Renungan Khusus
Tidak sedikit orang Kristen yang memiliki pandangan keliru terhadap prinsip persembahan di era Perjanjian Lama. Mereka berpendapat bahwa semua yang berbau Perjanjian Lama pasti berbau Hukum Taurat, dan dalam masa Perjanjian Baru ini, semua yang berbau Hukum Taurat sudah tidak berlaku dan tidak terpakai lagi, karena Tuhan Yesus telah membayar lunas dan membatalkan Hukum Taurat.
Orang yang berpandangan seperti itu lupa bahwa Perjanjian Lama memiliki beberapa era. Kita bisa mengambil contoh......
Tidak sedikit orang Kristen yang memiliki pandangan keliru terhadap prinsip persembahan di era Perjanjian Lama. Mereka berpendapat bahwa semua yang berbau Perjanjian Lama pasti berbau Hukum Taurat, dan dalam masa Perjanjian Baru ini, semua yang berbau Hukum Taurat sudah tidak berlaku dan tidak terpakai lagi, karena Tuhan Yesus telah membayar lunas dan membatalkan Hukum Taurat.
Orang yang berpandangan seperti itu lupa bahwa Perjanjian Lama memiliki beberapa era. Kita bisa mengambil contoh:
Mari kita membahas prinsip persembahan sebelum dan setelah berdirinya Kemah Suci.
“Setelah beberapa waktu lamanya,
maka Kain mempersembahkan sebagian dari hasil tanah itu kepada TUHAN sebagai korban persembahan;
Habel juga mempersembahkan korban persembahan dari anak sulung kambing dombanya, yakni lemak-lemaknya;
maka TUHAN mengindahkan Habel dan korban persembahannya itu,” Kejadian 4:3-4
“Allah Abraham dan Allah Nahor, Allah ayah mereka, kiranya menjadi hakim antara kita."
Lalu Yakub bersumpah demi Yang Disegani oleh Ishak, ayahnya.
Dan Yakub mempersembahkan korban sembelihan di gunung itu.
Ia mengundang makan sanak saudaranya,
lalu mereka makan serta bermalam di gunung itu.” Kejadian 31:53-54
“Tetapi jawab Samuel: "Apakah TUHAN itu berkenan kepada korban bakaran dan korban sembelihan sama seperti kepada mendengarkan suara TUHAN? Sesungguhnya, mendengarkan lebih baik dari pada korban sembelihan, memperhatikan lebih baik dari pada lemak domba-domba jantan.” 1 Samuel 15:22
Sebagaimana ayat tersebut di atas, penting bagi kita untuk menyadari bagaimana persembahan (korban bakaran dan korban sembelihan) dalam Perjanjian Lama, takkan memiliki arti;“Siapakah yang dapat tahan akan hari kedatangan-Nya?
Dan siapakah yang dapat tetap berdiri, apabila Ia menampakkan diri?
Sebab Ia seperti api tukang pemurni logam dan seperti sabun tukang penatu.
Ia akan duduk seperti orang yang memurnikan dan mentahirkan perak;
dan Ia mentahirkan orang Lewi, menyucikan mereka seperti emas dan seperti perak, supaya mereka menjadi orang-orang yang mempersembahkan korban yang benar kepada TUHAN.
Maka persembahan Yehuda dan Yerusalem akan menyenangkan hati TUHAN seperti pada hari-hari dahulu kala dan seperti tahun-tahun yang sudah-sudah.” Maleakhi 3:2-4
Shalom,
Perkenalkan nama saya Jimmy Ho dari CK 7. Sepulang dari perjalanan tour pada pertengahan bulan Maret 2020, saya mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu mengisolasikan diri saya sendiri selama 14 hari, meskipun saya tidak merasakan gejala lain, selain merasa lelah.
Selama saya menjalani isolasi mandiri di rumah, Dessy istri saya sempat mengalami batuk dan radang tenggorokan. Di masa pandemi virus COVID-19 ini, tidak kebetulan di tempat ist...
Shalom,
Perkenalkan nama saya Jimmy Ho dari CK 7. Sepulang dari perjalanan tour pada pertengahan bulan Maret 2020, saya mengikuti peraturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu mengisolasikan diri saya sendiri selama 14 hari, meskipun saya tidak merasakan gejala lain, selain merasa lelah.
Selama saya menjalani isolasi mandiri di rumah, Dessy istri saya sempat mengalami batuk dan radang tenggorokan. Di masa pandemi virus COVID-19 ini, tidak kebetulan di tempat istri bekerja dilakukan test SWAB terhadap istri saya. Dan karena saya adalah orang terdekatnya, maka saya pun turut menjalani test SWAB. Setelah menunggu beberapa hari kemudian keluarlah hasil test SWAB tersebut, yang menunjukkan hasil dari istri saya negatif, sementara saya hasilnya positif.
Saya cukup terkejut dengan hasil test tersebut, karena saya tidak menunjukan atau merasakan gejala apapun; baik itu batuk, sesak napas, mual, nafsu makan hilang, seperti yang dirasakan pada kebanyakan penderita COVID-19. Maka saya dikategorikan sebagai OTG (orang tanpa gejala). Hal ini disebabkan karena daya tahan imun tubuh saya cukup kuat, oleh sebab itu saya langsung ditangani sedini mungkin agar tidak menyebar.
Dari Puskesmas saya dirujuk ke rumah sakit yang khusus menangani pasien COVID-19. Tanggal 25 Maret 2020 saya masuk ruang isolasi dengan menempati 1 kamar yang berisi 6 orang pasien. Saya juga menjalani berbagai pemeriksaan, seperti rontgen paru-paru. Di situlah baru jelas kalau saya positif COVID-19. Hasil rontgen memperlihatkan bahwa di paru paru saya ada banyak titik-titik putih yang mengindikasikan adanya virus COVID-19.
Pada tanggal 31 Maret 2020 saya test SWAB ke-2. Saya berharap test tersebut hasilnya baik, namun ternyata hasilnya tetap positif. Di sinilah rasa takut itu mulai muncul. Perasaan saya campur aduk dan pikiran saya mulai tidak tenang. Saya mulai kuatir dengan keadaan saya. Saya mulai merasa tertekan.
Berbagai pertanyaan pun timbul dalam hati, karena saya:
Karena perasaan kuatir dan takut, badan saya pun mulai terasa sakit, ngilu pada seluruh badan dan tidak nyaman. Saat-saat seperti ini dalam masa isolasi saya banyak berdoa meminta kekuatan kepada Tuhan, sebab hanya Dia yang bisa memberikan ketenangan dalam batin. Sebab selama dikarantina tidak ada orang yang boleh berkunjung.
Tidak ada cara lain yang dapat membangun kerohanian kita kepada Tuhan selain kita memuji-muji Tuhan, dan mendengarkan lagu puji-pujian. Namun di tengah kesendirian itu saya bersyukur karena selain keluarga, ada dukungan doa dari teman-teman sepelayanan, dari COOL CK 7; juga Gembala, yang terus mengalir memberikan support melalui WA, serta berdoa untuk kesembuhan saya. Inilah yang sangat menguatkan saya.
Selama saya dikarantina, ternyata Tuhan tidak tinggal diam. Pemeliharaan tangan Tuhan juga nyata atas keluarga saya di rumah, Tuhan yang merawat keluarga saya melalui teman-teman sepelayanan dan gereja yang membantu keluarga saya dalam kebutuhan logistik. Saat saya sakit saya banyak belajar melihat bahwa orang benar tidak akan pernah ditinggalkan-Nya, pertolongan Tuhan itu nyata.
Tanggal 16 April 2029 hasil test SWAB saya yang ke-3 keluar, hasilnya negatif. Puji Tuhan, Haleluya! Saya dinyatakan sudah sembuh setelah selama 17 hari menjalani isolasi di rumah sakit. Saya melihat betapa pertolongan Tuhan dan pemeliharaan Tuhan yang nyata dalam hidup saya.
Dalam segala hal dari semuanya ini, saya banyak belajar untuk semakin mencintai-Nya. Saat saya positif COVID-19, Dia tidak pernah meninggalkan saya; juga keluarga saya pun diperhitungkan-Nya. Dia membuktikan, bahwasanya Dialah Tuhan Yesus yang hidup dan penuh kuasa. Haleluya!
"PROPHETIC PREACHING"
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/osp/PROPHETIC-PREACHING.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Fax. 021 - 2868 9888
Fax. 021 - 2868 9868
(Khusus Publikasi)
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala