Kesaksian
"Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." Yesaya 41:10
Berawal pada awal bulan Maret 2020, hampir seminggu saya merasakan demam. Akhirnya ditemani oleh istri saya Rika, saya pergi berobat ke dokter. Melihat dari hasil laboratorium, dokter mendiagnosa saya mengalami typhus, hipertensi, diabet dan k...
"Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan." Yesaya 41:10
Berawal pada awal bulan Maret 2020, hampir seminggu saya merasakan demam. Akhirnya ditemani oleh istri saya Rika, saya pergi berobat ke dokter. Melihat dari hasil laboratorium, dokter mendiagnosa saya mengalami typhus, hipertensi, diabet dan kolestrol. Dokter menyarankan agar saya diopname, akhirnya diberikanlah surat pengantar rujukan rumah sakit yang dituju.
Setelah dua hari kami mencari RS untuk rawat inap karena RS penuh, Puji Tuhan pada tanggal 17 Maret 2020 akhirnya saya bisa dirawat di sebuah RS di daerah Cinere.
Saat masuk di IGD suhu badan saya 38,2 derajat Celcius, saya langsung dinfus dan menjalani serangkaian pemeriksaan seperti rontgen paru-paru. Setelah menunggu selama 3 jam di IGD saya pun masuk kamar rawat inap.
Hari Rabu ketika dokter paru-paru visit pertama kali, suhu badan saya 37,3 derajat Celcius dan dokter memberitahukan hasil rontgen paru-paru saya ada fleknya, mendengar hal itu saya dan istri terdiam. Hasil pemeriksaan gula, kolestrol, tensi saya tinggi, namun trombosit saya turun. Jadi selain minum obat, juga banyak obat yang diberikan melalui infus.
Pada hari ke-3, saat dokter tersebut datang memeriksa ada satu pandangan yang berbeda dengan penampilannya. Saya kaget karena beliau datang dengan memakai pakaian APD lengkap, padahal kemaren masih dengan memakai pakaian dokter pada umumnya. Melihat dokter yang biasa kontrol tidak datang lagi, saya pun menanyakan keberadaan dokter tersebut, jawaban yang saya terima dokternya sedang menjalani isolasi. Perasaan kaget, curiga dengan kedatangannya dengan memakai pakaian APD lengkap menimbulkan rasa kuatir dan berbagai pertanyaan dalam hati.
Setiap hari saya diperiksa, diambil darah dan puji Tuhan trombosit saya mulai naik, dan kolestrol saya mulai turun, namun dokter internis tidak dapat menjelaskan perkembangan kondisi paru-paru saya, karena dokter yang biasa menangani saya sedang sakit dan akan diganti kan dengan dokter yang lain. Hari berikutnya, setiap saya diperiksa dan kondisi saya semakin memburuk. Nafas saya semakin pendek dan disertai batuk yang semakin parah. Namun dokter pengganti hanya kontrol lalu pergi tanpa ada penjelasan mengenai paru-paru saya, berbeda dengan dokter internis yang sebelumnya, beliau selalu memberikan penjelasan.
Saya tidak berani berbicara dengan siapa pun termasuk lewat telepon, karena nafas saya tidak kuat, kalau bicara sedikit sudah tersengal-sengal dan batuk. Karena tidak ada kejelasan tentang perkembangan kondisi saya, maka Gembala saya di GBI JIS Pak Ferry Noviar yang memantau keadaan kondisi saya meminta untuk ganti dokter.
Dengan dokter ketiga, saya pun mengalami hal yang sama, setelah memeriksa dokternya langsung pergi. Damai sejahtera saya mulai hilang, terlebih saat itu saya melihat postingan di group WA, chatingan dan berita di televisi yang memuat berita tentang COVID-19 membuat saya down. Saya mulai deg-deg-an, rasa takut saya lebih besar, sepertinya kematian itu sudah ada di depan mata. Karena kondisi nafas saya sudah pendek sekali dan batuk-batuk, sekali nafas langsung batuk. Jadi saya bernafas lewat mulut. Akhirnya saya dibantu dengan uap dan agak tertolong.
Keesokan harinya saya mendengar kabar ada seorang hamba Tuhan yang saya kenal meninggal, di situ saya lebih down lagi. Saya hubungi Pak Michael Tumiwa selaku Ka. Dept musik di mana saya melayani di GBI JIS. Saya ceritakan kalau saya takut dan Pak Michael hanya bilang, "Kita minta ampun sama Tuhan dan bertobat." Di situ saya minta ampun kepada Tuhan dan bertobat. Saya mengakui bahwa selama saya menikah, saya tidak pernah membuat mezbah keluarga. Berikanlah kesempatan sekali lagi kepada saya, karena anak saya masih kecil-kecil, mereka masih membutuhkan saya dan saya berjanji kalau saya sembuh dan kembali ke rumah, saya akan membangun mezbah keluarga.
Saya menjalani pemeriksaan rongent paru yang ke-2, hasilnya tidak semakin baik karena ditemukan adanya bintik-bintik putih pada paru-paru saya. Dokter hanya bicara kepada istri saya, tetapi tidak kepada saya langsung. Di situ saya mulai emosi karena saya tidak diberikan penjelasan. Saya hanya diinfus, apalagi melihat berita ditelevisi mengenai orang meninggal karena COVID-19, saya jadi stress dan televisinya tidak bisa dimatikan.
Nafas saya makin hari kian pendek. Saya merasa sudah diperlakukan seperti orang yang sudah terpapar COVID-19. Yang semula saya makan memakai piring beling tiba-tiba semuanya diganti dengan piring plastik, dan yang awalnya saya sekamar dengan 6 orang pasien, tiba-tiba semua dipindah. Jadi kamar tersebut memang dikhususkan untuk saya sebagai ruang isolasi dan setiap yang masuk kamar selalu memakai APD lengkap dan menjaga jarak.
Akhirnya pada tanggal 26 Maret 2020, hari Kamis jam 3 pagi, suster datang mengambil dahak saya guna pemeriksaan lebih lanjut. Sekitar pukul 04.30 saat saya sedang berdoa, memuji, menyembah Tuhan, Tuhan datang dan melawat saya. Saya melihat dengan jelas Tuhan berdiri dan tersenyum ke arah saya lalu melangkah ke arah pintu keluar. Saya merasakan Tuhan menjamah dada saya dan saat itu saya bisa bernafas panjang dan tidak batuk-batuk lagi. Saya langsung menangis, Tuhan datang dan melawat saya.
Karena selama saya di RS, saya hanya bisa berkata-kata dengan Tuhan. Saat saya menyembah Tuhan saya langsung bisa menarik nafas panjang. Saya berterima kasih kepada Tuhan Yesus, saya terus memperkatakan tentang kebaikan Tuhan, “Kau Bapa yang baik, Bapa yang setia dan Bapa yang selalu menyertai saya."
Saat pagi harinya saya bangun saya mengucapkan terima kasih, saya diberikan paru-paru yang baru, saya imani itu. Saya bersukacita sekali, saya ceritakan apa yang saya alami kepada suster yang merawat, kalau Tuhan Yesus sudah menyembuhkan saya. Karena tidak seperti biasanya nafas saya pendek dan batuk. Saya katakan suster sudah melihat bukti, saya bisa bernafas panjang tanpa batuk. Karena setelah kejadian di mana Tuhan Yesus datang, yang saya rasakan saat itu saya bisa bernapas panjang dan tidak batuk-lagi
Tanggal 27 Maret 2020 pukul 09.00 pagi saya menjalani Rapid tes dan rongent Thorax yang ke-3. Karena saat itu Swab hanya ada di RS pemerintah dan itu pun antrinya panjang sekali. Pada malam harinya dokter memberitahukan kepada saya dan istri bahwa hasil Rapid tes saya reaktif dan hasil rongent paru-paru saya 80% sudah bersih.
Terus terang di situ saya menangis, ada rasa takut yang luar biasa. Selain itu keluarga inti dan keluarga besar saya takut kehilangan saya, terutama istri dan anak-anak saya. Istri saya menyampaikan kalau anak saya yang pertama Carol, selalu nangis dan berdoa "Tuhan Yesus tolong agar papa jangan meninggal." Setiap video call selalu nangis dan Tanya, “Papa kapan pulang?”
Sampai akhirnya tanggal 28 Maret 2020 saya pun di pindahkan ke Wisma Atlet, dan di sana saya bertemu dengan beberapa teman. Beberapa orang di Wisma Atlet mengatakan bahwa saya seperti orang sehat. Saya percaya Tuhan sudah sembuhkan saya malam itu, walaupun setelah 3 kali hasil Rapid test saya masih reaktif. Ada hal lain yang Tuhan ingin nyatakan kepada saya.
Selama menjalani isolasi di Wisma Atlet, setiap pagi kami membangun mezbah doa, memuji dan menyembah Tuhan, itulah rutinitas yang kami lakukan setiap pagi sebelum kami melakukan rutinitas lainnya.
Saya percaya malam di mana Tuhan melawat saya, Ia telah melepaskan saya dari penderitaan sesak nafas dan batuk saya. Meski pun hasil tes yang saya jalani hasilnya jauh berbeda dari yang saya harapkan. Tetapi saya percaya saya sudah disembuhkan, hanya saya harus menjalani tes secara medis. Karena secara fisik saya bisa bernafas dengan baik dan tidak batuk lagi. Sampai-sampai petugas di Wisma Atlet saat melihat kondisi saya, mereka tidak menduga kalau saya sakit.
Puji Tuhan, saat saya mengalami semua ini saya bersyukur kalau ada banyak dukungan doa, support dari keluarga, teman-teman sepelayanan yang mengalir sehingga saya boleh dikuatkan dan percaya bahwa saya akan pulih dan segera pulang ke rumah.
Selama di Wisma Atlet saya menjalani Rapid tes sebanyak 3 kali dan semua hasilnya reaktif. Kurang lebih seminggu sebelum pulang saya kembali menjalani tes Swab, di mana hasilnya keluar tanggal 17 April 2020. Puji Tuhan hasilnya negatif! Saya sangat bersuka cita.
Maka pada tanggal 18 April 2020 saya sudah boleh pulang ke rumah, namun saya masih harus menjalani isolasi mandiri selama 14 hari lagi di tempat lain dan bukan di rumah. Setelah 12 hari dirawat di RS dan selama 22 hari menjalani isolasi di Wisma Atlet, akhirnya saya dinyatakan sembuh.
Rasa syukur yang tak terhingga saya naikkan kepada Tuhan Yesus yang telah berbuat baik karena Tuhan sudah melepaskan saya dari kematian akibat COVID-19. Bersyukur buat setiap kesempatan yang Tuhan beri dalam hidup saya. Sampai hari ini saya boleh ada, saya sehat dan itu semua karena Tuhan Yesus.
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala