Renungan Khusus
“Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Lukas 2:52
YESUS PUN BERTUMBUH
Dalam catatan Injil Lukas, dijelaskan bahwa dalam inkarnasi-Nya sebagai manusia, Yesus tidak langsung mengambil peran publik-Nya. Sebagai manusia, Tuhan Yesus pun menjalani dan menikmati masa pertumbuhan-Nya. Lebih dahulu Ia bertambah besar dan bertumbuh fisik-Nya, dan yang lebih penting lagi Ia bert......
“Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.” Lukas 2:52
YESUS PUN BERTUMBUH
Dalam catatan Injil Lukas, dijelaskan bahwa dalam inkarnasi-Nya sebagai manusia, Yesus tidak langsung mengambil peran publik-Nya. Sebagai manusia, Tuhan Yesus pun menjalani dan menikmati masa pertumbuhan-Nya. Lebih dahulu Ia bertambah besar dan bertumbuh fisik-Nya, dan yang lebih penting lagi Ia bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya.
Kata “besar”-Nya dalam bahasa Yunani, Helikia (ἡλικία), yang berarti ukuran besar tubuh, tetapi juga bicara tentang usia, kematangan, kecocokan usia untuk melakukan sesuatu, kecocokan situasi untuk melakukan sesuatu.
Demikian juga dalam hal lainnya, termasuk untuk mati di kayu salib pun, Yesus perlu bertumbuh dulu sebelum melaksanakannya.
“Barangsiapa mengatakan, bahwa ia ada di dalam Dia,
ia wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup.”
I Yohanes 2:6
Sebagai pengikut Kristus yang hidup meneladani Yesus, bertumbuh adalah salah satu kewajiban yang sudah seharusnya.
Sesuai penjelasan di paragraf sebelumnya, sebelum menggenapi panggilan ilahi masing-masing secara penuh, dan sebelum melakukan tugas yang Tuhan percayakan secara penuh, orang percaya perlu bertumbuh dulu hingga mencapai usia, fisik, kematangan dan keadaan yang cocok untuk melaksanakannya.
Bagaimana seorang Kristen bersaksi, bila belum memiliki gaya hidup yang sesuai dengan Alkitab?
Bagaimana seorang Kristen bisa menjadi saksi, bila ia sendiri belum diubah karakternya? Bagaimana seorang Kristen berdoa untuk orang sakit atau bahkan mengusir roh jahat, bila ia sendiri belum membangun hubungan dengan Tuhan yang benar dan memahami kuasa yang ada pada dirinya? Bagaimana seorang Kristen akan melaksanakan amanat Agung Yesus, yaitu menjadikan semua bangsa murid-Nya, bila ia sendiri belum pernah dimuridkan?
Panggilan dan rencana Tuhan yang utuh, membutuhkan pertumbuhan dan kematangan dari pelaksanan mandat ilahi itu sendiri.
“I’m still learning. For the Christian Life is a constant growth.” – Billy Graham
BERTUMBUH HARUS DISENGAJA
“Ketika aku kanak-kanak, aku berkata-kata seperti kanak-kanak,
aku merasa seperti kanak-kanak, aku berpikir seperti kanak-kanak.
Sekarang sesudah aku menjadi dewasa, aku meninggalkan sifat kanak-kanak itu.
Karena sekarang kita melihat dalam cermin suatu gambaran yang samar-samar,
tetapi nanti kita akan melihat muka dengan muka.
Sekarang aku hanya mengenal dengan tidak sempurna,
tetapi nanti aku akan mengenal dengan sempurna,
seperti aku sendiri dikenal.” 1 Korintus 13:11-12
Rasul Paulus menggambarkan proses memiliki Kasih dalam 1 Korintus 13 dengan 2 perumpamaan yang menggambarkan perubahan seseorang.
Bila kedua perumpamaan ini dihubungkan, maka dapat diambil sebuah kesimpulan, bahwa dalam hidup kekristenan yang seperti kanak-kanak bila bercermin, Kasih Kristus akan terlihat abstrak dan samar-samar. Namun, bila pertumbuhan itu sudah mencapai kedewasaan, maka Kasih Kristus akan nampak jelas dalam cermin, sejelas mengenal diri sendiri.
Dalam bahasa Yunani, kata ‘kanak-kanak’ yang dipakai dalam kitab ini adalah Nepios (νήπιος) yang dalam bahasa Inggris berarti Baby, Untaught, Unskilled.
Dari kedua kata yang dipakai Paulus ini, diperoleh petunjuk bahwa ada dua hal yang perlu dilakukan untuk menjadi dewasa, yaitu:
Diajar
“Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; sebab itu janganlah engkau menolak didikan Yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi yang tangan-Nya menyembuhkan pula.” Ayub 5:17-18
Seorang murid perlu diajar oleh gurunya untuk menerima pelajaran. Bila pengetahuan yang diajarkan, mungkin percakapan yang dibutuhkan. Namun bila pemahaman dan pengalaman yang diberikan, banyak kali hajaran lebih berhasil mendidik daripada percakapan.
Tuhan mengajar kita bukan hanya seperti guru dan murid, tetapi Alkitab mengatakan bahwa Dia mengajar kita seperti Bapa dengan anak, lewat Roh Kudus.
"Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak.” Ibrani 12:5-6
Seperti seorang bapa yang mengajar anaknya berbicara, melalui Roh Kudus, Bapa meletakkan firman-Nya dalam hidup orang percaya lewat saat teduh, khotbah, pembacaan firman, komsel dan lain sebagainya. Hingga anaknya bukan hanya menguasai kosa kata percakapan saja, tetapi mampu menggunakannya.
Ada waktunya seorang ayah berbagi pengalaman dengan anaknya tentang kehidupan, Bapa juga mengajar anak-anak-Nya tentang nilai, memberi arah, panggilan dan bahkan identitas bagi kita.
Ada waktunya seorang ayah mengajarkan etika dan kesopanan kepada anaknya. Bapa juga mengajarkan kepada anak-anak-Nya, kapan waktunya berbicara, menantikan waktu Tuhan, menjalani tuntunan, cara Tuhan berbeda dengan cara manusia, dan lain sebagainya, hingga orang percaya memperoleh kecerdasan dalam pengetahuan dan keahlian.
Dalam dimensi baru, masa Pentakosta Ketiga ini, banyak perubahan sudah dan sedang terjadi. Masa penuaian besar sedang datang dan terjadi. Akan tetapi, keadaan dan situasinya belum tentu seperti yang dibayangkan semula.
Apa yang terjadi di hari-hari ke depan, mungkin sekali tidak akan sama seperti sebelumnya.
dan lain sebagainya.
Seperti yang Roh Allah sampaikan kepada Yosua, bahwa jalan yang ada di depan itu belum pernah dilalui. Kuatkan dan teguhkan hati, karena Roh Kudus sedang mengajarkan kepada anak-anak Allah sesuatu yang baru, yang belum pernah terjadi. Pola pikir baru akan diajarkan, dan berakibat pada respon baru, dan mungkin sekali, menjadi pengalaman baru.
Dilatih
“Apakah gerangan manusia, sehingga dia Kauanggap agung,
dan Kauperhatikan, dan Kaudatangi setiap pagi,
dan Kauuji setiap saat?” Ayub 7:17-18
Setiap kali sebuah tahapan masa belajar berakhir, maka akan disusul dengan sebuah ujian. Ujian berguna bagi pengajar dan bagi yang diajar, untuk mengetahui keberhasilan sebuah proses belajar, sejauh mana transfer pengetahuan berhasil terjadi, dan yang paling penting, seberapa dalam si murid memahami untuk mempraktekkannya. Allah, lewat Roh Kudus juga melatih dan menguji anak-anak-Nya.
Khususnya, bukan supaya Ia mengenali dan mengetahui pertumbuhan semua orang percaya, karena Allah Mahatahu, tetapi supaya setiap orang percaya tahu dan mengenali pertumbuhannya masing-masing. Ia melatih orang percaya lewat banyak hal yang akan membawa pada kebaikan. (Roma 8:28-30)
“Allah, Dialah yang mengikat pinggangku dengan keperkasaan
dan membuat jalanku rata;
yang membuat kakiku seperti kaki rusa
dan membuat aku berdiri di bukit;
yang mengajar tanganku berperang,
sehingga lenganku dapat melenturkan busur tembaga.
Kauberikan kepadaku perisai keselamatan-Mu,
tangan kanan-Mu menyokong aku,
kemurahan-Mu membuat aku besar.”
Mazmur 18: 32-35
Roh Kudus memakai banyak hal untuk melatih anak-anak Allah. Tantangan-tantangan baru akan menampakkan dirinya dalam kehidupan. Sehingga anak-anak Allah akan berlatih melakukan segala hal dengan lebih baik. Mereka akan berlatih misalnya lebih sabar, lebih murah hati, lebih pemaaf, lebih menahan diri, lebih teliti, lebih kuat, lebih tidak mudah galau, lebih teguh, setahap demi setahap dengan level kesulitan yang lebih tinggi.
Kasus-kasus baru juga dapat muncul untuk melatih varian-varian respon orang percaya.
Tentu akan berbeda bobot kata-kata iman seseorang yang mengalami kesembuhan dari virus COVID-19, dibandingkan dengan mereka yang belum mengalaminya.
SEMUA UNTUK KEBAIKAN
“Maka Allah damai sejahtera, yang oleh darah perjanjian yang kekal telah membawa kembali dari antara orang mati Gembala Agung segala domba, yaitu Yesus, Tuhan kita, kiranya memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya, dan mengerjakan di dalam kita apa yang berkenan kepada-Nya, oleh Yesus Kristus. Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya! Amin.” Ibrani 13:20-21
Lewat proses pertumbuhan ini, ada dua hal yang diinginkan muncul dalam diri orang percaya.
Berkaca dari tulisan Paulus di Roma 8:28-30, Tuhan yang baik itu akan tetap memakai semua hal untuk kebaikan.
Di dalam itu, semua proses pertumbuhan ini, Roh Kudus tidak pernah meninggalkan orang percaya. Sebagai pribadi ketiga dari Allah sendiri yang tinggal dalam semua orang percaya, Roh Kudus menjadi penolong, guru, penasihat, membuka masa depan, memimpin pada kebenaran dan segala hal yang dapat memampukan orang percaya menggenapi petumbuhannya.
Selama orang percaya memiliki hati yang rela dipimpin Roh Kudus, kesetiaan Tuhan tidak akan meninggalkan hidupnya. Itulah sebabnya kita tidak perlu khawatir dalam segala hal. Bertumbuhlah terus, sebab semua hal itu Allah pakai akan mendatangkan kebaikan bagi kita. Tuhan Yesus memberkati. (JR)
“Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.” Roma 8:37
Shalom,
Perkenalkan nama saya Ruben Benyamin Gaspersz dari Rayon 5 Bekasi. Pada akhir bulan Maret 2020, tiba-tiba saja saya merasakan mual, dan pada saat itu saya hanya berpikir kalau sakit maag saya sedang kambuh. Memang sudah sejak lama saya memiliki riwayat sakit maag. Selain itu tenggorokan saya juga sakit, kalau menelan makanan seperti ada yang mengganjal dan hampir seminggu saya muntah terus. Nafsu makanpun hilang, kepala pusing, hampir sepanjang minggu itu saya tidak bisa tidur; s...
Shalom,
Perkenalkan nama saya Ruben Benyamin Gaspersz dari Rayon 5 Bekasi. Pada akhir bulan Maret 2020, tiba-tiba saja saya merasakan mual, dan pada saat itu saya hanya berpikir kalau sakit maag saya sedang kambuh. Memang sudah sejak lama saya memiliki riwayat sakit maag. Selain itu tenggorokan saya juga sakit, kalau menelan makanan seperti ada yang mengganjal dan hampir seminggu saya muntah terus. Nafsu makanpun hilang, kepala pusing, hampir sepanjang minggu itu saya tidak bisa tidur; selalu gelisah dan pikiran menerawang ke mana-mana.
Setelah anak-anak menikah, saya hanya tinggal berdua dengan Decee Gaspersz istri tercinta. Kesehatan istri saya juga tidak begitu baik, kakinya sudah tidak kuat untuk berjalan, selain itu ia juga memiliki penyakit diabetes dan kolestrol tinggi. Mendengar dan mengetahui keadaan kesehatan saya yang kurang baik, apalagi hari-hari itu sedang merebaknya berita pandemi COVID-19, maka anak saya segera datang membawa saya berobat ke rumah sakit
Di IGD saya cek darah, dirontgen, tenggorokan, lidah semua diperiksa sampai akhirnya saya diinfus. Setelah dari pagi sampai menjelang sore saya berada di IGD, akhirnya setelah dokter melihat hasil pemeriksaan tersebut mengarah kepada gejala COVID-19. Akhirnya dokter memutuskan saya dirujuk ke rumah sakit yang khusus menangani kasus COVID-19.
Malam itu setelah dioper kesana kemari, melewati tahap-tahap pemeriksaan yang cukup panjang dan cukup melelahkan untuk keadaan kondisi dan usia saya saat itu; Puji Tuhan, menjelang tengah malam saya baru mendapatkan kamar dan bisa masuk ruang isolasi. Satu kamar yang saya tempati diisi oleh 6 orang pasien dengan gejala suspect COVID-19.
Tempat-tempat tidur kami hanya dibatasi dengan tirai kain, sehingga saya dapat melihat dan mendengar dengan jelas apa yang terjadi di ruangan itu. Meskipun saya satu kamar dengan beberapa orang yang dirawat, tetapi saya tidak dapat bersosialisasi dengan mereka. Terlebih selama saya berada di sana, saya putus kontak dengan keluarga karena baterai handphone saya lowbatt dan saya tidak membawa charger.
Sebagai seorang hamba Tuhan, dengan kondisi kesehatan yang sedang tidak baik dan tinggal dalam lingkungan di mana saya tidak dapat bertemu, mendengar dan berbicara dengan orang-orang yang saya kasihi, saya pun merasakan pergumulan; ada tekanan yang bergejolak dalam hati. Sampai pada titik tertentu saat itu saya hanya bisa pasrah kepada tim medis yang ada.
Intimidasi dan tekanan itu datang ketika saya melihat pasien yang di sebelah saya sudah ditutup kain dan begitu cepat dibawa pergi; entah kemana. Ada pula yang meracau, berhalusinasi. Situasi yang tidak enak saya rasakan ketika saya sedang makan tiba-tiba ada pasien yang muntah. Dalam kondisi maag saya saat itu, saya sulit mendapat air hangat dan makanan hangat. Dalam kesendirian saya, situasi dan kondisi yang sedemikian itu menimbulkan peperangan dalam hati.
Pada saat itu kehidupan iman kita dibangun hanya ketika kita meyadari bahwa ketika kita sedang seorang diri dalam kesesakan, di situlah kehadiran Tuhan kita rasakan. Sekalipun saya seorang hamba Tuhan, saat dalam kondisi seperti ini saya merasa diri saya tidak ada apa-apanya. Yang saya bisa saya lakukan saat itu hanya berharap kepada Tuhan. Sehingga saya terus berdoa kepada Tuhan Yesus "Tuhan Yesus ampunilah saya, tolonglah saya, Tuhan Yesus....' Itulah kalimat doa yang terus-menerus dan selalu saya ucapkan dalam setiap saat kepada Tuhan. Dengan berlalunya waktu, iman sayapun mulai timbul. Saya bertekad untuk dapat melewati semua ini. Sampai akhirnya saya mulai pulih; semakin hari semakin sehat. Melihat perkembangan stamina tubuh saya yang semakin membaik dan sehat, maka setelah 7 hari diisolasi saya diperbolehkan pulang ke rumah, dengan syarat saya masih harus menjalani isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Setelah 17 hari kemudian hasil SWAB saya pun keluar dan hasilnya negatif COVID-19.
Namun Tuhan mempunyai rancangan yang lain untuk istri saya tercinta, pada hari ke-3 saya diisolasi, istri saya masuk ke ruang isolasi juga di rumah sakit yang sama, tetapi beda lantai. Tuhan lebih menyayangi istri saya. Tanggal 19 April 2020 Tuhan memanggil istri saya pulang ke rumah Bapa di sorga. Secara daging hati saya sedih sekali, tetapi satu hal yang saya tahu bahwa Tuhan tidak pernah merancangkan yang jahat bagi anak-Nya. Dokter mengatakan jika istri saya keluar dari isolasi dia akan mengalami gagal ginjal dan harus menjalani cuci darah seminggu beberapa kali dalam seumur hidupnya. Selain itu istri saya memang sudah memiliki riwayat penyakit yang lain.
Keinginan kita untuk mengalami kesembuhan jauh berbeda dengan kehendak Tuhan dalam menyembuhkan. Seringkali kita hanya berpikir dari sisi fisik dan mental saja, sedangkan Tuhan lebih memikirkan kesembuhan total tubuh, jiwa dan roh, seperti yang tertulis dalam Filipi 4:6,
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.”
Didalam segala sesuatu yang Tuhan ijinkan terjadi, saya percaya Tuhan selalu punya maksud dan rancangan yang baik. Sekalipun pada awalnya saya tidak mengerti, tetapi Tuhan selalu ada; menyertai dan memberikan kepada saya kekuatan untuk melewati semuanya. Akhirnya saya boleh sembuh dan sehat sampai hari ini itu juga karena Tuhan. Tuhan Yesus baik.
“Bagi Dialah, yang dapat melakukan jauh lebih banyak dari pada yang kita doakan atau pikirkan, seperti yang ternyata dari kuasa yang bekerja di dalam kita.”
Efesus 3:2
"PROPHETIC PREACHING"
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/osp/PROPHETIC-PREACHING.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Fax. 021 - 2868 9888
Fax. 021 - 2868 9868
(Khusus Publikasi)
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala