ADA YESUS SERTAKU
Shalom,
Perkenalkan nama saya Caleb, saya berjemaat di GBI Gandaria City. Seperti yang kita ketahui, memasuki pertengahan bulan Maret 2020 virus corona mulai merebak di Indonesia. Virus ini tidak mengenal batasan usia, status sosial dan ekonomi dalam masyarakat. Beberapa orang tidak luput dari penyakit ini, namun tak lantas menyerah dengan keadaan.
Pada tgl 12 Maret 2020, saya merasakan badan saya pegal-pegal semua, lalu pada jam 12 tengah malam saya mulai demam dan menggigil kedinginan. Saya pikir hanya demam biasa saja jadi saya minumkan obat demam seperti Panadol.
Karena demamnya tidak kunjung hilang, maka pada tgl 14 Maret 2020 saya coba cek darah lengkap di rumah sakit dan hasilnya saya positif Typhus. Saya minum obat antibiotika; yang diminum 1 kali sehari selama 7 hari, setiap hari saya demam dan dikompres, saya juga minum paracetamol 600 mg setiap 4 jam. Tetapi sampai obat antibiotika sudah habis diminum, keadaan saya tetap tidak membaik, suhu badan saya tinggi sekali 38-39. Oleh sebab itu terus dikompres dan kepala sakit sekali. Nafsu makan pun juga hilang selama 1 minggu itu.
Akhirnya tanggal 23 Maret 2020 dengan ditemani oleh adik dan adik ipar, saya dibawa ke UGD rumah sakit Cikini untuk rontgen paru-paru dan CT scan. Puji Tuhan, dokter yang menangani saya adalah adik saya sendiri, Dr. Rebekka yang bertugas sebagai Ketua Tim COVID-19 Rumah Sakit PGI Cikini.
Setelah menjalani pemeriksaan paru-paru, dokter memberitahukan bahwa hasil Thorax dan CT Scan kurang baik. Hasilnya sudah confirmed 95% COVID-19. Saat itu jujur saja saya sedikit kaget, tetapi tidak takut. Ada rasa tenang dan damai sejahtera di dalam Yesus. Saya belajar menerima keadaan ini dan berdoa sambil menunggu kamar isolasi yang sedang dipersiapkan.
Setelah masuk kamar isolasi, saya langsung diberikan obat yang paling baik pada saat itu. Selain itu banyak obat-obatan yang dikonsumsi melalui infus seperti obat antibiotika, obat pengencer darah, vitamin, suntik kalsium, lambung dan lain sebagainya. Selama menjalani isolasi, setiap 2 jam suster datang untuk mengecek suhu tubuh saya, detak jantung, tekanan darah, ganti infus dan juga suntikan. Selain itu setiap hari saya diambil darah untuk melihat perkembangan yang ada.
Dalam masa-masa kesendirian itu saya banyak mengambil waktu untuk berdoa, memuji dan menyembah Tuhan. Hanya itu yang dapat saya lakukan selama saya diisolasi. Saat saya berdoa Tuhan memberikan damai sejahtera dan ketenangan di dalam hati saya. Terlebih lagi dukungan doa dari teman-teman, keluarga yang setiap malam kami bersama dalam mezbah doa terus mendukung untuk kesembuhan saya. Dari hari ke hari Tuhan Yesus terus memulihkan.
Lambat laun suhu badan saya pun kembali normal, tidak demam lagi dan nafsu makan saya luar biasa. Puji Tuhannya sejak awal terpapar virus ini saya tidak pernah batuk, flu atau sakit tenggorokan seperti yang terjadi pada kebanyakan orang. Yang saya rasakan hanya demam dan sakit kepala.
Setelah 13 hari saya menjalani isolasi di rumah sakit dan melalui pemeriksaan rutin, saya pun dinyatakan sudah sembuh dari COVID-19. Hingga pada akhirnya pada tgl 4 April 2020 saya diperbolehkan pulang ke rumah.
Jika saya merenungkan apa yang sudah saya alami, mengapa saya bisa terpapar virus ini? Tertular di mana? Saya sama sekali tidak dapat mengingatnya, karena banyak aktivitas dan pekerjaan yang saya jalani. Hanya saja istri saya Regina sudah sering mengingatkan agar saya memakai masker jika beraktivitas di luar. Kesalahan yang saya lakukan adalah karena saya tidak dengar-dengaran dengan istri, padahal sudah sering kali diingatkan.
Melalui kejadian yang sudah saya alami, saya hanya dapat bersyukur kepada Tuhan Yesus, karena Dia selalu menyertai sekali pun saya di dalam kesesakan. Kalau saya masih ada sampai dengan hari iniā¦ itu semua karena Tuhan yang menyertai saya, dan menyelamatkan saya. Proses kesembuhan yang saya alami juga tergolong cepat, itu sepenuhnya karena campur tangan Tuhan.
Terpujilah nama Tuhan!