Kesaksian
"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN,
yang menaruh harapannya pada TUHAN!"
Yeremia 17:7
Pada kesempatan ini saya Andreas Roby Trisula biasa dipanggil Boby, ingin menyaksikan tentang kasih-Nya Tuhan, serta penyertaan Tuhan dalam hidup saya.
Saat ini saya tinggal di Batu - Malang, sebuah kota kecil terletak di pegunungan daerah Pujon, dengan istri sa...
"Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN,
yang menaruh harapannya pada TUHAN!"
Yeremia 17:7
Pada kesempatan ini saya Andreas Roby Trisula biasa dipanggil Boby, ingin menyaksikan tentang kasih-Nya Tuhan, serta penyertaan Tuhan dalam hidup saya.
Saat ini saya tinggal di Batu - Malang, sebuah kota kecil terletak di pegunungan daerah Pujon, dengan istri saya Ani Julita dan anak saya Clara Andrea Maydeline yang berusia 12 tahun.
Saya merintis usaha toko frozenfood, plastik dan bahan kue dengan nama "Toko Lima Roti" sejak 2,5 tahun lalu. Bulan Juli 2020 barulah istri dan anak saya menyusul pindah ke sini. Kami tinggal bersama bapak saya, Pak Suwastono umur 72 tahun. Beliau aktif sekali pelayanan di sebuah gereja Jawa dan menjadi penatua.
Puji Tuhan, toko yang kami rintis berkembang pesat, berkat Tuhan begitu luar biasa, dan tanpa kami sadari membuat kami lupa diri hingga menjadi hamba uang. Setiap hari toko kami buka dari jam 6 pagi-jam 8 malam, termasuk hari minggu pun toko tetap buka.
Terkadang saya masih menyempatkan diri pergi ke gereja Minggu pagi, tetapi pada saat ibadah saya tidak pernah fokus dan tenang, karena hati saya tidak ada di gereja. Kepikiran toko, dan ingin cepat-cepat pulang. Karena bagi saya ibadah itu hanya sebagai rutinitas belaka, maka tidak ada berkat, damai sejahtera yang saya rasakan ketika pulang dari gereja.
Pernah terlintas di pikiran saya, untuk libur setiap hari minggu, namun hal ini sulit dilakukan dan tidak pernah bisa terwujud karena yang ada dipikiran saya hanya mencari uang. Apalagi omzet penjualan dihari minggu adalah omzet harian terbesar, bisa 2 kali lipat dari omzet hari biasa. Jadi sayang kalau toko tutup.
Karena terlalu lelah, kami jadi sering kali lupa berdoa, doa pagi jarang, apalagi mezbah keluarga; tidak pernah kami lakukan. Akhirnya tiba saatnya Tuhan menegur kami dengan cara-Nya yang luar biasa.
Dalam hati kecil saya merasa malu. Nama toko "Lima Roti" itu adalah identitas saya sebagai orang Kristen. Harusnya saya bisa menjadi saksi di tengah-tengah masyarakat di daerah kami. Sebagian pelanggan saya yang mayoritas tahu kalau saya orang Kristen, sehingga kalau hari Minggu kadang ada pelanggan saya yang bertanya: "Bapak tidak ke gereja?" Tetapi karena saya sudah dikuasai uang, hal-hal seperti itu saya abaikan, hingga akhirnya Tuhan menegur kami.
Tanggal 15 Agustus 2020 saya mulai merasa kurang sehat, saya mulai demam dan tenggorokan gatal. Saya pergi ke klinik. Oleh dokter saya dinyatakan mengalami radang tenggorokan, dan saya diberi obat. Namun esok harinya demam saya semakin parah, dan mulai ada batuk.
Lalu saya berobat ke dokter di kota Batu, dan hasil test darah mengindikasikan bahwa saya mengalami demam berdarah, karena trombosit saya turun dan dinyatakan gejala typhus. Saya diberi obat, lalu pulang. Dalam kondisi yang seperti itu saya tetap malas berdoa. Saya yakin bahwa saya berobat pada dokter internist yang bagus dan yakin obatnya pun bagus. Saya pasti bisa sembuh.
Namun pada keesokan harinya bukannya lebih sehat; justru kondisi saya lebih parah lagi, saya drop. Saya dibawa lagi ke RS yang sama untuk menjalani rawat inap. Begitu sampai langsung di rapid test. Hasilnya non reaktif, lalu di test darah lagi, dan hasilnya masih tetap sama, yaitu terindikasi demam berdarah dan typus. Karena ada batuk dan demam, saya di rontgen, di mana hasilnya paru-paru bagus tetapi ada sedikit bercak putih di pangkal paru paru.
Setelah 2 hari dirawat, demam berdarah dan typus dinyatakan sembuh, tetapi saat itulah saya mulai mengalami batuk yang berat serta demam tinggi. Saya dinyatakan Pneumonia dan harus dirawat intensif. Di situlah saya mulai menyerah, saat itu saya mulai ingat Tuhan. Saya berdoa minta kesembuhan kepada Tuhan karena tubuh saya semakin drop, batuk dan muntah terus. Selama beberapa hari itu banyak obat dan infus yang masuk ke tubuh saya, tetapi batuk parah dan demamnya tidak kunjung turun. Kemudian saya di Swab PCR dan rontgen ke-2. Dari hasil rontgen dokternya heran karena semakin diobati virusnya semakin aktif. Dalam waktu 4 hari dirawat paru-paru saya dipenuhi bintik-bintik putih dan kabut putih. Dokter mengatakan paru-paru saya jaringannya rusak karena virus. Malam itu saya dinyatakan suspect COVID-19.
Karena RS yang saya tempati adalah RS biasa, maka saya harus dipindah ke RS rujukan khusus COVID-19. Saat itu saya kurang beruntung semua RS rujukan COVID-19 di kota Batu dan Malang sudah penuh. Malam itu mau tidak mau saya harus keluar dari RS tersebut. Pihak RS memberikan 2 pilihan, yang pertama saya pulang ke rumah dengan kondisi kritis sambil menunggu dapat kamar di RS rujukan dengan waktu yang tidak pasti. Kedua saya disuruh mencari RS rujukan sendiri. Saya tidak mungkin memilih opsi 1 karena sangat beresiko. Kemungkinan saya bisa tambah parah atau bisa menulari anak atau bapak saya di rumah. Saya bingung dan istri saya menangis terus.
Kemudian kami berdoa minta tolong kepada Tuhan. Puji Tuhan, saya telpon salah satu dokter kenalan yang baru saja sembuh dari COVID-19, saya ceritakan mengenai kondisi saya saat itu. Puji Tuhan dokter itu mereferensikan saya untuk masuk ke RS rujukan COVID-19 tempat ia bekerja, yang berada di kota Batu.
Saya bersyukur ternyata Tuhan Yesus menjawab doa kami. Malam itu saya dipindahkan dan langsung masuk ruang isolasi sendiri, dan hari itu pula hasil Swab saya keluar di mana saya dinyatakan positif COVID-19. Mendengar kabar tersebut saya merasakan ketakutan yang luar biasa, saya harus seorang diri di ruang isolasi dengan kondisi kritis. Malam itu saya benar benar menyerah. Saya menangis terus dan berdoa, minta ampun, minta Tuhan berikan kekuatan untuk melewati semuanya ini. Saya berjanji kalau Tuhan memberikan kepada saya satu kesempatan hidup, saya mau berubah, saya ingin lebih taat. Setiap hari saya minta ampun, memuji Tuhan dan terus berdoa.
Setelah 4 hari dirawat di RS, saya mulai merasakan mujizat kesembuhan. Badan saya terasa lebih baik, perawat dan dokter juga mengatakan bahwa saya beruntung dapat dipulihkan, karena jarang pasien yang kondisinya separah saya bisa selamat. Di situlah kuasa Tuhan dinyatakan.
Esok harinya saya mendengar dari istri saya kalau bapak saya mulai sakit di rumah. Saya kira hypertensinya kambuh, tetapi ternyata bapak saya mengalami demam, sedikit batuk dan diare. Saya pikir sakit biasa, namun 2 hari kemudian bapak saya dirawat di RS yang sama, hanya di kamar rawat inap biasa. Setelah 2 hari dirawat, bapak dinyatakan kritis dan mulai sesak nafas, sehingga akhirnya beliau dipindah ke ruang isolasi khusus seperti saya. Meski tempatnya tidak jauh dari kamar saya, saya tidak boleh mendekat ke bapak, cuma boleh melihat dan menegur dari jauh. Dikuatirkan saya yang sudah positif COVID-19 bisa menulari bapak saya yang hasil Swabnya belum keluar.
Sedih dan stess rasanya, orang tua satu satunya yang saya jaga selama ini ikut masuk ke ruang isolasi. Di situlah saya terus bergumul dalam doa, saya minta kesembuhan untuk bapak saya. Saya komplain kepada Tuhan, kenapa bapak saya yang awalnya orang yang belum mengenal Tuhan, sampai bertobat mengikut dan percaya kepada Tuhan Yesus, dan selama ini sampai masa tuanya setia melayani Tuhan, diberikan sakit seperti ini?
Rupanya Tuhan berkehendak lain. Kondisi bapak semakin kritis, kemudian dokter mengijinkan saya merawat bapak selama 3 hari terakhir. Di situlah saya merasakan kebaikan Tuhan, tidak terpikirkan oleh saya sebelumnya, bahwa saya bisa dipertemukan dengan bapak, meskipun dalam kondisi seperti itu. Saya menemani dan merawat bapak, mulai dari mengganti popok, mengganti oksigen, menyuapi makanan, berdoa di samping bapak terus.
Ternyata Tuhan berkehendak lain, setelah saya menemani di kamar isolasi selama 3 hari akhirnya bapak dipanggil Tuhan. Saya sedih, hancur hati ini, haru dan bangga. Karena di saat-saat terakhir saya bisa menemani almarhum bapak saya, walaupun kami sama-sama menderita COVID-19. Bapak meninggal dengan hasil Swab positif.
Sesuai aturan, jenazah bapak harus dimakamkan dengan protokol COVID-19. Pemakaman dilaksanakan tanpa dihadiri saudara dan kerabat, dan saya pun hanya bisa mengantar jenazah bapak saya sampai depan pintu ruang isolasi. Saya hanya bisa menyaksikan proses pemakaman dari video call istri saya, karena saya harus melanjutkan isolasi di RS sambil menunggu hasil Swab ke-2 dan ke-3 keluar.
Dalam kesedihan yang terus saya rasakan, saya berusaha untuk kuat. Saya berdoa terus supaya saya diberi kekuatan. Saya sampai tidak bisa tidur beberapa hari, tiba-tiba gemetar, jantung berdebar, gelisah. Oleh dokter syaraf saya dinyatakan mengalami stress berat, sehingga harus mengkonsumsi obat penenang. Istri saya terus mendoakan bersama dengan teman-teman COOL, berdoa untuk kesembuhan saya. Melalui WA, video call iman saya mulai dikuatkan. Berharap penuh, minta ampun, dan dengan sepenuhnya berserah kepada Tuhan.
Tanggal 5 September 2020, hasil Swab terakhir saya keluar dan Puji Tuhan hasilnya negatif. Saya pun diijinkan pulang untuk melanjutkan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari. Tim dokter berpesan kalau saya harus menerima kenyataan akan mengalami efek samping COVID-19, yang akan mempengaruhi kondisi tubuh. Dan benar saya merasakan paru-paru saya tidak normal sampai saat ini. Juga ada dampak neurologis yang saya rasakan, yaitu daya ingat menurun dan sulit berkonsentrasi.
Sepulang dari RS, sayapun harus menghadapi kenyataan kalau saudara dan tetangga menjauhi kami sekeluarga. Sampai timbul kekuatiran yang sangat besar, bahwa pelanggan kami tidak berbelanja lagi ke toko kami karena takut terpapar, dan toko kami bangkrut.
Semenjak di RS, kuasa Tuhan luar biasa melawat saya. Saya diubahkan menjadi pribadi yang lebih baik, saya rajin berdoa, rajin mengucap syukur dan tidak mau komplain lagi sama Tuhan. Akhirnya saya bisa menerima kenyataan dan kami yakin penyertaan Tuhan luar biasa kepada keluarga saya.
Toko kami sempat tutup beberapa hari. Hari pertama kami kembali membuka toko, saya yakin pasti pasti toko sepi karena pelanggan belum tahu kami sudah buka kembali. Sore harinya saya bertanya ke istri:"Pasti hari ini toko sepi ya?" Tetapi istri saya menjawab: "Siapa bilang sepi?” Puji Tuhan hari pertama buka toko omzetnya sama persis dengan omzet sebelum tutup waktu itu, kata istri saya. Wow... luar biasa, ternyata kekuatiran saya tidak terjadi, di sinilah Tuhan Yesus benar-benar memelihara dan menyertai kami dalam tiap situasi yang ada.
Ternyata berkat untuk keluarga kami semakin bertambah, sehingga saya menyadari bahwa pikiran saya sebagai manusia sangat terbatas dibandingkan dengan karya Tuhan yang luar biasa. Sejak saat itu, kami rajin berdoa, termasuk doa fajar online, mezbah keluarga setiap hari, rajin membaca Akitab.
Hal yang terpenting adalah kami sudah memutuskan setiap hari Minggu toko tutup, supaya kami bisa beribadah dan menikmati libur setiap hari Minggu. Walaupun hari Minggu tutup toko, ternyata berkat untuk kami tidak pernah berkurang; justru bertambah terus. Haleluya, Tuhan Yesus luar biasa.
Hingga akhirnya saya memutuskan ikut ambil bagian dalam pelayanan dan pendampingan orang sakit; terutama penderita COVID-19, sampai sekarang. Puji Tuhan, Tuhan sudah mempercayakan beberapa pasien COVID-19 dan kanker untuk saya layani, ada yang di kota Payakumbuh Sumatera Barat, ada yang di Jakarta, di Bali dan yang paling banyak di sekitar kota Batu dan Malang.
Ternyata kesaksian yang saya alami dapat menguatkan orang lain. Saya mendampingi beberapa pasien dari mulai sakit sampai sembuh, Itu semua berkat anugrah Tuhan Yesus. Dari kejadian yang saya alami, banyak sekali pelajaran yang bisa diambil. Kalau kita taat, Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Tuhan Yesus akan selalu menyertai kita dalam kondisi apapun. Walaupun sampai saat ini masih sering mengalami dampak gangguan tubuh efek dari COVID-19, tetapi ada sukacita dalam diri saya.
Sampai hari ini saya selalu merasakan sukacita, ada damai sejahtera dalam keluarga. Semuanya dipulihkan, mulai hubungan saya dengan Tuhan, dengan diri saya pribadi, hubungan dengan istri dan anak saya. Tuhan sudah menegur saya dengan cara-Nya yang luar biasa. Tuhan Yesus masih menyayangi keluarga kami.
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala