu-paru saya.
Kemudian saya bertanya lagi, “Apakah ada cara lain?” Akhirnya dokter berkata: “Coba diambil darah dulu”. Waktu yang harus dilalui kira-kira 2 minggu untuk menunggu hasil cek darah, sampai akhirnya istri saya sudah pulang dari Hollyland, namun ia tidak memperlakukan saya seperti orang sakit. Dia memberikan saya semangat untuk bangun, jangan tiduran terus, karena Tuhan sudah menyembuhkan saya.
Mendengar hal ini saya kaget padahal saat itu saya sedang berbaring di kamar, sedang muntah-muntah, dan panas dingin. Namun istri saya terlihat cuek dan selalu mengatakan, saya orang sehat bukan orang sakit. Saya kaget dengan kalimatnya setelah pulang dari Israel itu. Ia mempunyai iman sebesar itu, padahal dokter sendiri belum dapat menyatakan penyakit apa yang saya derita.
Di perjalanan selama waktu 2 minggu itu, setiap hari istri saya mendoakan saya. Pada saat itu saya tidak bisa berdoa kepada Tuhan, saya marah dan kecewa sama Tuhan karena tidak dapat menerima proses ini. Sakit rasanya.
Setiap hari saya mencari informasi tentang penyakit ini, bahwa jangka waktu penderitanya hanya sekian tahun. Rasanya tidak adil buat saya, disaat saya ingin sungguh-sungguh dengan Tuhan, sedang ingin dekat dengan Tuhan tetapi mengapa ini yang saya alami?
Singkat cerita pada waktu tiba saatnya saya mengambil hasil tes, malam harinya saya baru bisa berdoa setelah 2 minggu saya berserah kepada Tuhan, Kalau memang Tuhan mau panggil, pasti Tuhan panggil. Tetapi kalau memang belum waktunya, izinkan saya melayani Tuhan dalam kehidupan saya.
Pada waktu mengambil hasil tes lab. tersebut, ternyata hasilnya banyak sekali hasil yang bertulisan “positif”. Saya tidak begitu mengerti positif apa? Saya hanya berpikir, ini pasti positif tumor atau kanker. Saya katakan kepada istri saya: “Sudahlah tidak perlu ke dokter lagi, buat apa? Hasilnya juga positif”. Tetapi istri saya tetap menguatkan: ”Ayo, kita sudah datang ke tempat ini, tinggal selangkah lagi kita harus tahu hasilnya.” Dan akhirnya sayapun masuk bersama dengan istri.
Ketika dokter melihat hasilnya, dia hanya tertawa dan memberikan saya selamat. Terus terang saya kaget melihat reaksi dokter saat itu, padahal saya melihat hasil pemeriksaan hasilnya positif. Namun dokter memberitahukan bahwa saya mengalami TBC Akut. Di situ saya bersyukur, Puji Tuhan saya hanya mengalami TBC.
Selama proses dalam waktu 1 bulan dari pertama kalinya saya sakit sampai saya menerima hasil tes lab. itu, Tuhan banyak sekali mengajarkan saya: “Serahkanlah kekuatiranmu hanya kepada-Ku, anak-Ku.” Seperti yang Firman Tuhan katakan dalam I Petrus 5:7
“Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu”.
Pada waktu saya dinyatakan TBC akut, saya merasakan ketenangan dan saya tetap mengikuti pengobatan selama 6 bulan. Saya mampu berhenti merokok, dan berhenti minum alkohol. Di situ saya tahu ternyata yang Tuhan inginkan adalah saya dibersihkan dari kehidupan duniawi. Karena kalau tidak dengan sakit penyakit itu, mungkin saya masih hidup di dunia ini dengan gaya hidup yang masih merokok, minum-minum, nongkrong sana-sini yang tidak berkenan di hadapan Tuhan. Tetapi karena proses dari Tuhan, maka saya mulai belajar, bahwa kehidupan saya bukan lagi kepunyaan saya sendiri, tetapi milik Tuhan.
Saudara-saudara, serahkanlah hidupmu kepada Tuhan, pada waktu kita mau dibentuk dalam proses sama Tuhan, percayakan kepada Tuhan. Dia sanggup menghapus dosa masa lalu kita dan menjadi berkat di masa depan. Tuhan sanggup mengubah kehidupan kita yang buruk di masa lalu menjadi baik, segambar dan serupa Tuhan Yesus. Amin.
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala