Kesaksian
“Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat – firman TUHAN – Aku akan menyembuhkan dia”!
Yesaya 57:19
Ridar bertumbuh dari didikan orang tua yang menghormati dan takut akan Tuhan, serta yang selalu menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, kesopanan dan kerajinan, menjadikan dasar dalam pertumbuhan dan pengenalan akan Tuhan Yesus.
Sejak muda ia sudah aktif mengikuti kegiatan kesenian karena hobby...
“Aku akan menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat – firman TUHAN – Aku akan menyembuhkan dia”!
Yesaya 57:19
Ridar bertumbuh dari didikan orang tua yang menghormati dan takut akan Tuhan, serta yang selalu menanamkan nilai-nilai kedisiplinan, kesopanan dan kerajinan, menjadikan dasar dalam pertumbuhan dan pengenalan akan Tuhan Yesus.
Sejak muda ia sudah aktif mengikuti kegiatan kesenian karena hobbynya bermain musik; terutama gitar. Sejak usia sekolah SMP-SMA (1997-1983) di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, termasuk pelayanan di gereja. Sampai dengan tahun 1983 saat ia kuliah di salah satu perguruan tinggi di Jakarta, baginya pelayanan masih dianggap sebatas aktifitas atau kegiatan semata.
Sampai suatu saat seorang teman kuliahnya mulai memperkenalkannya kepada lingkungan di luar kampus, yaitu komunitas pemuda-pemudi rohani karismatik. Ia semakin bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan.
Dan akhirnya ia tiba pada momentum yang tidak pernah ia lupakan. Di bulan Agustus 1986, pada suatu Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR), oleh karena anugerah Allah akhirnya ia mengambil keputusan lahir baru dengan menerima Tuhan Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya secara pribadi.
Perjalanan hidupnya sungguh ajaib bersama Tuhan sampai akhirnya ia bertemu dengan pasangan hidupnya dan menikah dengan gadis yang sangat dicintainya, Phebe Roza, pada bulan Agustus 1991.
Kehidupan terus berganti dari musim ke musim bersama Tuhan. Ia percaya bahwa penyertaan Tuhan di dalam hidupnya dan keluarga sungguh nyata, sampai kisah ini diceritakannya ini terjadi. Hari itu tanggal 14 Februari 2016, mereka sekeluarga sedang tertidur lelap. Sekitar jam 3 pagi tiba-tiba tubuhnya mengalami kejang-kejang, bergetar-getar sangat kuat, telinga berdengung, kepala pusing, gigi bergemeletuk, wajah perlahan-lahan membiru, mulut berbusa. Ia merasakan tubuhnya tidak berdaya dan lemah sekali, walaupun kondisinya tetap sadar, namun tidak mampu bergerak. Kejang-kejang tersebut terus berlangsung hingga kira-kira 10 menit.
Dalam keadaan tidak berdaya itu, ia hanya sanggup berdoa dan meminta pertolongan dari Tuhan. Dalam hati kecilnya seperti ada suara yang berkata:
“tenang, diamlah, jangan berusaha untuk melakukan suatu apapun”, lalu ia menaati suara itu dengan menenangkan pikiran dan dirinya.
Di saat yang bersamaan itu, istrinya yang sedang tertidur di sampingnya itu, mulai menyadari apa yang terjadi pada dirinya. Dalam keadaan panik dan sangat terkejut, istri dan anaknya Shelomita langsung berdoa keras meminta pertolongan dari Tuhan Yesus. Setelah itu dengan sigap segera meminta bantuan tetangganya untuk ke rumah sakit, karena tidak memungkinkan membawanya sendirian.
Setengah jam Ridar dalam kondisi tersebut. Akhirnya berkat bantuan tetangganya itu, ia dibawa ke rumah sakit terdekat sekitar BSD City dan tim medis segera memberikan pertolongan yang perlu dilakukan.
Setelah menjalani perawatan di rumah sakit selama 4 hari, kondisi tubuhnya mulai kembali membaik dan ia dijinkan pulang, walaupun diagnosis yang akurat belum dapat ditemukan secara pasti penyebab penyakitnya itu.
Hari demi hari kondisi Ridar berangsur pulih, dan kondisi tubuhnya kelihatan semakin baik, tidak ada lagi keluhan, sehingga dapat kembali melakukan aktifitas seperti biasanya.
Namun setelah 10 bulan berselang, tiba-tiba ia mengalami kejang-kejang lagi. Siang hari itu ia sedang dalam perjalanan pulang dari mengajar dan hendak melanjutkan ke pelayanan lainnya. Dalam perjalanan pulang ke rumah, saat itu istrinya yang sedang mengemudikan mobil. Persis di tol lingkar dalam daerah Jakarta Barat, akhirnya mobil terpaksa menepi di pinggir jalan.
Dalam situasi itu istri dan anaknya pun kembali berdoa dengan iman meminta pertolongan dari Tuhan. Puji Tuhan, kejang-kejang tersebut akhirnya mereda, walau keadaannya masih sangat lemah, namun ia mulai dapat beristirahat dan menenangkan diri, agar dapat mempercepat proses pemulihan tubuhnya.
Setahun berlalu, namun keadaan tersebut tidak juga membaik, kejang-kejang tersebut timbul berulang kali dengan tiba-tiba. Dan satu kali, hal itu kebetulan terjadi pada saat istri tercinta mendampinginya, ketika sedang memeriksa kondisi kesehatannya di salah satu rumah sakit ternama di Jakarta. Atas kejadian itu, dokter di rumah sakit itu menginstruksikan untuk segera dilakukan pemeriksaan MRI.
Saat menjalani proses pemeriksaan MRI, ia mengakui sempat timbul perasaan sedikit takut. Ketika prosesnya sudah berlangsung sekitar 40 menit MRI, ternyata terjadi kegagalan teknis, sehingga prosesnya harus diulang dari awal. Menurut staf yang bertugas di ruang MRI tersebut, kejadian seperti ini belum pernah terjadi sebelumnya.
Secara manusia pikirannya mulai kuatir dan takut, namun bersamaan dengan itu ia tetap percaya dan tetap tenang. Roh Kudus kembali mengingatkan di dalam hatinya akan perkataan Firman Tuhan yang diingatnya berulang ulang selama kurang lebih satu setengah jam:
“Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya. Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal nama-Ku”
Mazmur 91:14
Ayat itulah yang telah menguatkannya dan menjadi rhema baginya. Ia sangat percaya bahwa Tuhan pasti akan meluputkannya dari hal yang buruk (bukan dari Tuhan) yang dapat menyerang kehidupan dan imannya. Puji Tuhan, MRI yang kedua akhirnya berjalan lancar.
Dengan arahan gembala jemaat di mana ia dan keluarga melayani di GBI Sudirman (Agro Plaza Kuningan) yang berada di bawah pembinaan Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo, ia dianjurkan mendapatkan second opinion dari dokter spesialis lainnya di rumah sakit ternama lainnya di Jakarta.
Menurut dokter tersebut, hasil MRI dengan kontras tersebut didiagnosis dugaan atau kecurigaan adanya sejenis tumor jinak di otak kepala bagian kiri yang di sebut low grade glioma, inilah yang memicu kejang-kejang yang bisa terjadi berulang kali.
Dokter tersebut juga menganjurkan tindakan operasi otak dan dirujuk ke spesialis bedah syaraf di rumah sakit lainnya. Jadi sudah dua orang dokter ahli spesialis bedah syaraf dari dua rumah sakit berbeda yang sama-sama menganjurkan untuk menjalani operasi otak.
Mendengar anjuran operasi tersebut timbul kekhawatiran dalam hatinya dan keluarga kecilnya itu. Mereka mulai bersepakat untuk tidak mau menyerah begitu saja, dan mulai berdoa minta petunjuk dari Tuhan Yesus tentang apa yang harus dilakukan.
Namun karena merasa tidak ada jalan lain, ia bersama keluarga akhirnya mengambil keputusan untuk tetap melakukan operasi tersebut, karena banyak hal yang menjadi pertimbangan pada saat itu, di samping memperkirakan resiko yang terjadi pasca operasi berhasil tidaknya, termasuk juga biaya operasi yang baginya sangat besar (ratusan juta).
Dengan merendahkan diri, ia hanya berserah kepada Tuhan, berdoa dan terus berdoa sambil mengucap syukur karena ia percaya Tuhan sudah sedemikian jauh menolongnya.
Saat menjelang operasi, ia diwajibkan untuk melakukan pemeriksaan MRI lagi. Pada waktu melakukan proses MRI, kembali suara yang lembut namun cukup kuat berbicara di dalam hati kecilnya mengingatkan akan Firman Tuhan dalam Yesaya 57:19 yang mengatakan:
“Aku akan menciptakan puji pujian, damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi mereka yang dekat – firman TUHAN – Aku akan menyembuhkan dia!”
Kata-kata: "Aku akan menyembuhkan dia…" sungguh menjadi spesial, karena benar-benar secara spesifik telah membangkitkan imannya.
Dalam kondisi seperti itu, Ridar dan keluarga tetap mau mengandalkan Tuhan, karena apapun yang terjadi; ia percaya, Tuhan Yesus baik. Rancangan dan ketetapan-Nya selalu yang terbaik, Bapa di Sorga berdaulat penuh atas hidupnya. Pdt. Lim-lim, Gembala tempat ia melayani, menganjurkan agar sekali lagi berkonsultasi ke dokter spesialis lainnya agar bisa lebih memastikan. Kami pun taat dan secepatnya konsultasi kepada dokter spesialis di salah satu rumah sakit di daerah Karawaci Tangerang.
Begitu pertama kali melihat dan menganalisa hasil MRI, dokter spesialis bedah syaraf tersebut dengan tegas langsung mengatakan bahwa kondisi seperti ini tidak dianjurkan sama sekali untuk operasi. Alasannya karena posisi tumor tersebut; apabila dilakukan operasi akan sangat beresiko tinggi, sangat berbahaya, bahkan bisa mengakibatkan kelumpuhan total.
Mendengar pernyataan Dokter tersebut, Ridar dan keluarga kaget sekaligus sangat bersyukur terharu, dan teringat apa yang Roh Kudus nyatakan sebelumnya. Tuhan sudah meluputkannya dari keadaan yang buruk, sekaligus membentenginya. Haleluya, Tuhan Yesus ajaib.
Walaupun masih sempat beberapa kali keluar masuk di rumah sakit dan tetap di rawat karena kejadian kejang-kejang yang terus berulang, namun pada akhirnya kondisi Ridar akhirnya semakin membaik.
Sampai saat ini, Ridar diwajibkan secara rutin mengkosumsi obat anti kejang (meningkatkan kadar fenitoin dalam darah) dan pemeriksaan berkala. Dengan disiplin dan mengikuti petunjuk dokter, semakin hari kini Ridar merasa sudah pulih dan kuat.
Benar-benar ajaib kasih karunia Tuhan Yesus, sehingga sampai dengan hari ini sudah berjalan 4 tahun lebih ia dapat sembuh. Ia sangat bersyukur memiliki saudara-saudara seiman (pengerja), keluarga dan saudara kandung yang selalu setia membantu melewati masa-masa sulit itu. Terima kasih Tuhan Yesus, Haleluya. Amin.
KEKUATAN, BUKAN KETAKUTAN!
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
KekuatanBukanKetakutan.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala