TUHAN SAJA, CUKUP BAGIKU
“Tetapi seperti ada tertulis:
Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan
yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:
semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia”
1 Korintus 2:9
Sandwich generation adalah istilah untuk menyebut generasi atau individu yang harus menanggung kehidupan dan beban finansial tiga generasi sekaligus. Status itulah yang melekat dalam kehidupan saya saat ini, dan atas kemurahan Tuhan saya ingin membagikan kesaksian bagaimana Tuhan terus memelihara kehidupan saya dan keluarga.
Perkenalkan nama saya Ribka, saya anak pertama dari tiga bersaudara, lahir dari keluarga yang sederhana dan pas-pasan. Almarhum bapak bekerja di perusahaan perkebunan sedangkan ibu saya tidak bekerja. Kehidupan kami yang serba pas-pasan sangat terbantu ketika saya dan adik-adik dapat bersekolah secara gratis dari tempat bapak bekerja.
Saat masuk SMA saya harus tinggal bersama adik bapak (paman) demi mendapatkan sekolah gratis, karena kebetulan paman saya menjabat sebagai wakil kepala sekolah. Menjelang akhir semester, saya sempat berpikir bagaimana setelah tamat SMA? Karena saya sangat ingin melanjutkan kuliah di falkutas kedokteran. Menjadi seorang dokter adalah cita-cita saya sejak kecil.
Pada bulan Juli 2013 setelah lulus SMA, saya mencoba untuk mengikuti tes SBPMTN di salah satu perguruan tinggi negeri. Ketika itu saya berhasil lulus test, tapi karena masalah biaya yang sangat besar saya terpaksa harus mengurungkan niat saya untuk mengejar cita-cita tersebut.
Bapak berusaha mencari pinjaman agar saya dapat masuk kuliah kedokteran, namun saya tidak tega melihat kondisi keluarga yang seperti itu. Saya berpikir percuma saja pinjam, jika tidak ada yang dapat diandalkan untuk mengembalikan pinjaman tersebut.
Saya pun menyampaikan hal ini kepada bapak walau dengan berat hati; agar tidak usah saja. Dengan perjuangan bapak akhirnya terpaksa saya masuk D3 Kebidanan, karena tidak ada pilihan lain. Itupun masih dalam kondisi bapak mengambil pinjaman uang di bank.
Ternyata Tuhan ijinkan saya untuk tidak jadi masuk kedokteran, karena pada bulan November 2013, saya harus kehilangan bapak dan adik laki-laki saya. Mereka meninggal dalam suatu kecelakaan motor. Ketika itu adik laki-laki saya membonceng bapak yang sedang mengendong adik perempuan yang berusia tiga tahun. Namun adik saya berhasil diselamatkan dengan cara mencampakannya ke pinggir, meskipun kakinya patah. Tetapi Puji Tuhan karena masih kecil, adik saya sekarang sudah dapat berjalan.
Saya merasakan cobaan yang begitu berat, benar-benar merasa terpukul, marah, mulai tidak berdoa dan ibadah serta tidak lagi membangun hubungan dengan Tuhan. Saya merasa saat itulah titik terendah dalam hidup saya. Sebagai keluarga korban kecelakaan kami diberikan santunan sebesar 40 juta rupiah, walaupun memang yang menabrak tetap diproses secara hukum.
Karena mama dipengaruhi oleh pihak keluarga bapak, maka santunan tersebut dipegang oleh keluarga bapak, yang awalnya mereka mengatakan akan disimpan untuk keperluan yang mendesak. Namun disaat saya membutuhkan uang tersebut untuk membayar kuliah per semester yang dibayarkan perbulan, mereka tidak memberikan dana tersebut, sehingga saya sampai menunggak dua bulan. Karena kampus mengetahui saya berasal dari keluarga yang kurang mampu, maka saya mendapatkan dispensasi. Ketika saya minta uang tersebut mereka tetap tidak mau memberikan dengan banyak alasan, bahkan sampai detik ini mereka tidak mengembalikannya.
Saya begitu kecewa, saya benar-benar merasa sendirian, tidak punya siapa-siapa. Saya sempat trauma dengan orang-orang terdekat. Kejadian itu telah membuat saya benar-benar merasa down. Akhirnya saya berpikir untuk berhenti kuliah agar dapat bekerja.
Namun Tuhan menunjukkan kuasa-Nya, ketika pemilik perusahaan perkebunan tempat bapak bekerja dulu, mendengar kabar tentang kami dan menghubungi saya. Puji Tuhan, saya di angkat menjadi anak asuh, bahkan kuliah saya dibiayai dari D3 sampai dengan lulus S1 kebidanan tanpa syarat apapun. Mama pun dipekerjakan di perusahaan perkebunan sebagai cleaning service dari tahun 2014 hingga tahun 2018.
Tuhan Yesus sungguh baik, kejadian itu membuat mata rohani saya terbuka; bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan saya sendirian bahkan ketika saya jauh dari Tuhan. Dengan hati yang hancur saya datang kepada Tuhan dan memohon pengampunan-Nya.
Hubungan saya dengan mama memang tidak dekat sejak kecil karena mama sering memperlakukan saya dengan kurang baik, ia sering memukul saya hingga menimbulkan trauma dan kepahitan. Itulah sebabnya ketika bapak pergi, saya merasakan sangat kehilangan dan berada dititik terendah dalam hidup.
Pada tanggal 15 Agustus 2018 mama terserang stroke di kota Pinang, Labuhan Batu tempatnya bekerja. Saya menjemput mama karena ada pendarahan dibagian otak, sakitnya sudah sangat parah dan tubuh sebelah kanan sudah lumpuh total serta mulutnya sudah miring. Puji Tuhan, mama masih dapat merespon walaupun dalam kondisi seperti itu.
Setelah lulus S1 tahun 2016 saya menjadi asisten dosen. Waktu itu penghasilan saya masih kecil dan tidak cukup untuk membawa mama berobat. Saya bertanya apakah bisa mengambil uang dari tabungan mama karena saya tahu masih ada santunan yang diberikan oleh perusahaan ketika bapak meninggal pada tahun 2013 sebesar 200 juta lebih.
Namun mama tidak mengijinkan dan menolaknya. Dari awal mama memang tidak mau jujur dan tertutup dalam soal keuangan. Setiap kali saya bertanya beliau selalu tidak mau menjawab. Saya sempat berpikir mungkin karena saya masih anak-anak sehingga mama belum percaya.
Pada tahun 2018, saya memberanikan diri untuk memeriksa dompet dan buku rekening, karena biaya berobat mama cukup besar. Saya mendatangi salah satu bank dimana rekening itu dibuat atas nama mama saya. Namun menurut mereka karena orang tua saya masih hidup, mereka tidak mengijinkan.
Saya merasa putus asa dan menangis memohon kebijakan dari bank. Sampai akhirnya mereka hanya dapat memberitahukan saldo yang tertera, yang ternyata hanya tersisa 9 juta rupiah. Saya begitu kaget dan heran; kemana raibnya uang tersebut? Padahal selama ini tidak ada biaya besar yang dikeluarkan, kami tinggal di rumah yang disediakan oleh perusahaan perkebunan, dan selain itu mama juga bekerja.
Rasa penasaran semakin menjadi sampai saya nekat memeriksa isi handphone mama. Saya sangat terkejut saat mengetahui bahwa selama ini mama telah mengirimkan sejumlah uang kepada beberapa teman laki-lakinya. Padahal waktu itu saya sempat minta biaya untuk melanjutkan ke S2, namun mama selalu mengatakan tidak ada uang.
Saya begitu sedih karena merasa terhianati; bahkan dari orang terdekat yakni mama saya sendiri. Sakit hati dan kecewa; ingin rasanya meninggalkan mama. Namun Tuhan selalu mengingatkan melalui Firman Tuhan yang tertulis,
"Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun Tuhan menyambut aku."
Mazmur 27:10
Firman Tuhan itulah yang berbicara dan menguatkan saya ketika kehilangan bapak dan dikecewakan oleh mama serta keluarga besar.
Saya berdoa, melepaskan pengampunan dan memaafkan mama, pada tahun 2018 dan membawa mama dan adik ke Medan. Saya melayani di GBI Medan Plaza sebagai pendoa dan baru selesai sekolah doa. Saya minta bantuan dari teman-teman pendoa untuk mencarikan kontrakan murah.
Saya hanya sekali membawa mama berobat di klinik gereja YSKI (Yayasan Surya Kebenaran) dan konsul ke dokter syaraf hanya dengan membayar 10 ribu rupiah. Dan setelah itu saya tidak berani lagi meminta bantuan teman-teman pendoa, karena saya sudah banyak merepotkan mereka.
Saya hanya berdoa kepada Tuhan, menangis setiap pagi dan menumpang tangan pada bagian tubuh mama yang mengalami stroke dari ujung kepala sampai ujung kakinya. Saya berdoa dengan berkata:
“ Tuhan, saya tidak punya uang, tapi saya ingin mama sembuh.”
Tuhan Yesus menjawab doa, mujizat kesembuhan terjadi. Pada bulan Desember akhirnya mama dapat di sembuhkan total dan dapat berjalan kembali.
Saya hanya memberikan obat, menjaga makannya serta melatih senam yang saya pelajari dari youtube untuk orang yang terkena stroke. Saya dengan sabar menjaga mama sambil bekerja serta menyekolahkan adik. Untuk menambah penghasilan, saya berjualan alat-alat kesehatan sebagai reseller di kampus dengan pendapatan saat itu hanya 1.8 juta rupiah.
Pada bulan Maret 2019, mama kembali berencana untuk bekerja kembali, padahal saya sudah melarangnya bahkan teman-teman gereja sempat membujuknya, namun ia tidak mau. Sehingga pada tahun 2020 mama merasakan tubuhnya mulai berat dan merasakan tidak enak.
Akhirnya mama menyerah dan mengakui kesalahannya. Pada bulan Desember 2020, saya kembali mejemput mama. Sebagai seorang manusia terkadang saya merasa tidak kuat, kalau bukan karena Tuhan tidak mungkin saya akan sanggup melewati semuanya, menjadi tulang punggung bagi keluarga yang seharusnya bukan tanggung jawab saya hingga saat ini.
Puji Tuhan, kini adik saya sudah duduk di bangku SMP. Keadaan mama begitu sehat sampai orang pun tidak pernah menyangka bila mama sebelumnya pernah sakit stoke parah.
Oleh karena anugerah Tuhan, saya sudah menjadi dosen tetap. Tuhan mencukupi segala kebutuhan keluarga kami dari hari lepas hari.
Saya percaya semuanya adalah anugerah, dalam setiap keadaan keadaan Tuhan menolong kami. Tuhan juga memulihkan hubungan saya dengan mama. Mama menyesal dan menyadari kesalahannya. Saya sampaikan bahwa saya begitu mengasihi mama, terlepas dari segala apa yang pernah mama lakukan.
Kalau saya boleh mengalami perkenanan dan kemurahan Tuhan sampai hari ini, saya mau katakan bahwa itu semua karena kebaikan dan pertolongan Tuhan semata, tidak satupun karena kebaikan, kehebatan atau apapun yang sudah saya perbuat untuk mama dan adik. Semua hanya karena Tuhan Yesus, Dia terlalu baik bagi saya, tidak ada kata-kata untuk melukiskan betapa baik Tuhan Yesus itu buat saya.
Saat ini saya melayani di GBI Medan Plaza sebagai pendoa yang termuda. Saya menjadi pendoa sejak usia 23 tahun dan kini sudah berusia 28 tahun. Tuhan menyediakan apa yang tidak pernah saya lihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati, semua disediakan Tuhan. Keinginan saya hanyalah selalu tinggal di dalam hadirat Tuhan.
Saat kita memberikan hidup kita, mengasihi dan mempercayai Tuhan dengan sungguh-sungguh, justru dititik itulah kita dapat melihat siapa sebenarnya Tuhan yang kita sembah dan bagaimana Dia bekerja dengan cara-Nya yang dahsyat dan ajaib; bahkan di tengah situasi yang rasanya sulit untuk diatasi.
Pengharapan kita kepada Tuhan tidak akan dikecewakan-Nya. Jangan pernah lari dari masalah, tetapi hadapilah. Sepanjang kita berjalan bersama Tuhan, kita akan aman dan tetap tenang, karena Tuhan tidak mendesain kita menjadi orang yang gagal, melainkan jadi pemenang; bahkan lebih dari pemenang. Teruslah semangat, rancangan Tuhan selalu indah pada waktunya, Amin.