“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan, dan Aku akan menyembuhkan mereka dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah.”
Yeremia 33:6

Tahun 2020 benar-benar menjadi tahun dimensi yang baru buat saya. Saya mengalami sesuatu yang belum pernah saya alami sebelumnya. Hal tersebut terjadi pada bulan April 2020. Pada saat itu saya mengalami sakit pada bagian perut saya, di mana pada saat itu adalah masa-masa mencekam yang menyebabkan saya takut dan kuatir, karena pandemi yang sedang terjadi. Orang-orang mulai cemas dan panik, bahkan dalam keadaan “lock down” karena saat itu Amerika termasuk negara yang warga negaranya banyak tertular virus tersebut. Untuk datang ke rumah sakit dan berobat pun, saya perlu menimbangnya lagi. Untuk keluar rumah takut tertular virus corona yang sedang menginfeksi banyak orang di negara ini.

Di bulan Mei 2020 saya mulai merasakan sakit yang amat sangat pada bagian perut saya. Dan tiba-tiba waktu itu jantung saya seperti berdetak kencang. Pada tanggal 27 Mei 2020 saya dan isteri memutuskan untuk segera pergi ke ruang gawat darurat di sebuah rumah sakit. Setibanya di rumah sakit, dokter kemudian mengecek kondisi saya, karena ada batuk, dan badan saya terasa panas demam. Saya dimasukkan ke ruang isolasi untuk COVID-19 dan di tes PCR. Bila di Amerika hasilnya keluar dalam waktu singkat, dan Puji Tuhan hasil tesnya negatif.

Dokter kemudian melakukan tes darah namun tidak ditemukan apa-apa, sehingga dokter menyatakan hal tersebut karena adanya asam lambung, seperti riwayat penyakit saya sebelumnya yang sering kambuh. Namun saya merasa kali ini lain dari yang biasanya, karena terasa sesak di bagian perut.

Kondisi okupansi rumah sakit di saat itu sedang tinggi karena COVID-19. sehingga tidak memungkinkan untuk saya tetap di sana. Maka dokter memberikan obat asam lambung dan saya disuruh pulang untuk beristirahat di rumah.

Pada saat yang bersamaan, kami di Philadelphia sedang merencanakan untuk membuat menara doa online, yaitu UPT (United Prayer Tower). Pada waktu itu sedang dibuat bersama dengan 8 gereja-gereja yang ada di bawah naungan Pak Niko, dan isteri saya diminta ikut bergabung. Saat itu saya belum bergabung karena kondisi saya yang semakin memburuk, sehingga untuk menggerakkan badan saja tidak bisa. Saya terbaring di kamar tidur.

Hingga pada 6 Juni 2020, kami memutuskan untuk kembali ke ruang gawat darurat untuk kedua kalinya. Saya merasakan hal yang sama dengan sebelumnya; ada sesak napas dan jantung saya berdetak kencang. Saya kemudian di tes darah, dan di situ ada indikasi yang saya tidak duga sebelumnya. Hasil tes darah menyatakan bahwa kondisi liver saya angkanya 47. Dalam kondisi normal angka rujukan untuk liver adalah antara 30 - 50. Berarti hal ini sudah cukup tinggi, walau masih dalam ambang batas normal. Tetapi saya terus merasa kesakitan pada bagian perut saya. Bahkan dari bulan Juni hingga Juli saya beberapa kali masuk ruang gawat darurat untuk mengecek kondisi saya. Mereka hanya memberi tahu bahwa kondisi liver saya tidak terlalu parah, namun mereka masih belum mengerti atas kesakitan yang saya rasakan.

Hingga pada akhir Juni 2020 saya ambil tes darah di dokter pribadi saya di health center, saya kaget sekali karena dari sejak 6 Juni yang kondisi liver saya di angka 47 saat itu sudah naik drastis menjadi 181, sehingga dokter pun kaget karena naik beberapa kali lipat dan ada pembengkakan pada liver saya. Pembengkakan itulah yang menyebabkan rasa sakit yang menekan ke arah jantung dan membuat sesak nafas dan juga berefek ke asam lambung saya. Selain tes darah, saya melakukan ultrason dan CT scan untuk mengetahui lebih lanjut kondisi liver saya dan hasilnya memang liver saya bengkak. Dokter menyarankan agar saya melakukan tes darah secara berkala. Setiap tes diambil 10 hingga 12 tabung kecil untuk darah saya dan di tes 25 jenis tes darah yang saya sendiri tidak mengerti secara terperinci itu untuk apa saja. Saya hanya fokus pada liver saya.

Tanggal 9 Juli 2020 saya masuk kembali ke ruang gawat darurat dan setelah menjalani tes darah hasil angka liver saya naik dari 181 menjadi 193. Sejak saat itu saya “down”. Walaupun saya seorang hamba Tuhan, gembala, tetapi saya tetap seorang manusia biasa, yang masih memiliki rasa takut. Puji Tuhan tidak beberapa lama kemudian saya menyadari dan langsung berkata, “Tuhan bila ada kesalahan atas diri dan pelayanan saya, saya minta maaf ya Tuhan.”
Kondisi saya waktu itu sudah sangat susah untuk bergerak. Untuk ke kamar mandi pun perlu bantuan. Saya baru menyadari bahwa kondisi saya benar-benar memburuk. Berat badan saya turun drastis hingga 25 kilogram dalam waktu 2 bulan. Sehingga orang melihat saya sepertinya sudah tidak ada harapan. Banyak hal yang terlintas dalam benak saya.

Biasanya saya sebagai hamba Tuhan mendoakan orang sakit, tetapi kali ini saya mengalaminya sendiri. Dan saya tidak bisa opname di rumah sakit, karena ruang rawat inap rumah sakit lebih diprioritaskan untuk pasien C0VID-19. Saya juga menanyakan pada dokter, mengapa saya tidak diberi obat-obatan. Dokter hanya mengatakan: "Kamu tidak perlu obat." Hal ini seketika menyadarkan diri saya, bahwa saya tidak bisa mengandalkan manusia. Saya berusaha turun dari tempat tidur dan mencoba berlutut dan berdoa. Saya kemudian teringat saat itu UPT sudah mulai berjalan dari bulan Juni, dan saya didoakan oleh pastor-pastor dalam UPT tersebut. Itulah yang MENGUATKAN saya.

Sepanjang bulan Juli dan Agustus 2020 saya mulai masuk ke dalam UPT, saya menaruh komputer saya di meja sebelah tempat tidur dan mengikuti UPT. Saat itu saya tidak bisa mengangkat tangan, dan tidak menggunakan video. Namun karena hadirat Tuhan yang kuat dalam UPT dan doa-doa yang dinaikkan, keajaiban mulai terjadi. Tanpa sadar tangan saya mulai terangkat, dan saya terus berdoa, hari-hari yang berlalu saya isi dengan Firman Tuhan dan terus masuk dalam hadirat Tuhan.

Pada bulan Agustus saya kembali melakukan tes darah dan puji Tuhan hasil tes darah liver saya angkanya menurun dari 193 menjadi 164. Namun rupanya iblis tidak suka karena saya menjadi melekat dengan Tuhan. Puncaknya pada awal bulan September 2020 malam hari. saya mengalami serangan kuasa kegelapan. Saya merasa tubuh saya tidak dapat bergerak sebelah seperti lumpuh setengah dan kesemutan. Iblis mengintimidasi melalui pikiran, bahwa saya tidak akan bisa melewati hari-hari ke depan.

Saya sempat memanggil isteri saya dan menyampaikan, bahwa sepertinya ini sudah waktunya saya akan kembali pulang ke rumah Bapa. Namun malam itu isteri saya mendoakan dan menguatkan saya. Hingga pukul 00 dini hari, saya bergumul melawan roh maut yang mendatangi kamar saya. Saya merasakan intimidasi dan serangan kuasa kegelapan itu sangat kuat. Kemudian saya berteriak dan memperkatakan Firman, bahwa Tuhan mendengar orang yang berseru dengan hancur hati, dan saya ingat dalam Lukas 18; “Bahwa orang yang berdoa berseru pagi siang dan malam tidakkah Tuhan akan menjawab doa mereka.” Jadi saya berseru, “Engkau Tuhan yang memberi kehidupan dan Tuhan yang memberi kesembuhan.”

Tiba- tiba Roh saya bangkit dan saya melihat itu sekitar jam 1 pagi. Saya tolak segala kuasa kegelapan keluar dari kamar saya. Karena sudah 4 bulan saya tidak pernah keluar kamar tersebut, saya perintahkan dalam nama Tuhan Yesus agar roh kegelapan dan roh maut keluar dari kamar saya. Saya terus menerus berbahasa Roh. Saya ingin sekali masuk dalam UPT, namun saat itu UPT masih terbuka 4 jam setiap harinya, jadi saya tidak bisa masuk dan bergabung.

Tiba-tiba jam 2 pagi saya mulai merasakan ketenangan dan kaki saya mulai bisa bergerak kembali. Karena dalam 2 jam tersebut saya berdoa, bergumul, saya kecapean sehingga tertidur dan di pagi hari begitu bangun pagi, saya langsung masuk ke dalam UPT. Pada saat di UPT ini lah saya seperti diatur ulang kembali oleh Tuhan. Saya kembali merasakan kasih mula-mula yang dicurahkan, Roh Kudus hadir dengan kuasa-Nya dan mencurahkan kasih-Nya yang besar di kamar saya pagi itu.

Ternyata maksud Tuhan adalah untuk saya tetap tinggal di kamar adalah agar saya terus mencari Tuhan, membaca Firman Tuhan, serta memperbaiki hubungan pribadi saya dengan Tuhan. Akhirnya setiap hari saya mengikuti UPT, dan tanpa saya sadari…. beberapa hari setelah itu saya bisa mengangkat tangan dan dapat berdiri. Saya langsung berteriak: "Puji Tuhan!"

Saya mulai bisa berjalan, dan nafsu makan saya kembali normal. Di UPT ini saya selalu berdoa, "Tuhan, berikan kuasa-kuasa-Mu yang ajaib!" Dan kali ini akhirnya saya memberanikan diri untuk membuka video. Saya mau menyatakan kuasa kesembuhan kepada teman-teman melalui UPT. Waktu worship leader menaikkan pujian, roh saya bangkit, Roh Kudus kembali tercurah dalam ruang kamar saya untuk kedua kalinya. Saya menangis, mengangkat tangan dan menyembah Tuhan.

Secara tidak sadar saya sudah lebih dari 30 menit mengangkat tangan, dan saya merasakan saat itu kairos Tuhan untuk memulihkan saya. Bahkan hari demi hari semakin pulih. TIDAK ADA obat, tidak dikasih obat, saya tidak di rumah sakit, dan ini diijinkan. Dan saya lihat Tuhan Yesus bekerja, kuasa-Nya bekerja di saat saya berada di titik paling lemah. Saya terus ikut doa UPT dan saat itu juga didoakan oleh rekan-rekan saya dan gembala saya, pastor Nehemia dan pastor-pastor yang lain. Haleluya! Kesembuhan, pemulihan terus terjadi. Kini saat mengikuti UPT saya sudah membuka video dan menampilkan wajah yang penuh sukacita.

Awal Oktober 2020 saya bertemu dengan dokter khusus penyakit dalam liver, dan melakukan tes darah lagi. Saya berharap ini tes saya yang terakhir, karena Tuhan telah menyembuhkan saya. Dan apa yang terjadi sungguh suatu karya mujizat Tuhan yang nyata. Hasil tes darah terakhir di bulan Agustus 2020 angka liver saya 164, tetapi saat ini sudah menjadi 33, yang merupakan angka rujukan normal. Haleluya! Dengan sangat cepat pemulihan dan kesembuhan saya alami melalui kuasa Tuhan dalam mengikuti menara doa UPT. Saya percaya Tuhan menyembuhkan saya dengan sempurna, Kuasa-Nya yang ajaib berlaku atas kita semua. Haleluya.