KUASA DI BALIK UCAPAN SYUKUR
“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Roma 8:28
Shalom,
Perkenalkan nama saya Marnala Simanjuntak, usia saya 58 tahun. Saya akan bersaksi bagaimana Tuhan melakukan mujizat kesembuhan yang luar biasa atas hidup saya.
Semenjak COVID-19 mulai menyebar di Indonesia dan maka diberlakukan sistem bekerja dari rumah, namun saya tetap harus bekerja untuk menemui rekan bisnis di luar rumah. Saya menggunakan transportasi umum seperti bus dan juga kereta, oleh sebab itu kondisi kesehatan sangat saya jaga. Dalam kerumunan sekalipun puji Tuhan, keadaan saya baik-baik saja. Dalam hal ini bukan berarti saya menantang bahaya, tetapi saya sangat menjaga dengan menaati protokol yang berlaku, memakai masker, juga sering mencuci tangan dan menjauhi kerumunan.
Hingga pada suatu hari di awal bulan Desember 2020, tiba-tiba saya merasakan tubuh saya lemas seperti tidak enak badan, tetapi saya memaksakan diri pergi ke daerah BSD untuk urusan bisnis. Sepulang dari sana, dalam waktu 3 hari saya mengalami pilek, batuk, dan mulai sulit bernapas. Saat itu yang saya rasakan seperti mau mati rasanya, karena susah bernapas, sampai-sampai saya berteriak beberapa kali memanggil nama Tuhan.
Dengan kondisi saya yang sedemikian rupa, saya pun segera memeriksakan diri ke Puskesmas, sesuai arahan keluarga. Sebab jika saya sampai terjangkit COVID-19, Puskesmas lah yang akan merujuk untuk saya dirawat ke rumah sakit yang ditunjuk Pemerintah khusus untuk menangani pasien COVID-19. Saat itu saya di Swab PCR dan tiga hari setelahnya saya diketahui positif COVID-19.
Ternyata untuk mendapatkan rumah sakit COVID-19 sangat sulit sekali, karena hampir semua rumah sakit penuh, karena angka pasien COVID-19 semakin bertambah. Akhirnya istri saya berkoordinasi dengan seorang teman sepelayanan yang kebetulan adalah seorang dokter dan juga salah satu pengurus rumah sakit di daerah Jakarta. Saya pun dapat dirawat pada salah satu rumah sakit di Jakarta Selatan, yang merupakan rumah sakit rujukan khusus pasien COVID-19.
Pada waktu yang bersamaan, ternyata orangtua istri, anak perempuan, adik laki-laki, pembantu, serta orangtua saya pun terpapar COVID-19. Orangtua saya mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit di Jakarta Timur, namun yang lainnya berstatus OTG (orang tanpa gejala). Jadi mereka hanya diisolasi mandiri di salah satu hotel yang menerima pasien COVID-19.
Berbeda jauh dengan apa yang saya alami, keadaan saya buruk. Ketika saya dirawat, antibiotik tidak pernah putus, saya mengalami sesak nafas dan harus memakai alat bantu. Hasil rontgen menunjukkan hampir seluruh paru-paru saya berwarna putih. Saya sulit bernapas, napas saya pendek, kepala pusing, mual juga lemas. Dari saat saya dibawa ke rumah sakit dengan ambulans, alat bantu pernapasan sudah langsung dipasang.
Saya dirawat di rumah sakit dari tanggal 16 Desember 2020. Tujuh hari pertama kondisi saya tidak begitu baik, namun 7 hari berikutnya, kondisi kesehatan saya semakin membaik dan mengalami kemajuan hingga saya diijinkan pulang pada tanggal 29 Desember 2020.
Saya sangat sadar bahwa Tuhan Yesus itu teramat baik dan saya pasti sembuh, walau saat itu saya juga sudah berserah kalau pun harus pulang ke Rumah Bapa. Pada kenyataannya, Dia ijinkan saya mengalami sakit, tetapi juga Dia menyediakan penanganan yang baik.
Dalam keadaan ini saya belajar satu hal; satu kata yang ternyata sangat penuh kuasa, yaitu "bersyukur". Bersyukur adalah kunci saya mengalami pemulihan di mana hari ke hari kondisi tubuh saya semakin baik. Mengucap syukur itu dapat melepaskan beban yang ada dalam hati, pikiran dan tubuh kita; ketika kita memperkatakannya dengan iman.
Firman Tuhan yang berkata "Hati yang gembira adalah obat yang manjur" adalah sebuah kebenaran yang di dalam dunia kedokteran pun diakui; bahwa waktu orang sakit yang memiliki semangat dan hati yang gembira, secara tidak langsung imunitasnya meningkat.
Sekali lagi saya sangat bersyukur atas apa yang Tuhan ijinkan terjadi dalam hidup saya. Saat itu saya merasa saya memiliki banyak sekali waktu untuk dapat bersekutu bersama Tuhan. Tuhan sedang membuat saya menjadi pribadi yang lebih baik lagi dan sakit ini juga menjadi sebuah perenungan hidup saya, di mana saya harus banyak mengubah apa yang ada dalam diri saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi, terutama dalam mengontrol emosi dan keras kepalanya saya.
Pengalaman pribadi saya ini membuktikan kembali bahwa betapa baiknya Tuhan yang saya sembah. Terima kasih buat kesempatan yang Tuhan beri, terima kasih buat perhatian dan dukungan doa yang mengalir, yang menandakan bahwa doa itu besar kuasanya. Dan hati yang selalu bersyukur adalah kekuatan terbesar yang menjadikan hidup kita penuh dengan kebaikan Tuhan. Amin.