Banyak remaja masa kini suka menghabiskan waktu luang mereka dengan bermain game di HP maupun di komputer.
Permainan ini sering kali sangat menyenangkan, dan bisa dimainkan sendiri atau dalam kelompok, baik secara offline (langsung) maupun melalui online (internet).
Namun, jika kamu seorang remaja Kristen, kamu mungkin bertanya-tanya:
“Apakah bermain game adalah cara yang baik untuk menghabiskan waktu saya? Apa yang dikatakan Alkitab tentang aktivitas ini?”
Nah, karena Alkitab ditulis hampir 2000 tahun yang lalu (atau bahkan lebih lama!), tentu saja tidak mengatakan apa-apa secara spesifik tentang aktivitas seperti bermain game. Namun masih ada beberapa prinsip yang dapat kita ambil dari Alkitab dan membantu kita memahami apa yang diinginkan Tuhan saat berbicara tentang bermain game.
Mari kita pertimbangkan beberapa pertanyaan dan apa yang dikatakan Alkitab tentang berbagai aspek bermain game.
APA ISI DARI PERMAINAN KAMU?
Meskipun ada banyak game yang sangat aman dan sangat menyenangkan, ada juga permainan lain yang bisa mengandung unsur seksual dan sadisme.
Sebagai contoh, permainan Grand Theft Auto yang melibatkan pembunuhan, prostitusi, pemerkosaan, dan perdagangan narkoba.
Kita harus berhati-hati dalam memilih permainan yang kita mainkan dan memastikan bahwa permainan tersebut sejalan dengan nilai-nilai Kristiani.
Filipi 4:8 berkata,
“Akhirnya, saudara-saudara, apa saja yang benar, apa saja yang mulia, apa saja yang adil, apa saja yang suci, apa saja yang manis, apa saja yang patut dipuji, pikirkanlah tentang semuanya itu.”
Permainan video atau komputer yang berisi konten pornografi dan membuat kita berhasrat adalah berbahaya bagi pikiran dan hati kita. Lama kelamaan permainan yang sadis atau kejam dapat membuat itu terlihat normal bagi kita. Jadi, berhati-hatilah dengan apa yang kamu masukkan ke dalam pikiranmu!
BERAPA BANYAK WAKTU YANG KAMU HABISKAN UNTUK BERMAIN GAME?
Seperti banyak hal lainnya, bermain game bisa dengan cepat menjadikan kita kecanduan. Saya pernah mendengar banyak cerita tentang orang-orang yang sangat menyukai bermain game, sehingga mereka mulai mengabaikan hal-hal lain dalam hidup - seperti sekolah, teman, keluarga, dan bahkan Tuhan.
Salah satu dari 10 Perintah yang diberikan Allah kepada umat-Nya adalah 'Engkau tidak boleh memiliki allah lain di hadapan-Ku'. Apapun yang menjadi lebih penting daripada Allah dalam hidupmu adalah berhala, dan kamu harus menghilangkannya. Perhatikan berapa banyak waktu yang kita habiskan untuk bermain game. Kita mungkin bisa mengantisipasi dengan menetapkan batasan waktu harian atau mingguan untuk memastikan tidak menjadi kecanduan.
BAGAIMANA BERMAIN GAME MEMPENGARUHI HUBUNGAN KAMU?
Permainan dapat menjadi aktivitas sosial, tetapi juga dapat mempengaruhi hubungan kita dengan orang lain. Jika kita terlalu banyak menghabiskan waktu bermain game, kita mungkin mengabaikan hubungan kita dengan keluarga, teman, atau pasangan.
Bermain game bisa sangat kompetitif, jika hal itu mempengaruhi jiwa kita secara berkelebihan bisa berdampak yang kontra kondusif dalam membangun persahabatan.
1 Tesalonika 5:11 mendorong remaja Kristen untuk "saling mendorong dan saling membangun". Hal itu akan sulit dilakukan ketika kita terus-menerus menggunakan kata-kata kasar dan mengolok-olok teman kita ketika bermain game.
Sebagai remaja Kristen, kita harus tetap menjaga sikap dan perilaku yang baik dalam bermain game, menghindari penghinaan atau perilaku yang tidak menghormati terhadap sesama pemain.
SO, BOLEHKAH SAYA BERMAIN GAME?
Jawaban singkatnya adalah “YA”.
Salah satu aspek positif dari bermain game adalah mengasah kecepatan berpikir, meningkatkan kinerja otak, merespon dan mengambil keputusan/pilihan. Bermain game dalam batasan tertentu juga menjadi media pembangun pertemanan sejauh kita bertemu dengan orang yang 'benar'.
Jadi bermain game adalah hal yang wajar bagi kita sebagai remaja Kristen, bagian dari gaya hidup remaja masa kini. Tetapi seperti halnya dengan semua aktivitas lainnya, kita perlu bijaksana dan berhati-hati.
Hati-hati dengan konten permainan yang kita mainkan, waktu yang dihabiskan, dan cara game tersebut mempengaruhi pikiran kita.
Jika kamu khawatir dengan bad-habit bermain game-mu, jangan ragu untuk bicarakan hal itu dengan orang dewasa Kristen yang kamu percaya untuk mendapatkan nasihat dan bimbingan.. Amin. (MA)
Mengubah Generasi Stroberi Menjadi Generasi Yeremia
Mengubah Generasi Stroberi Menjadi Generasi Yeremia
Siapa yang tidak tahu buah stroberi. Selain enak, buah stroberi memiliki warna dan bentuk yang menarik. Buah stroberi mengandung banyak sekali sumber gizi. Namun dibalik banyaknya kelebihan, buah stroberi ternyata memiliki tekstur yang mudah rapuh. Buah stroberi itu tampak indah dan eksotis, tetapi begitu dipijak atau ditekan ia akan mudah sekali hancur. Filosofi ini dikaitkan dengan generasi dibawah milenial yang tumbuh di masa perkembangan teknologi modern, tetapi ketika dihadapkan pada suatu masalah menjadi mudah rapuh.
Istilah strawberry generation pada mulanya muncul di negara Taiwan. Di Indonesia, Prof. Rhenald Kasali guru Besar FEUI, praktisi sekaligus penulis buku tentang manajeman perubahan; sudah mempelajari dan menulis buku yang berjudul Strawberry Generation – Mengubah Generasi Rapuh Menjadi Generasi Tangguh serta melalui streaming youtubenya.
Ia menerangkan bahwa strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati. Generasi stroberi ini merupakan potret dari sebuah generasi yang lahir dari tangan-tangan orangtua yang hidupnya jauh lebih sejahtera dari generasi sebelumnya; dimana orangtua masih turut campur memutuskan dalam berbagai hal, mulai dari memilih jurusan, universitas sampai pesta pernikahan.
Analisis mengapa dapat muncul anak-anak muda yang rapuh dan manja setidaknya ada beberapa hal, yakni:
Self Diagnosis Berdasarkan Apa yang Dikatakan Sosial Media
Dengan banyaknya informasi yang beredar di sosial media dan mereka langsung menyerapnya bagaikan busa yang menyerap air.
Mereka terpapar informasi-informasi yang kadang belum tentu benar dan tepat sesuai dengan apa yang dikatakan Alkitab.
Mereka mencoba mencocok-cocokkan apa yang terjadi kepada dirinya dengan apa yang dikatakan dalam sosial media.
Akhirnya identitas diri mereka dibangun berdasarkan apa yang dikatakan oleh sosial media, bukan apa yang dikatakan Tuhan tentang dirinya.
Sebagai contoh, anak muda jaman sekarang mudah cemas ketika melihat postingan temannya pada usia 25 tahun sudah menikah, punya anak, punya karir yang terlihat baik sudah punya mobil dan lain-lain.
Mereka berpikir bahwa kesuksesan diukur dari materi semata, ini malah akan menjadikan mereka overthinking. Akhirnya mereka tertekan, stress, bahkan depresi karena belum mencapainya. Dalam studi komprehensif pertama BARNA tentang generasi dibawah milenial, kecemasan adalah tema yang berulang, terkait dengan hal-hal seperti karier, pendidikan, uang dan hubungan.
Generasi dibawah milineal adalah generasi yang paling mungkin untuk mengakui bahwa melihat kehidupan orang lain di sosial media membuat mereka merasa tidak aman tentang diri mereka sendiri.
Cara Orangtua Mendidik Terkait Kondisi Keluarga yang Lebih Sejahtera
Tidak dapat dipungkiri kehidupan sekarang pada umumnya lebih sejahtera daripada beberapa dekade yang lalu. Dibesarkan dalam keluarga yang sejahtera patut disyukuri, tetapi perlu juga untuk diwaspadai, karena akan berakibat pada beberapa hal.
Pada keluarga yang sejahtera orangtua mempunyai kecenderungan memberikan apa yang diminta oleh anak-anaknya, anak-anak dimanja dengan permintaannya. Bahkan ketika orangtua sibuk bekerja, biasanya memberikan kompensasi atas waktu yang lebih sedikit - dengan uang atau benda-benda material lainnya. Padahal waktu seharusnya tidak dapat dikompensasi. Akhirnya orangtua tidak bisa menjadi mentor yang baik bagi setiap pertumbuhan iman anak-anak.
Untuk membangun RESILIENT DISCIPLES atau murid-murid yang tangguh (Buku Faith for Exiles karya David Kinnaman dan Mark Matlock) anak-anak muda perlu dipersiapkan, lebih dari sekedar melindungi mereka. Nah, apa yang harus diperhatikan orangtua dan gereja untuk memenangkan generasi stroberi ini, mengubah generasi manja menjadi generasi baja, generasi rapuh menjadi murid-murid yang tangguh.
Keluarga dan Gereja Menjadi Tempat Membangun Identitas Diri yang Tangguh di dalam Kristus.
Hal yang paling benar tentang siapa kita adalah apa yang dikatakan Pencipta kita tentang kita bahwa kita diciptakan menurut gambar dan rupa-Nya (Kejadian 1:26)
Anak-anak muda perlu mengalami Yesus karena akan memperkuat siapa identitas mereka dan apa yang mereka percayai. Mereka perlu mengalami Yesus disepanjang jalur relasional mereka, dan jalur relasional yang paling dekat adalah keluarga.
Mejadi saksi Kristus dimulai dari Yerusalem, Yerusalem bisa menggambarkan keluarga. Orangtua membantu anak-anak menemukan dan membangun identitas tangguh mereka. Ketika orangtua mencontohkan cara yang mendalam untuk mengikuti Yesus, anak-anak memperhatikan dan menirunya.
Keluarga dan Gereja Merupakan Tempat Mereka Ditanam dan Ruang Untuk Bertumbuh
Orangtua menjadi mentor bagi mereka, artinya hadir bagi mereka dan menjalani proses dengan mereka, bukan pada kesibukan program dan menuntut perubahan yang cepat.
Gereja membutuhkan lebih sekedar khotbah yang baik untuk memuridkan tetapi juga dibutuhkan struktur pembelajaran yang lain, salah satunya adalah mentoring atau pemuridan. Karena itu anak-anak muda juga perlu tertanam dalam sebuah gereja lokal dan komunitas sel (COOL).
Mari kita persiapkan anak-anak muda sehingga mereka menjadi murid-murid yang tangguh, dari generasi rapuh menjadi tangguh, dari generasi manja menjadi generasi baja. Di era Pentakosta Ketiga ini kita yakin akan bangkit generasi Yeremia, yaitu anak muda yang cinta Tuhan, tidak kompromi akan dosa dan bergerak memenangkan jiwa. (TB)
MEMPERSIAPKAN MASA DEPAN UNTUK ANAK ITU PENTING
TETAPI JAUH LEBIH PENTING MEMPERSIAPKAN ANAK UNTUK MASA DEPAN MEREKA
“Karena itu saudara-saudaraku yang kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah,
dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!
Sebab kamu tahu, bahwa dalam persekutuan dengan Tuhan
jerih payahmu tidak sia-sia.”
1 Korintus 15:8
Perkenalkan nama saya Cynthia dan suami saya Andanu, kami memiliki seorang putri bernama Bella. Andanu adalah Gembala Cabang GBI Cijantung Rayon 1G. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi cerita bagaimana Tuhan memberikan mujizat serta pertolongan-Nya yang sungguh ajaib.
Ini semua bermula ketika anak kami Bella mengalami panas tinggi, karena saat itu pandemi COVID-19 sedang tinggi, Bella pun menjalani tes PCR dan ternyata hasilnya positif. Besoknya kami sebagai orang tua, diharuskan menjalani PCR. Setelah keluar hasilnya positif Covid, kami diberikan obat-obatan dan menjalani isolasi mandiri di rumah. Namun pada hari ke enam suami saya mulai muntah-muntah. Setiap ia makan, minum obat pasti muntah, sehingga banyak kehilangan cairan tubuh. Seminggu kemudian saat Bella sembuh, kondisi saya dan suami masih lemas.
Hari Selasa tanggal 29 November 2022, pagi hari saat Bella pamit mau pergi ke sekolah, ia melihat kedua mata papanya sudah putih dan bicaranya pun sudah pelo. Awalnya saya berpikir kondisi kesehatan suami sudah membaik, karena ini hari ke 9-10 isolasi mandiri kami. Kira-kira jam 9 pagi, saya sempat melihat Andanu mau berdiri ke toilet, tapi karena tubuhnya lemah, dia jatuh terduduk dan berbaring kembali di tempat tidur. Saat saya bertanya mau makan apa, saya kaget karena ia menjawab seperti melantur/ mengigau dan pelo, matanya kelihatan putih semua, ke dua tangannya sudah kaku. Ternyata Andanu sudah tidak sadarkan diri. Saya segera membawanya ke IGD Rumah Sakit.
Sampai di IGD, ia langsung diinfus dan dirawat di ruangan khusus. Saya hanya bisa melihat dari balik kaca, saat dipasang selang infus di tangan kanan dan kiri, selang oksigen untuk pernapasan di hidung dan mulut, juga ada selang untuk urine/ kateter. Sore harinya anak saya kaget melihat kondisi ayahnya yang belum sadar. Kami berdua tidak diperbolehkan masuk ke ruangannya, hanya melihat dari balik kaca, badannya sudah dipasang banyak sekali selang dan ada alat monitornya.
Melihat kondisi seperti itu, hati saya sedih, saya tidak tahu apakah suami saya akan selamat? Semalaman kami menunggu di RS, berdoa, dan terus berdoa minta pertolongan Tuhan, supaya Andanu disembuhkan. Saat saya bertemu suster perawat dan minta waktu 5 menit saja untuk masuk ke ruangan kaca supaya bisa mendoakan, saya tidak diizinkan masuk.
Beberapa pemeriksaan pun dilakukan seperti scan otak, Puji Tuhan hasilnya baik, tidak ada pendarahan, dan paru-parunya juga bagus. Tetapi jantungnya lemah/ kritis dan menurut dokter bisa berhenti sewaktu-waktu, lalu ginjalnya juga bermasalah. Beberapa kali gula darahnya diperiksa dari 500, tengah malam menjadi 1000 lebih. Dokter menyarankan untuk dilakukan cuci darah, jika keadaan terus memburuk.
Tengah malam saya dan putri saya dipanggil dokter, untuk menandatangani Form / Surat pernyataan menyatakan, jika terjadi kondisi gawat darurat dapat dilakukan pertolongan pertama melalui beberapa tindakan.
Saat itu juga kami harus menandatangani form itu berdua bersama dengan anak saya Bella. Selesai menandatangani form tersebut, hati saya galau, perasaan saya tidak tenang, saya takut jika terjadi dampak dari tindakan-tindakan tersebut. Setelah beberapa lama, saya berinisiatif mencari dokter/ perawat yang menyerahkan form itu, namun tidak ketemu, dan surat itu tidak bisa dibatalkan.
Keesokan paginya karena belum sadar, berita mulai tersebar, banyak orang yang berdoa untuk kesembuhan suami saya. Ibu Gembala kami, Ibu Olga Rajagukguk menelpon dan berdoa menguatkan saya. Pengerja dan jemaat GBI Cijantung berdoa bersama melalui Zoom jam 12 siang. Tim Rayon 1 G pun mendoakan kesembuhan Andanu.
Hampir 30 jam Andanu belum juga sadar. Tiba tiba saya ditelpon Gembala kami, Bapak Pdt. Johannes Rajaguguk yang datang ke RS. Karena tidak dapat parkir, beliau hanya dapat ijin parkir sebentar di depan IGD. Kemudian beliau berdoa bersama di depan tembok IGD, persis di mana posisi kepala Andanu berada di balik tembok itu.
Tiga puluh menit kemudian saya dan anak saya bertemu perawat di depan ruangan kaca dan menanyakan kondisinya. Saat itu kami diperbolehkan melihat dari depan pintu yang terbuka. Langsung kami berseru memanggil namanya. Puji Tuhan, Andanu sudah sadar dan bisa mengangkat tangannya, menoleh ke kami, dan juga terdengar pelan suara balasannya. Puji syukur kepada Tuhan setelah 30 jam tidak sadar, Andanu sudah sadar kembali. Setelah 3 malam di RS Andanu diperbolehkan dirawat di rumah dengan memakai selang makanan di hidung sampai 2 minggu.
Bagi Tuhan tak ada yang mustahil. Tuhan memberikan mujizat kesembuhan, kesehatannya berangsur pulih. Sekarang setelah 4 bulan berlalu, Puji Tuhan jantung dan ginjalnya sembuh total dan gula darahnya normal serta tidak perlu cuci darah. Tuhan melakukan bagian-Nya, memulihkan keadaan suami saya, yang awalnya seperti tidak ada harapan lagi, namun karena banyak orang yang mendoakannya, Tuhan menunjukan kuasa-Nya.
Ada beberapa pengalaman rohani / spiritual yang dialami Andanu selama tidak sadar (30 jam) di RS, diantaranya adalah :
Kalau Andanu, suami saya mengalami mujizat kesembuhan dari Tuhan. Itu artinya tugasnya di dunia ini belum selesai. Harus menyelesaikan tugasnya di dunia ini sampai selesai, lalu pulang ke rumah Bapa yg permai. Haleluyah !! Maranatha !!
Shalom! Bagi Saudara sedang membutuhkan dukungan doa ataupun ingin memberikan kesaksian dan pengalaman tentang kebaikan Tuhan, silakan isi formulir di bawah ini. Tim Hotline kami akan segera melayani dan merespon Saudara.
Tuhan Yesus Memberkati.
Form Permohonan Doa
Form Kesaksian
Shalom! Dengan sukacita kami umumkan bahwa Menara Doa SICC telah dibuka selama 24 jam di SICC Tower lantai 12, dan kami juga membuka sesi menara doa online setiap hari Senin s/d Sabtu pukul 14.00 - 16.00 WIB.
Link zoom bersifat PERMANEN dan semua orang dapat bergabung tanpa registrasi.
Tuhan Yesus memberkati.
Check this out and grab it fast.