“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan,
sebab apabila ia sudah tahan uji,
ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”

Yakobus 1:12

Perkenalkan nama saya Chika, saya berusia 25 tahun. Saya ingin menyaksikan tentang perjalanan hidup saya, di mana Tuhan tidak pernah meninggalkan saya; apapun itu kondisi saya.

Orang tua kami bercerai saat saya berusia 10 tahun, di mana saya mempunyai 2 kakak lelaki dan 1 adik laki-laki yang saat itu masih berusia 1 tahun. Saat itu saya belajar menjadi sosok ibu bagi adik kecil saya. Karena ibu pergi meninggalkan kami.

Tahun 2009 saat saya berusia 13 tahun, papa mengalami stroke. Saya harus putus sekolah, harus bekerja menjadi tulang punggung bagi keluarga. Kakak pertama saya tidak mau bertanggung jawab, dia pergi begitu saja dari rumah. Sedangkan kakak ke-2 harus menjaga dan merawat papa, karena sebagai seorang wanita saya tidak akan sanggup mengurus papa yang stroke. Jadi sayalah yang bekerja dari pagi sampai jauh malam. Pagi hari saya menjual koran, siang harinya saya bekerja di toko baju dan malamnya saya bekerja sebagai pencuci piring di sebuah rumah makan.

Hingga pada suatu malam terjadilah kejadian yang membuat hidup saya hancur. Malam itu saya pulang kerja jam 11, hujan turun dengan derasnya diiringi petir yang menggelegar. Saya harus berteduh, namun tiba-tiba ada 5 orang lelaki yang datang. Awalnya saya berpikir mereka mau berteduh juga, namun saya salah. Saya diperkosa oleh 5 orang laki-laki tersebut di saat yang bersamaan. Saya mencoba melawan sekuat tenaga, saya berteriak tetapi tempat itu sepi, tidak ada yang menolong. Malam itu saya harus kehilangan sesuatu yang sangat berharga untuk seorang perempuan.

Dalam keadaan setengah sadar, saya mendengar percakapan diantara mereka; ada nama kakak pertama saya disebut. Intinya kakak saya telah menjual saya demi sebungkus narkoba. Hati saya benar-benar hancur, dari begitu banyak orang, mengapa kakak saya sendiri yang tega menghancurkan masa depan saya?

Malam itu saya sempat ingin bunuh diri, saya merasa kotor sekali. Saya melompat di jembatan yang airnya dangkal dan banyak bebatuannya. Kalau saya menjatuhkan diri dengan kepala duluan pastilah saya mati terantuk batu. Anehnya saya tidak mati tetapi saya masuk ke dalam air yang dalam dan ditemukan warga dipinggiran sungai. Itu mujizat Tuhan yang terjadi dalam hidup saya. Air yang dangkal bisa Tuhan buat jadi dalam.

Kakak kedua sempat khawatir dengan keadaan saya yang terlambat pulang ke rumah, namun saya menutupi semuanya. Saya benci kepada kakak pertama. Sewaktu dia pulang membawa uang hanya beberapa ribu untuk papa, rasa sayang papa lebih besar kepada anak laki-lakinya itu. Akhirnya saya menabung dan mengirim papa serta kakak kedua, dan adik kecil pulang ke kampung halaman dan setelah itu saya pun menyusul.

Begitu saya tiba di kampung banyak saudara papa ingin merawat papa, mereka berebut ingin mendapatkan hak asuh atas diri saya, supaya saya ikut mereka. Usia saya memang baru 13 tahun, namun tubuh saya bongsor seperti 17 tahun.

Ternyata di daerah sana, ada istilah yang namanya pengantin pesanan. Di mana banyak gadis muda yang dijodohkan untuk dinikahkan dengan pria Taiwan, Hongkong, Malaysia. Mereka berusaha menjodohkan saya dengan pria-pria itu. Saya tidak punya pilihan selain menuruti apa kata mereka, karena saya berpikir saya sudah bukan wanita yang sempurna lagi, sehingga saya sudah tidak peduli. Yang terpenting hidup papa bisa jauh lebih baik.

Akhirnya saya dikirim ke Malaysia yang awalnya untuk dinikahkan, namun ternyata saya akan dijadikan wanita simpanan. Saya menolak menjadi orang ketiga. Saya dibujuk rayu dan jika tidak mau, maka saya harus mengganti semua biaya yang telah dikeluarkan sebesar 10 juta. Saya berdoa kepada Tuhan, saya tidak mau menjadi perusak rumah tangga orang, seperti yang sudah terjadi di dalam keluargaku.

Seminggu setelah tiba di Malaysia, saya mendengar papa meninggal. Langit seperti runtuh. Saya marah kepada Tuhan, "Apa sih maunya Tuhan?” Saat saya tidak ada di samping papa, Tuhan malah mengambil satu-satunya orang yang saya sayangi, dan saya tidak bisa melihat wajah papa untuk terakhir kalinya. Saya marah sampai-sampai membakar Alkitab yang saya bawa.

Akhirnya saya bekerja sebagai ART, di mana saya menderita sekali. Kedua majikan saya sangat jahat, makanan sisa yang saya makan bahkan terkadang basi. Saya tidak bisa berinteraksi dengan orang di luar sana, bekerja dari pagi sampai malam dengan bayaran gaji yang sedikit. Saya lebih marah lagi sama Tuhan. Bahkan untuk pekerjaan saja Tuhan tidak memberikan kehidupan yang lebih baik.

Sampai pada suatu hari saya mau dilecehkan oleh tuan majikan, namun saya melawan. Saat saya terpojok saya berdoa, dalam hati saya berdoa: "Tuhan, tolong saya sekali lagi. Saya akan percaya kepada-Mu" Tiba-tiba majikan perempuan saya pulang. Tetapi semua kejadian diputar balikan dan saya dituduh menggoda suaminya. Saya pun mendapatkan siksaan, pakaian saya dirobek, kemudian mulut saya disumpal, dan saya diikat di pohon mangga di belakang rumah. Sekali lagi saya berteriak minta tolong sama Tuhan. Badan saya digigit banyak semut, lalu saya pun tidak sadarkan diri.

Sewaktu saya siuman, saya sudah berada di RS. Sekali lagi mujizat pertolongan yang Tuhan kasih atas hidup saya. Seorang tetangga mendengar suara saya berteriak minta tolong, padahal mulut saya disumpal. Akhirnya saya bekerja pada orang yang menolong saya. Puji Tuhan, mereka orang baik, walau mereka berbeda keyakinan, selalu mengingatkan saya akan Tuhan. Perlahan saya kembali kepada Tuhan.

Tahun 2013 setelah 4 tahun lebih di Malaysia, saya pulang ke Indonesia, saya rindu berjiarah ke makam papa. Saya mendengar kabar yang tidak baik, bahwa di tahun 2012 mama menjemput adik kecil saya, namun ternyata adik tidak tinggal dengan mama, melainkan dirawat oleh nenek. Sedangkan kakak kedua diperlakukan seperti ART oleh mama. Selama di keluarga papa, adik saya juga megalami siksaan. Semua keluarga papa bersikap kejam. Mereka sudah menjual saya, lalu adik kecil saya diperlakukan seperti binatang. Saya benar-benar membenci mereka. Ingin rasanya membawa adik kecil tinggal bersama, namun tabungan sudah terkuras untuk mengganti semua hutang papa ke saudara.

Akhirnya saya kembali ke Malaysia, dengan tekad setelah mapan saya akan pulang untuk menjemput adik. Namun tahun 2017, selang 3 hari sebelum saya kembali ke Indonesia, ternyata mama sudah mengirim adik saya ke panti asuhan dan menyembunyikan alamat panti tersebut.

Waktu baru pulang dari Malaysia, saya menetap dan bekerja di daerah Bogor. Ada seorang hamba Tuhan yang saya kenal, sehingga saya boleh tinggal di asrama gereja. Meskipun saya seorang diri, tetapi saya percaya Tuhan selalu ada bersama. Sementara saya akan mengurus surat-surat yang masih ada di kampung untuk membuat KTP, memperpanjang paspor, saya belum bisa membuka rekening di Bank. Sementara saya pulang memakai Surat Perjalanan Laksana Paspor (SPLP). Uang hasil kerja dan perhiasan disimpan di koper. Ternyata sebagian sudah hilang dicuri. Sekali lagi saya mengalami kekecewaan dari orang yang saya percayai. Setelah saya tahu siapa pencurinya, saya sempat kaget. Setelah digeledah pada salah satu dari anak pengurus ditemukan sebuah kalung emas saya.

Dengan bermodal menjual kalung emas tersebut akhirnya saya kost. Saya tidak pernah kelaparan, ada saja berkat yang Tuhan beri, saya melihat pemeliharaan Tuhan atas hidup yang saya jalani. Bermodalkan sisa ringgit dan gaji yang saya kumpulkan, akhirnya saya membuka warteg namun saya mulai menjauh dari Tuhan. Saya mulai sibuk dengan dunia luar, menjadi anak yang liar, merokok, minum-minuman keras dan tidak ke gereja lagi. Karena terlalu banyak kepahitan yang tumbuh dalam hati saya. Mengapa Tuhan selalu memberikan cobaan yang tidak henti-hentinya? Sedangkan anak Tuhan yang seharusnya memberi contoh yang baik kepada saya, malah mengecewakan saya.
Hari lepas hari hidup saya semakin jauh dari Tuhan, hidup saya hampa. Saya sudah tidak pernah berdoa lagi. Tetapi di dalam hati kecil, saya sangat merindukan sesuatu, tetapi saya selalu menolak apa yang saya rindukan itu. Saya merindukan Tuhan.

Pada suatu hari teman saya meninggal akibat over dosis. Sepertinya Tuhan menegur saya, "hidupmu akan sama seperti dia... mati sia-sia". Lalu seperti ada satu dorongan untuk berubah, tetapi saya masih berkeras hati. Larut dalam kepahitan hati.
Hingga pada suatu malam saat saya pulang dari mabok-mabokan. Kembali hati kecil saya berkata, "mau sampai kapan kamu hidup seperti ini? Memang saat ini orang-orang yang bersama kamu itu peduli dan sayang kamu? Semuanya sia-sia, di dunia ini hanya sementara.” Sepanjang jalan itu saya merenung.

Tanpa sengaja dalam perjalanan pulang saya kembali dipertemukan dengan salah seorang yang pernah menghancurkan hidup saya, yaitu mereka yang telah membeli saya dari kakak pertama. Orang itu sudah seperti gelandangan dan salah satu kakinya tidak ada lagi. Anehnya saat itu saya tidak mempunyai rasa benci namun iba, meskipun masih ada rasa marah, namun tidak mensyukuri melihat keadaannya.

Dan ternyata dia masih ingat diri saya, dia menangis dan minta ampun. Menceritakan semuanya, apa yang terjadi setelah itu. Satu persatu mengalami kejadian yang tidak baik. Ada yang meninggal karena over dosis, sakit HIV, di penjara, meninggal karena kecelakaan dan ia sendiri salah satu kakinya buntung akibat perkelahian antar preman.

Setelah kejadian itu, saya merasa malu sama Tuhan. Saya minta ampun, tidak seharusnya saya meragukan kebesaran Tuhan dalam hidup saya. Tidak seharusnya saya menyalahkan Tuhan. Malam itu saya minta pengampunan dari Tuhan dan saya berjanji untuk hidup lebih baik lagi. Saat itu saya merasakan kehangatan dan jamahan Tuhan. Pelukan kasih seorang Bapa kepada anak-Nya itu seperti benar-benar nyata.
Sejak hari itu saya sadar dan belajar mencari kehidupan bersama dengan Tuhan, saya ke gereja dan beribadah di GBI Kemang Bogor, salah satu cabang di bawah pembinaan Pdt. Niko.
Tidak lama setelah itu saya pergi ke China untuk bekerja, Tuhan mempertemukan saya dengan seorang pasangan hidup yang cinta Tuhan. Hingga hari ini saya melayani Tuhan. Meskipun di sini belum ada gereja, saya tetap mengikuti ibadah lewat zoom.

Saya diberkati dan sangat bahagia sudah menjadi anak kesayangan Tuhan Yesus yang tidak pernah meninggalkan saya, sekalipun saya sendiri tidak tahu bagaimana menggambarkan kebaikan Tuhan di dalam hidup. Tetapi saya baru berani mengungkapkan kebenaran dan mulai bersaksi ke semua orang yang berada di dekat saya.
Banyak dan hampir semua teman, saudara bertanya, mengapa Tuhan begitu mempermainkan hidup saya. Bukan Tuhan yang menghancurkan hidup saya, melainkan iblis. Mereka berusaha menjauhkan saya dari Bapaku, yang terlalu mengasihi bahkan sangat mencintai saya. Dan Tuhan tidak mengijinkan saya untuk pergi meninggalkan-Nya.

Tuhan memulihkan keadaan saya, saya bisa mengampuni orang-orang yang menyakiti hati saya. Maka berkat Tuhan pun turun atas hidup saya dan memulihkan keadaan saya dari hari ke hari untuk menjadi lebih baik lagi. Tuhan juga memberikan pasangan hidup yang terbaik.
Saya percaya, bahwa di dalam segala sesuatu yang terjadi dalam hidup saya, Tuhan selalu baik dan rancangan-Nya dalam hidup saya tidak pernah mengecewakan. Amin.

“Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji,
ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.”

Yakobus 1:12