Kesaksian
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah”
Yeremia 17:7-8
Perkenalkan nama saya Lisyanti dan suami saya Jacob Suantono. Pernikahan kami dikaruniai deng...
“Diberkatilah orang yang mengandalkan TUHAN, yang menaruh harapannya pada TUHAN!
Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air, yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air, dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering, dan yang tidak berhenti menghasilkan buah”
Yeremia 17:7-8
Perkenalkan nama saya Lisyanti dan suami saya Jacob Suantono. Pernikahan kami dikaruniai dengan empat orang anak. Kami melayani di GBI HOG, Rayon 3 Gading Serpong-Tangerang. Dalam kesempatan ini saya ingin menyaksikan kebaikan Tuhan yang telah kami alami.
Pada tahun 1998, lahir anak kedua kami sepasang bayi kembar laki-laki secara premature, sehingga harus dirawat di ruang NICU dengan pengawasan dokter. Saat itu, Indonesia sedang menghadapi krisis moneter, dampaknya begitu besar sehingga banyak perusahaan yang bangkrut dan karyawannya di PHK, salah satunya termasuk suami saya.
Saat itu, suami saya diberhentikan dari tempat kerjanya dan hanya diberikan setengah gaji. Tiga minggu setelah anak kami dirawat, kami harus memutar otak, kami bingung untuk menyelesaikan biaya rumah sakit yang cukup tinggi dengan keuangan kami yang sangat pas-pasan.
Setelah lima hari, saya diijinkan pulang ke rumah. Namun baru satu hari di rumah saya terpaksa harus kembali dirawat di rumah sakit karena terjadi pembengkakan pada rahim. Saya merasakan begitu sangat kesakitan sampai tidak dapat berjalan. Kembali masuk rumah sakit tentunya membutuhkan biaya tambahan lagi. Tidak mudah bagi saya untuk melewati masa-masa sulit seperti ini. Banyak air mata, tekanan dan kesedihan membuat saya merasa begitu down. Hanya kekuatan dari Tuhan Yesus yang memampukan, sehingga saya dapat melaluinya.
Setelah tiga minggu, akhirnya anak kami di perbolehkan pulang ke rumah. Rasa syukur dan sukacita memenuhi hati kami. Tetapi belum sampai satu bulan di rumah, salah satu anak kembar kami tersedak susu oleh karena kecerobohan pengasuhnya. Kami panik, langsung membawa bayi kami ke rumah sakit dengan kondisi yang sudah membiru diwajahnya.
Setibanya di rumah sakit kami ditegur dengan keras oleh dokter, karena jika telat satu jam saja bayi kami bisa meninggal. Akhirnya anak kami kembali dirawat di ruang NICU. Saya merasakan keadaan yang sangat sulit, karena begitu banyak masalah yang datang secara beruntun. Saat itu saya mulai merasa tidak kuat, timbul rasa kekhawatiran dan kesedihan serta air mata yang mengalir setiap hari.
Pada saat sedang dirawat di rumah sakit, semalaman bayi kami menangis tidak mau tidur. Keesokan paginya saya memutuskan ke rumah sakit dan minta tolong kepada dokter untuk dapat mengijinkan kami tinggal dalam satu kamar dengan bayi kami yang di rawat. Puji Tuhan, permintaan kami diijinkan oleh dokter sehingga kami sekeluarga bersama dengan anak yang paling besar dapat tidur di rumah sakit, sehingga bayi kami menjadi sehat kembali.
Kami mulai menata kembali kehidupan kami dengan mengatur keuangan rumah tangga, semua pengeluaran diatur dengan hanya mengandalkan sisa uang di tabungan saja. Kami mengutamakan kebutuhan anak-anak, namun dalam kondisi ini, Tuhan Yesus mengajarkan kepada kami untuk dapat selalu bersyukur.
Perlahan-lahan kami mulai bangkit. Selama 8 bulan lebih suami melamar pekerjaan pada akhirnya ia mendapatkan pekerjaan yang baru dan mulai bekerja kembali. Puji Tuhan, setelah tiga tahun melewati masa-masa sulit akhirnya kondisi keluarga kami di pulihkan.
Saat ini anak perempuan pertama kami sudah menyelesaikan studi D4 perhotelan dan sekarang sudah menikah. Anak kedua laki-laki kembar kami sudah menyelesaikan kuliahnya. Kakaknya mengambil kedokteran dan sedang menyelesaikan KOAS terakhir di Semarang. Sedangkan adiknya sudah menjadi Sarjana ilmu komunikasi dan melanjutkan S2 management. Anak terakhir kami sudah semester 3 kuliah dibidang IT.
Bila melihat perjalanan hidup kami di tahun 1998, sekarang kami baru mengerti bahwa Tuhan ijinkan kami mengalami kondisi yang kurang baik, agar kami dapat lebih kuat untuk menghadapi masalah yang ada di depan.
“Pencobaan-pencobaan yang kita alami tidak melebihi kekuatan kita”
1 Korintus 10:13
Semua oleh karena kasih anugerah Tuhan Yesus bagi keluarga kami, yang terus menuntun kami untuk berjalan bersama-Nya.
Memasuki tahun 2021, pandemi melanda hampir seluruh dunia. Hal ini berdampak pula pada pekerjaan suami saya, perusahaannya banyak mengurangi karyawan yang sudah lama bekerja. Suami sayapun dipensiunkan diawal Januari 2021
Ketika mengetahui suami dipensiunkan, jujur sebagai manusia saya mulai merasa kuatir, saya terus berdoa bertanya kepada Tuhan. Namun di dalam pergumulan doa. Tuhan mengingatkan kepada situasi kami di tahun 1998, pada saat krisis moneter. Saat itu Tuhan seperti bertanya, “Pernahkah pada saat kamu mengalami krisis moneter, dalam satu hari saja kamu dan keluargamu tidak dapat makan? Mengapa sekarang kamu harus kuatir?”
Mendengar teguran dari Tuhan seperti itu saya hanya dapat menangis dan menjawab, ”Tidak pernah kelaparan, Tuhan. Dan saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kami sekeluarga.”
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Filipi 4:6-7
Sejak saat itu saya lebih tenang dalam menghadapi masalah, ada damai sejahtera dihati, saya meresponi dengan bersyukur atas setiap permasalahan yang kami hadapi, pasti Tuhan mempunyai rencana yang indah.
Suami saya suka berinvestasi dan puji Tuhan, pada akhir tahun 2018 semua cicilan untuk investasi sudah lunas, sehingga kami sudah tidak ada kewajiban untuk membayar cicilan lagi. Memasuki tahun 2019, suami berniat mengambil ruko untuk investasi. Seperti biasa dia selalu berdiskusi dengan saya dan kami sama-sama bawa di dalam doa. Tetapi pada saat itu saya merasa tidak ada damai sejahtera dan Tuhan menaruh di dalam hati saya untuk berhenti dulu berinvestasi.
Tahun 2019 kami tidak jadi mengambil ruko untuk investasi. Kami hanya mengelola investasi yang sudah ada. Kami sangat bersyukur sekali Tuhan menuntun kami dan kami belajar taat kepada tuntunan Tuhan untuk tidak mengambil ruko di tahun 2019. Kalau saja pada saat itu kami tidak mau mendengar petunjuk Tuhan, tidak dapat dibayangkan dengan kondisi sekarang, dampak dari pandemi dimana kami sudah tidak ada lagi pemasukan tetap, karena suami saya sudah pensiun.
Kami juga mengalami hal yang kurang baik diawal tahun 2020, yaitu pada awal masuknya COVID-19 ke Indonesia. Cafe yang baru kami buka 14 bulan terpaksa harus ditutup karena pandemi dan merumahkan seluruh karyawan. Ada kesedihan dihati saat cafe dengan terpaksa harus di tutup. Tetapi kembali lagi kami harus bersyukur dengan apa yang kami alami. Sekalipun terkadang kami tidak mengerti rencana Tuhan, kami tetap mau belajar bersyukur.
Bulan Februari 2021, suami bersama salah seorang temannya merintis sebuah usaha kontraktor, dan terus berjalan sampai hari ini. Hampir tiga tahun pandemi kita alami bersama-sama, namun Tuhan pelihara hidup kita. Tanpa Tuhan tidak mungkin kami bisa melaluinya.
Jika dahulu keadaan terberat dapat kami lalui bersama dengan Tuhan yang selalu menolong, kami mempunyai iman yang sama disaat pademi. Kami akan melewatinya berjalan bersama dengan Tuhan. Respon yang baik dan benar, adalah bersyukur dengan permasalahan yang ada, Tidak kuatir, tetap percaya dan sepenuhnya mengandalkan Tuhan. Setiap kegagalan adalah pembelajaran buat kami.
Tetaplah mengandalkan Tuhan Yesus, jangan mengandalkan kekuatan sendiri, karena kta tidak akan kuat tanpa tuntunan Tuhan. Selalu melibatkan Tuhan dalam setiap rencana kehidupan kita, selalu bawa di dalam doa karena Tuhan mempunyai rancangan hidup yang indah bagi setiap anak-anak-Nya yang selalu berharap kepada-Nya.
“Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan, yang menaruh harapannya kepada Tuhan! Ia akan seperti pohon yang ditanam di tepi air yang merambatkan akar-akarnya ke tepi batang air dan yang tidak mengalami datangnya panas terik, yang daunnya tetap hijau, yang tidak kuatir dalam tahun kering dan yang tidak berhenti menghasilkan buah.”
Yeremia 17:7-8
Saya percaya di dalam pengucapan syukur ada kuasa Tuhan yang besar dinyatakan di dalam hidup kita. Ada hal-hal yang mustahil yang Tuhan kerjakan, ada rahasia yang tidak kita mengerti yang Tuhan singkapkan kepada kita. Hati kita harus terus melekat kepada Tuhan Yesus dan terus mengandalkan Tuhan Yesus dalam setiap langkah kita. Karena tanpa Tuhan Yesus kita tidak akan mampu melalui semuanya.
Mempunyai hati yang ikhlas diproses oleh Tuhan, tetap kuat dan bangkit bersama Tuhan, libatkan Tuhan di dalam setiap rencana kehidupan kita. Tetap berdoa, bertekun dan tetap fokus kepada Tuhan. Terus berjalan bersama Tuhan Yesus, percayalah pandemi ini pasti berlalu, kita bersama-sama pasti bangkit kembali di dalam nama Yesus, Amin.
GENERASI YEREMIA BUKAN GENERASI SANDWICH
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
GenerasiSandwich.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala