Kesaksian
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”
Lukas 1:37
Data GLOBOCAN 2018 menunjukkan sebanyak 17.992 kasus baru kanker nasofaring di temukan pada warga Indonesia, dan menjadi salah satu dari lima jenis kanker yang paling banyak diidap oleh kaum Adam. Jenis kanker kepala dan leher ini menyerang bagian nasofaring, yakni area yang terletak di belakang hidung dan di atas bagian belakang tenggorokan.
Robert Benedictus, 58 tahun menja...
“Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil.”
Lukas 1:37
Data GLOBOCAN 2018 menunjukkan sebanyak 17.992 kasus baru kanker nasofaring di temukan pada warga Indonesia, dan menjadi salah satu dari lima jenis kanker yang paling banyak diidap oleh kaum Adam. Jenis kanker kepala dan leher ini menyerang bagian nasofaring, yakni area yang terletak di belakang hidung dan di atas bagian belakang tenggorokan.
Robert Benedictus, 58 tahun menjadi salah satu di antaranya yang mengidap kanker jenis ini. Sebelum kita mengikuti kesaksiannya, inilah profil Robert Benedictus.
Robert Benedictus mengenal Tuhan Yesus Kristus secara pribadi tahun 1984, saat ia masih duduk di bangku kuliah di salah satu universitas di Indonesia. Saat masih kuliah, pria kelahiran Medan ini mengikuti ajakan teman kampusnya untuk menghadiri Kebaktian Kesembuhan Ilahi di sebuah gereja kecil di kota itu. Awalnya ia datang karena hanya untuk menyenangkan hati temannya. Namun, dengan tidak disangka, dalam kebaktian itu ia dijamah Tuhan.
Pada akhir kebaktian tersebut, Pendeta itu menantang umat Tuhan yang sedang membutuhkan doa dan kesembuhan. Saat itu Pendeta tersebut mendoakan seorang wanita paruh baya yang menurut keterangan sudah mengalami kelumpuhan total selama 4 tahun. Setelah didoakan, seketika itu juga ia dapat berdiri dan berlari sambil memuji Tuhan, wanita itu telah mengalami mujizat kesembuhan dari Tuhan.
Bersamaan dengan itu, Robert merasakan jamahan Tuhan atas dirinya. Ia terus teringat akan peristiwa kesembuhan yang dialami ibu paruh baya itu, yang sangat membekas di hatinya dan membuatnya gelisah sepanjang malam. Malam itu, atas kerinduannya Robert memutuskan untuk besoknya kembali hadir mengikuti ibadah di gereja tersebut. Tepat pada 24 Juni 1984, Robert memutuskan untuk menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat secara pribadi. Setelah keputusan itu, ia mulai aktif melayani Tuhan.
Musim terus berganti, sebagai jawaban doanya Robert dipertemukan dengan gadis yang dicintainya; Maria Arul, dan menikah pada tahun 1989. Dari pernikahan itu, Robert dikaruniakan 3 orang putri, Faith, Felicia (sudah menikah) dan Farren (belum menikah). Pada tahun 2021, juga sudah dikaruniakan satu orang cucu.
Saat ini Robert dipercayakan pelayanan sebagai Kordinator Misi Luar Negeri, Kordinator Hubungan Luar Negeri (International Network) dan aktif melayani di GBI Selecta Rayon 4 Medan.
Kisah kesaksian ini berawal pada tahun 2009–2010. Saat itu Robert sedang diundang pelayanan khotbah Church Family Camp selama 3 hari di Kuala Lumpur, tepatnya di Cameron Island. Robert mulai merasakan keadaan tubuhnya yang kurang baik seperti, merasakan demam naik turun, sulit telan makanan, dan serta seperti ada luka pada tenggorokannya. Namun puji Tuhan, sesi demi sesi pelayanannya berjalan dengan baik.
Pada tanggal 16 Agustus 2010, Robert akhirnya kembali ke Medan. Malamnya kembali ia tidak bisa tidur, karena rasa sakit di tenggorokan yang sangat luar biasa, seperti terbakar. Lusanya; tepatnya pada tanggal 18 Agustus 2010, karena sudah tidak tertahankan lagi, ia memutuskan untuk memeriksakan kondisinya di salah satu rumah sakit ternama di Medan. Hasil diagnosis, Robert mengalami Infeksi telinga. Untuk itu diberikan obat telinga. Walau sudah diobati, rasa sakit di tenggorokannya tetap saja tidak mengalami perubahan, malahan semakin parah.
Robert dengan ditemani istrinya, memutuskan untuk berobat pada dokter spesialis lainnya di rumah sakit berbeda di Medan. Dan hasil diagnosisnya pun berbeda; kali ini di diagnosis amandel, tonsilnya rusak, dan dokter memberikan obat anti biotik untuk meringankan sakitnya. Seperti yang sebelumnya obat yang diberikan juga tidak membuahkan hasil, malahan ia semakin menderita atas sakitnya itu.
Situasi dan kondisi tersebut, terus berjalan selama satu tahun, hingga pada akhirnya atas rujukan Dokter keluarga, Robert dan keluarga memutuskan untuk melakukan citi scan dan MRI. Dari hasil pemeriksaan tersebut, ia dinyatakan mengidap Nasopharynx Cancer (NPC) yang telah menyebar dan menghambat tenggorokannya.
Secara manusia, Robert sangat takut dengan hasil pemeriksaan tersebut. Perasaan dan pikirannya mulai berkecamuk, ia merasa sudah berada di ambang jurang maut, istri dan anak-anaknya akan ditinggalkannya, terlebih lagi pelayanan yang selama ia bangun akan berakhir.
Bersyukur dalam keputus-asaannya, ia mempunyai seorang penolong seperti istrinya itu yang menguatkan dan berkata, "Jangan takut, pasti akan baik-baik saja, karena Tuhan pasti tolong”. Dokter yang menyaksikan peristiwa itu pun, ikut memberikan semangat: “Bapak seorang hamba Tuhan, tugas bapak belum selesai."
Kata-kata yang disampaikan istri dan dokternya itu telah membuat iman Robert bangkit dan sanggup mengalahkan pikiran dan perasaan yang menghantuinya itu. Ia mulai beriman dan percaya kepada Tuhan serta berkata: “Pasti mujizat itu ada dan nyata, dalam nama Yesus, saya alami mujizat dan pertolongan Tuhan. Saya akan menjadi saksi dengan menceriterakan mujizat yang besar dari Tuhan.”
Hari demi hari mulailah Robert mengikuti proses tahapan medis, termasuk di opname selama 3 hari di Rumah Sakit Medan. Kemudian berlanjut mendapatkan rujukan untuk menjalani perawatan kemoterapi di Kuala Lumpur, Malaysia.
Sebelum bertolak ke Malaysia, semua rekan-rekan hamba Tuhan sepelayanan, jemaat dan para pemimpin dari berbagai organisasi gereja di Medan, bersatu hati datang berdoa dan bersepakat meminta kesembuhan dari Tuhan. Dan saat itu juga iman Robert seperti melonjak dan teringat akan kisah wanita separuh baya yang telah menerima mujizat kesembuhan pada masa kuliahnya dulu. Ia mulai percaya bahwa Tuhan bekerja dalam doa, dan mujizat pasti ada.
Benar kata Firman Tuhan, ada bertulis: “doa orang benar, besar kuasanya.” Tiba-tiba sel kanker yang selama ini telah membuat Robert menderita dan sengsara; mulai pecah mengeluarkan banyak darah dan keluar melalui mulutnya. Walau demikian, Robert tetap bertolak ke Rumah Sakit rujukan yang ada di Kuala Lumpur untuk melakukan pemeriksaan, demi untuk mendapatkan hasil yang akurat, sampai-sampai ia harus mendatangi dua rumah sakit yang berbeda di Malaysia.
Puji Tuhan, dari hasil pemeriksaan CT scan, dan biopsi pada dua rumah sakit berbeda itu dinyatakan Robert sudah sembuh, dan tidak lagi ditemukan kanker. Daging sebesar telur sudah jatuh dan hilang lenyap dari tenggorokannya untuk selamanya. “Tuhan Yesus baik, Dia Allah yang hidup dan menjawab setiap pengumulan dan doa kita.”
Peristiwa yang dialaminya itu menjadi kesaksian besar, dan membuat Robert mengerti, bahwa kini hidupnya bukan dia lagi, tetapi Kristus hidup di dalamnya. (Galatia 2:20)
Apakah Kebangkitan Yesus Hoax?
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
ApakahKebangkitanYesusHoax.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala