Kesaksian
“Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan”. Yesaya 55:10
Dampak Covid-19 kepada perekonomian dunia sangat dahsyat. Penyebaran virus Corona sendiri sudah berdampak pada berbagai sektor perekonomian yang ada di Indonesia. Hal ini dirasakan pula dampaknya oleh seorang anak Tu...
“Sebab seperti hujan dan salju turun dari langit dan tidak kembali ke situ, melainkan mengairi bumi, membuatnya subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan, memberikan benih kepada penabur dan roti kepada orang yang mau makan”. Yesaya 55:10
Dampak Covid-19 kepada perekonomian dunia sangat dahsyat. Penyebaran virus Corona sendiri sudah berdampak pada berbagai sektor perekonomian yang ada di Indonesia. Hal ini dirasakan pula dampaknya oleh seorang anak Tuhan yang bermukim di kota Medan. Bapak Gustaf, seseorang yang cinta Tuhan dan melayani di GBI Medan, berbagi pengalaman hidupnya dengan Tuhan.
Pekerjaan saya adalah menjadi konsultan franchise yang menangani berbagai brand yang akan merintis atau membuka outlet di Kota Medan. Namun dengan adanya wabah COVID-19 yang merebak hampir diseluruh Indonesia otomatis berdampak pula pada pekerjaan saya sebagai seorang konsultan. Kebanyakan brand yang saya tangani berasal dari Jakarta dan mereka menunda sementara waktu kedatangannya ke Medan.
Dalam masa pandemi ini kondisi jasmani memang harus diperhatikan, menjaga kesehatan juga kebersihan… namun ada juga krisis yang harus dihadapi dalam masa pandemi COVID-19 ini. Banyak orang di PHK, ada yang sebagian menutup usahanya, kerjasama pekerjaan yang tertunda. Sedangkan urusan dapur harus tetap ngepul, kebutuhan sehari-hari tidak bisa ditunda; begitupun dengan biaya hidup tidak bisa berhenti. Kita tidak pernah tahu kapan pandemi ini akan berlalu.
Saya juga memiliki usaha tambahan, yaitu berjualan pisang goreng yang saya kelola di sebuah ruko yang saya miliki. Jauh sebelum merebaknya wabah COVID-19 ini saya telah menerapkan kebersihan dan kualitas dari pisang goreng yang saya jual. Bahan dan minyak gorengnya selalu baru, tidak memakai minyak bekas atau minyak goreng curah, dan dalam mengolahnya pegawai sayapun selalu menjaga kebersihan dengan memakai sarung tangan. Saya menjualnya Rp2.000/pcs, sedangkan dipinggir jalan pisang goreng umumnya dijual dengan harga Rp.1500. Dengan harga yang tidak berbeda jauh dari yang dijual di pinggir jalan , saya mengolahnya dengan bahan-bahan yang segar dan higienis. Tetapi jumlah penjualan kami jauh dari apa yang saya harapkan. Padahal secara rasa, produk yang saya jual itu sangat enak, dibuat dengan cita rasa yang berbeda. Orang tetap memilih yang lebih murah harganya tanpa peduli dengan kebersihan. Dagangan saya terpukul , tetapi saya tetap konsisten dengan kualitas yang baik.
Sering kali ada godaan untuk juga menjual dengan harga murah dan kualitas murahan, tetapi saya berpikir itu tidak baik, karena saya dan keluarga juga makan dari apa yang kami jual. Pada prinsipnya kami mau apa yang keluarga dan orang lain makan itu sehat.
Tetapi dari tahun ke tahun, tidak ada perkembangan dari usaha ini. Hanya mentok di satu titik, dalam sehari hanya sedikit pisang goreng yang terjual, bahkan kadang cenderung sepi pembeli. Kebanyakan mereka lebih senang membeli dipinggir jalan dari pada di toko. Saya pun sudah tidak sepenuh hati memperhatikan jalannya usaha ini, lebih fokus pada pekerjaan sebagai konsultan.
Memasuki pertengahan Maret 2020 wabah COVID-19 mulai dirasakan hampir merata diseluruh Indonesia. Waktu wabah COVID-19 ini merebak banyak orang mulai sadar tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan. Orang-orang mulai memiliki gaya hidup dan pola makan yang bersih, tidak lagi sembarang makan atau jajan dipinggir jalan.
Dalam masa itulah pisang goreng yang saya jual mulai dilirik banyak orang. Penjualan saya semakin hari semakin bertambah, semakin banyak pembeli. Sayapun mulai memikirkan berbagai cara agar pisang goreng ini dapat dikemas, disimpan dan awet dalam 1 minggu. Penjualan yang meningkat tajam, menginspirasi kami untuk membuat pisang goreng dalam bentuk olahan setengah matang. Sehingga pelanggan dapat menggoreng sendiri di rumahnya ataupun dibawa sebagai oleh-oleh.
Puji Tuhan, dalam masa pandemi pisang goreng ini tanpa diduga laku keras. Dalam sehari saya bisa menjual 500 pisang dalam kemasan, belum lagi pisang yang sudah siap makan. Saya juga membuat bumbu nasi Hainam siap saji dan inipun laku keras. Kalau dulu hanya laku 10 bungkus per hari, sekarang bisa laku 60 bungkus per hari; bahkan lebih. Dalam masa pandemi ini penjualan bisa secara PO, online, dan juga bisa langsung dibeli di toko.
Tuhan membukakan pintu berkat yang selama ini tidak pernah saya duga. Di saat pekerjaan yang satu tertunda sementara waktu, Tuhan tetap memelihara anak-Nya. Firman Tuhan mengatakan:
“Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah Firman Tuhan. Seperti tingginya langit dan bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu.” Yesaya 55:8-9
Dari awal saya memulai usaha, Tuhan yang sudah menuntun saya sampai hari ini. Tidak pernah ada rancangan-Nya yang gagal dalam hidup saya. Saya boleh dipanggil untuk mengenal Tuhan Yesus, saya boleh melayani Tuhan bersama istri saya Linawaty dan ke dua anak saya Violetta dan Vennisia, itu juga karena anugerah Tuhan. Saya bersyukur buat semua yang Tuhan beri, saya percaya bahwa pemeliharaan Tuhan di dalam hidup saya tidak pernah berhenti, dan rancangan-Nya indah. Amin.
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala