Kesaksian
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku”.
(Mazmur 23:4)
Shalom.
Perkenalkan nama saya Ratna Damayanti dan suami saya David Taylor. Kami tinggal di Denver, Colorado dan berjemaat di BIC Denver. Saya hendak menyaksikan tentang kemurahan Tuhan yang telah berlaku atas hidup saya. Pada bulan Mei 2017 saya menjalani Kolo...
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku”.
(Mazmur 23:4)
Shalom.
Perkenalkan nama saya Ratna Damayanti dan suami saya David Taylor. Kami tinggal di Denver, Colorado dan berjemaat di BIC Denver. Saya hendak menyaksikan tentang kemurahan Tuhan yang telah berlaku atas hidup saya. Pada bulan Mei 2017 saya menjalani Kolonoskopi (pemeriksaan yang dilakukan untuk melihat adanya gangguan atau kelainan pada usus besar dan rectum) karena ada ambeien. Namun hasil pemeriksaan ditemukan 2 polip, 1 polip biasa dan 1 pra kanker. Kemudian pada bulan Juni 2017, saya juga melakukan Mammogram (pemeriksaan USG pada payudara). Di Amerika Mammogram biasanya gratis setiap 2 tahun sekali. Saya sudah beberapa tahun tidak melakukan pemeriksaan ini karena saya membaca di internet bahwa radiasi Mammogram dapat menyebabkan kanker.
Selama ini saya merasa baik-baik saja tidak merasakan ada benjolan, tetapi keesokan harinya saya ditelepon, karena dari hasil Mammogram diduga ada kanker di payudara kiri. Saya mulai stress dan ketakutan, mengapa saya Tuhan, apa salah saya?. Saya kemudian diminta untuk menjalani USG dan Biopsi (prosedur mengambil jaringan atau sampel sel dari tubuh untuk membantu tim medis menegakkan diagnosis suatu penyakit). Pada saat USG dokter mengatakan bahwa saya positif kanker payudara stadium 2.
Saat saya kanker, rasanya saya seperti dihukum mati, tidak ada harapan, tidak ada satupun yang bisa menolong saya kecuali Tuhan. Saya hanya bisa menangis di meja biopsi dan berseru kepada Tuhan meminta pertolongan-Nya. Saya tahu kanker adalah penyakit yang mematikan, karena salah satu tante saya meninggal akibat kanker payudara. Rasa takut dan bayangan maut mulai menghantui saya.
Saat itu saya memberitahukan keluarga, teman-teman dekat saya agar mereka mendoakan saya. Saya berjanji kepada Tuhan, jika saya hidup/sembuh, saya akan menyaksikan kemurahan Tuhan atas hidup saya. Saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan saya sendirian.
Sehari setelah divonis kanker, di Denver ada KKR oleh Ps. Joel Osteen. Saat itu ada kesaksian Ibu Joel Osteen yang menderita kanker stadium 4 dan dokter sudah angkat tangan, namun beliau masih hidup sampai sekarang di usia 80 tahun lebih. Pada hari Minggu, bapak gembala saya di BIC Denver, Pdt. Salmon Nanlohy mendoakan saya dan berkata bahwa penyakit ini tidak membawa kematian, namun saya akan naik ke level yang lebih tinggi.
Tipe kanker saya adalah triple positif, yaitu tipe yang ganas. Dokter mengatakan sekitar 20 tahun yang lalu ini adalah tipe “Death Penalty”, tetapi sejak ditemukan Herceptin (obat kanker payudara) tingkat kematiannya sudah agak menurun.
Sebelum saya menjalani kemoterapi, beberapa teman pelayanan dari BIC Denver tanpa saya minta mereka membantu membersihkan rumah saya untuk persiapan kemoterapi. Saya akan menjalani kemoterapi sebanyak 6 kali dengan selang waktu 3 minggu. Setiap kali dengan 2 macam obat kemoterapi dan 2 macam antibody. Saat kemoterapi teman-teman BIC Denver datang mendoakan saya. Saya juga mendapat kiriman makanan dari teman-teman sepelayanan yang begitu baik menolong saya saat di dalam lembah kekelaman.
Efek kemoterapi ini begitu luar biasa, merontokkan seluruh badan dan sayapun mengalami diare parah selama 2 hari, minum Imodium juga tidak mempan. Tulang belakang saya seperti ditarik-tarik. Kemudian saya pergi ke ER (Emergency Room). Dokter memeriksa untuk memastikan apakah ada bakteri, dan ternyata tidak ada. Setelah diberi infus Saline, diare saya membaik. Di situ saya menangis, saya katakan kalau saya tidak kuat menjalani kemo ini, berat badan saya juga turun drastis.
Pada saat itu Pdt. Paul Wijaya, Ibu Catherine dan Pdt. Handy datang untuk pelayanan di BIC Denver. Oleh Pdt. Salmon dan Ibu Lanny Nanlohy, mereka langsung diantar dari airport ke University Colorado Hospital untuk mendoakan saya. Ibu Catherine membagikan kesaksian di mana beliau juga sembuh dari kanker servix stadium 4. Kesaksian yang luar biasa itu membangkitkan iman saya bahwa tidak ada yang mustahil bagi Tuhan,
Mami saya juga mengirimkan antioksidan dari Jepang yang membantu mengurangi efek negatif kemo di badan saya, sehingga saya kuat melanjutkan kemoterapi. Dua minggu setelah kemo pertama rambut saya rontok, kemudian saya memutuskan untuk menggunduli rambut saya. Saya merasa berada di titik yang paling rendah dalam hidup saya. Tetapi saya perkatakan Mazmur 23:4,
“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu itulah yang menghibur aku.”
Selang 3 minggu kemudian saya menjalani kemo ke-2. Efek yang saya alami bukan diare, melainkan detak jantung saya tinggi jauh di atas normal dan saya pun kembali masuk ke ER untuk kedua kalinya. Puji Tuhan setelah diinfus detak jantung saya turun. Saya bersyukur di saat-saat seperti ini selain keluarga, ibu gembala saya Ibu Lanny sering mendoakan saya lewat WA (Whatsapp) juga beberapa sahabat yang di Denver dan juga yang di Indonesia turut mendukung saya dalam doa. Ibu Lanny selalu berkata, bersyukurlah dalam segala keadaan. Bersyukur di saat senang memang mudah, tetapi bersyukur di saat kesusahan itu berat sekali rasanya. Hanya Tuhan yang memampukan saya untuk dapat bersyukur.
Puji Tuhan, pada saat saya harus menjalani kemo, Tuhan juga memakai atasan saya sehingga beliau membolehkan saya bekerja dari rumah, dan sebagian pekerjaan saya dialihkan ke supervisor saya. Saya jadi punya banyak waktu untuk berdoa, membaca Firman, mendengarkan Firman Tuhan lewat Youtube, dan mendengarkan lagu-lagu pujian dan penyembahan. Saya membaca, mencatat dan memperkatakan Firman Tuhan tentang kesembuhan:
Saya yakin penyakit bukan datang dari Tuhan dan Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan saya.
Karena saya sudah ke ER 2 kali berturut-turut maka dokter memutuskan memberikan infus saline sehari setelah kemoterapi, sehingga kemoterapi yang ke 3 dapat saya lalui dengan efek minimum. Pada kemoterapi ke 4, 5 dan 6, lidah saya makin lama merasakan pahit dan makanan berasa seperti metalik. Sehingga makanan enak menjadi tidak enak, dan makin sulit untuk makan. Hanya makanan manis yang tidak berubah rasanya. Saat rasa pahit berkurang, saya usahakan untuk makan sebanyak-banyaknya supaya tubuh saya menjadi kuat dan berat badan tidak turun. Saya baru tahu bahwa bisa makan dan merasakan enaknya makan adalah anugerah Tuhan.
Setelah kemoterapi ke 6 saya menjalani MRI dan menurut dokter bedah, benjolan sudah mengecil. Pada bulan Januari 2018 saya menjalani operasi. Sebelum menjalani operasi Pdt. Salmon dan Ibu datang untuk mendoakan saya. Puji Tuhan operasi berjalan lancar dan dalam 23 jam saya sudah boleh pulang ke rumah. Saat MRI tidak terlihat kanker di getah bening, namun waktu operasi dokter tetap mengambil beberapa sample getah bening untuk diperiksa.
Keesokan harinya dokter bedah menelpon saya memberitahukan bahwa hasil Patologi sudah tidak ditemukan lagi sel kanker. Puji Tuhan! Saya sudah dinyatakan sembuh. Saat mendengar kabar sukacita ini, hati saya senang sekali karena saya tahu Tuhan sudah memberikan perpanjangan umur kepada saya.
Saya tidak henti-hentinya menaikkan rasa syukur kepada Tuhan untuk kesembuhan saya, juga berterima kasih kepada suami saya yang setia mendampingi, menemani di saat saya harus menjalani kemoterapi dan operasi. Juga bersyukur karena Tuhan pertemukan saya dengan Pdt. Paul dan Ibu Catherine dan Pdt. Handy untuk mendoakan saya.. Juga kepada keluarga besar saya di Indonesia, sahabat-sahabat yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, juga bapak gembala saya Pdt. Salmon dan Ibu Lanny Nanlohy yang memberikan dukungan penuh. Tanpa dukungan doa dari teman-teman dan keluarga, saya tidak akan sanggup melewati badai ini. Biarlah Tuhan yang akan membalas kebaikan mereka semua.
Walaupun saya sembuh bukan dengan instant healing, melainkan melalui proses yang berat, namun tetapi Tuhan selalu bekerja di setiap proses yang ada, di mana setiap hari saya menerima anugrah dan kemurahan Tuhan. Sampai dengan hari ini saya boleh ada; itu semua karena Tuhan Yesus yang telah berbuat baik dalam kehidupan saya. Terima kasih Tuhan Yesus, saya sudah disembuhkan. Semoga kesaksian saya dapat menjadi berkat buat saudara-saudara seiman. Bagi saudara seiman yang masih berjuang melawan kanker, jangan takut, tetap semangat dan tetap percaya Tuhan Yesus sanggup menyembuhkan, Amin.
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala