Kesaksian
“Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu,
Dia sendiri akan menyertai engkau,
Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau;
janganlah takut dan janganlah patah hati".
Ulangan 31:8
Perkenalkan nama saya Oktavianus dan istri saya Elizabeth Nia Harsono. Kami menetap di Lampung dan dikaruniai 2 orang putra. Kami sekeluarga berjemaat dan melayani di GBI Malahayati Lampung. Pada kesempatan ini saya dan istri i...
“Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu,
Dia sendiri akan menyertai engkau,
Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau;
janganlah takut dan janganlah patah hati".
Ulangan 31:8
Perkenalkan nama saya Oktavianus dan istri saya Elizabeth Nia Harsono. Kami menetap di Lampung dan dikaruniai 2 orang putra. Kami sekeluarga berjemaat dan melayani di GBI Malahayati Lampung. Pada kesempatan ini saya dan istri ingin menyaksikan betapa baiknya dan luar biasanya Tuhan itu, serta pemeliharaan-Nya ketika saya mengalami musibah.
Pada tanggal 8 April 2021, saya dan lstri ada pelayanan dan sore harinya anak kami juga ada janjian main badminton dengan teman-teman pelayanannya. Karena mobil yang kami miliki hanya satu, jadi saya antar anak terlebih dahulu ke lapangan badminton.
Saya pun pergi lebih awal mengantar anak, namun sesampainya di sana gerbang lapangan badminton masih ditutup, gerbang depan masih dikunci. Karena saya kenal dengan penjaganya maka saya pun langsung menghubungi penjaga tersebut, dan saya diarahkan untuk masuk lewat belakang yang langsung tembus ke lapangan badminton.
Rencana awalnya saya hanya mengantar anak lalu balik ke rumah, tetapi karena melihat lapangan kosong hati saya iseng untuk main sebentar. Tidak lama, hanya 10 menit. Tetapi saat sedang main saya merasakan kepala saya pusing seperti berputar, jadi saya putuskan untuk berhenti main. Lalu saya duduk di samping lapangan dan minum. Terapi begitu saya angkat kepala, kepala saya semakin pusing seperti vertigo. Saya tidak menyampaikan apa yang saya rasakan kepada anak, saya hanya memutuskan untuk tidur sebentar di dalam mobil di parkiran.
Ketika saya jalan ke pintu keluar mendadak saya jatuh, dengan posisi ke depan, sehingga kepala dan dahi saya langsung menghantam lantai dengan keras. Darah keluar dari hidung, telinga dan saya muntah darah. Kepala saya terasa berputar hebat. Melihat kondisi ini, anak saya dan temannya langsung membawa saya ke RS yang kebetulan jaraknya tidak jauh dari lapangan.
Sampai di IGD, baju saya langsung diganti karena sudah basah bersimbah darah, akibat dari muntahan darah yang tidak berhenti. Saya masih merasakan kepala saya berputar hebat. Saat itulah saya sempat berpikir, mungkin inilah akhir hidup saya. Kalau memang ini akhir hidup saya, saya mau mengakhirinya dengan baik. Saya pun mengambil posisi berdoa, dalam keadaan tidur terlentang tangan saya lipat. Saya terus berbahasa Roh dan Tuhan berkata: "Tenang, kamu pasti sembuh." Saat mendengar suara itu, hati saya begitu tenang dan muntah darah yang tadinya tidak berhenti, tiba-tiba berhenti.
Tidak lama kemudian perawat memberitahukan bahwa saya akan segera di CT scan, karena kepala saya terbentur lantai yang menyebabkan ada retak di tempurung. Saat mendengar kata CT scan, saya ingin menolak. Saya berpikir berapa biayanya? CT scan itu pasti mahal, biayanya bisa jutaan.
Anak saya yang sulung baru saja masuk kuliah di Jakarta dan yang bungsu baru masuk SMP Internasional, buat saya semuanya memakan biaya yang cukup besar.Terus terang saya tidak mempunyai cukup uang jika harus mengambil tindakan-tindakan di RS. Namun Tuhan berbicara: "Tenang, pasti cukup."Jadi saya iyakan saja. Saya tidak tahu Tuhan mau cukupkan dari mana. Saya hanya bisa bersyukur kepada Tuhan. Bukankah Tuhan sudah bicara; pasti sembuh dan biayanya cukup? Walaupun saya tidak tahu, biaya cukup dari mana? Akhirnya saya didorong untuk CT scan.
Malam itu waktu anak saya menanyakan kepada istri saya tentang data papanya, ia berpikir bahwa data tersebut untuk pengajuan bea siswa. Namun ketika ia diminta segera ke RS karena "papa jatuh" hatinya terguncang, Timbul perasaan kuatir, "Apa yang terjadi dengan suami saya?"
Tiba di RS anak saya sempat menghalangi dia masuk melihat papanya, mungkin karena takut dia belum siap melihat kondisinya. Bersama si bungsu, ia pun pulang mengambil pakaian karena baju saya sudah basah dengan darah.
Kembali ke RS, ia bertemu dengan Bapak dan Ibu Gembala Rayon di tempat kami Pak Budi dan Ibu Rita yang sudah hadir dengan beberapa teman pelayanan. Dia yang sejak awal belum melihat saya, langsung ditemani masuk ke dalam. Alangkah kagetnya melihat kondisi saya, ia hanya bisa menangis. Beberapa orang termasuk Gembala kami, mendoakan dan memberikan kata-kata yang menguatkan: "Pak Okta pasti sembuh!"
Karena RS ini termasuk baru, akhirnya saya dirujuk ke RS lain yang memiliki dokter bedah otak, namun kami ditolak. Saat itu kasus COVID-19 sedang tinggi dan rata-rata RS penuh. Puji Tuhan melalui kenalan Pak Budi, yang seorang dokter di jemaat kami, akhirnya saya dapat ditangani.
Tindakan operasi dilakukan pada keesokan harinya jam 9 pagi. Saya baru bisa masuk kamar rawat inap jam 11 malam. Malam itu istri dan anak saya semalaman tidak tidur karena sekitar jam 2 subuh perawat meminta untuk mencari tambahan darah di PMI, karena saya terus muntah darah lagi. Saat melewati taman rumah sakit, keadaan sangat sepi karena pandemi. Sambil jalan ia menyanyikan lagu puji-pujian. Di situ ia mendengar suara Tuhan, yang berkata: "Jangan takut, lewati saja, pasti beres." Sejak itu seperti ada kekuatan baru.
Jam 9 pagi tindakan operasi dilakukan, cukup lama membuat istri saya stress. Pak Budi dan teman-teman gereja juga datang memberikan dukungan. Saat itu ia bingung, stress, sedih, kuatir, namun terus mendapat dukungan doa, perhatian dari teman-teman pelayanan yang terus men-support dan sangat menguatkan dia.
Istri saya pun ijin ke kamar untuk berdoa, menangis di hadapan Tuhan, kuatir keadaan saya yang belum keluar dari kamar operasi. Baru jam 14.30 operasi selesai. Dokter menyampaikan operasinya berhasil. Namun sampai jam 9 malam tidak juga dikembalikan ke kamar rawat inap.Ternyata karena saya belum sadar.
Sebelumnya Pak Budi sudah mengingatkan; karena termasuk operasi besar sebaiknya Pak Okta dimasukkan di kamar ICU 1-2 malam, supaya lebih terkontrol. Dalam hati ia mulai menolak, kalau masuk di ICU...uang dari mana?
Kami tidak memiliki cukup uang, sedangkan biaya di ICU itu mahal. Sedangkan saya tidak memiliki asuransi maupun BPJS. Namun ternyata memang harus masuk ICU.
Saat itu istri saya mulai belajar mengandalkan Tuhan, tidak mau memikirkan yang aneh-aneh tetapi sepenuhnya mengandalkan Tuhan saja. Saya koma dan selama 10 hari berada di kamar ICU. Dalam situasi seperti ini dan yang tidak pernah istri saya duga, ada bantuan datang dari saudara, teman-teman gereja, dan dari Pak Budi.
Sekitar seminggu di ICU, ia sampai tidak berani menanyakan ke bagian admin berapa jumlah tagihan yang berjalan? Karena biayanya pasti terus bertambah dari hari ke hari.
Anak saya yang sulung bilang: "Mama harus tanya ke bagian admin dan cek rekening, supaya kalau nanti kurang mama bisa doa minta sama Tuhan. Mama gak usah nunjuk kepada siapa mama mau mintai tolong. Mama andalkan Tuhan saja. Nanti Tuhan yang menggerakkan orang buat tolong Mama."
Akhirnya istri tanya ke bagian admin, jumlah tagihan berjalan sudah 60 juta, belum termasuk obat sekitar 12 juta. Ini belum keluar dari ICU, sedangkan uang yang ada sudah tidak banyak. Keluar dari ICU nanti belum tentu langsung diizinkan pulang, pasti akan masuk kamar rawat inap. Biaya akan terus bertambah.
Esok harinya ibu Rita menanyakan kabar saya, juga biayanya. Saya menjawab bahwa saya hanya berserah saja. Tanpa ia duga tidak lama Pak Budi dan Ibu Rita pribadi memberikan bantuan,yang cukup besar jumlahnya, juga dari atas nama gereja memberikan bantuan cukup banyak. Bantuan-bantuan lain terus mengalir, dan itu luar biasa.
Anak saya pernah bilang: "Jangan mengandalkan, atau berharap kepada siapapun." Karena semula istri mau minta tolong ke saudaranya. Tetapi anak saya mengingatkan; "Mama jangan mengandalkan 'kuku', mama berdoa saja, nanti Tuhan yang menggerakkan hati orang untuk menolong."
Sampai akhirnya kami bisa membayar seluruh tagihan RS sebesar 100 juta lebih, tidak kekurangan suatu apa pun, malah lebih. Luar biasa Tuhan Yesus, kalau Tuhan sudah berjanji Tuhan pasti cukupkan, bahkan melimpah.
Sepuluh hari saya koma dari total 16 hari di RS. Akhirnya saya pulang ke rumah diantar mobil ambulans, namun dalam keadaan linglung. Ditanya nama anak dan jumlah, jawaban saya salah. Saya belum bisa berjalan normal. Akibat dari benturan saat jatuh mengenai tengkorak dahi sebelah kanan, dampaknya mata kanan tidak bisa tertutup dengan rapat. Tubuh sebelah kanan kaku tidak bisa digerakkan, rasanya seperti mati sebelah.
Istri bersama anak-anak merawat saya di rumah. Berat badan saya susut hingga 20 kilo. Dokter mengatakan ini mujizat bisa sadar. Benar-benar mujizat Tuhan, banyak orang yang sudah linglung karena proses operasi tengkorak kepala, baru sadar setelah berbulan-bulan.
Setelah keluar RS di masa COVID-19 yang sedang tinggi, saya menjalani pengobatan terapi karena ada bagian tubuh saya yang belum bisa bergerak. Terakhir bulan Juli karena kondisi takut terpapar COVID-19 saya memutuskan untuk stop terapi dan kontrol dokter, dan hanya berdoa. Ada jam tertentu untuk sepakat berdoa, kami mengimani Firman Tuhan bahwa 2-3 orang minta apa saja dalam nama Tuhan akan dikabulkan. Maka kami mengimani. Hari ke hari pemulihan fisik saya terus terjadi. Dalam kurun waktu 3 bulan, saya sudah bisa jalan normal.
Sekarang saya sudah sembuh, bahkan bisa menyetir mobil dari Lampung ke Jakarta, menjenguk anak kami yang kuliah di Jakarta.
Tuhan Yesus itu sungguh luar biasa baiknva, Tuhan memelihara, memberkati serta mencukupkan apa yang kami perlukan. Terima kasih Tuhan Yesus, buat mujizat dan anugerah-Mu.
Ketaatan di Tengah Kemustahilan
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
KetaatandiTengahKemustahilan.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala