Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
Klik disini untuk materi selengkapnya...
Ruang Remaja
"Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari,
dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari."
Pengkhotbah 11:6A
Kejutan di Balik Ketidaksengajaan
Sistem pembayaran Square, yang ditemukan oleh Jack Dorsey, adalah contoh sempurna dari inovasi yang muncul dari ketidaksengajaan. Ketika Dorsey mengunjungi seorang teman yang merupakan pengrajin kaca, dia menemukan bahwa temannya tidak bisa menerima pembayaran kartu kredit untuk sebuah vas bunga seharga 2000 dolar. Dari situ, Dorsey mendapat ide untuk mengembangkan sistem pembayaran yang akhirnya dikenal sebagai Square, memanfaatkan telepon genggam untuk menerima pembayaran kartu kredit atau debit.
Banyak penemuan besar dalam sejarah ditemukan secara tidak sengaja. Termos, gula, stetoskop, dan wine adalah beberapa contohnya. Para penemu ini tidak sedang melakukan riset khusus, tetapi mereka tetap aktif dan produktif dalam kegiatan mereka. Ketika peluang datang, mereka siap untuk mengambilnya dan menghasilkan sesuatu yang berharga.
Aktivitas Membuka Peluang
Sering kali, orang-orang yang sibuk mencari peluang justru lupa untuk melaksanakan tanggung jawab utama mereka. Mereka begitu fokus mencari, sehingga mengabaikan pekerjaan yang sebenarnya dapat membawa mereka ke peluang itu sendiri.
Sobat Warta, penting untuk tetap berada di jalur yang benar, mengandalkan Tuhan, setia, dan giat bekerja. Peluang emas dan kesempatan berharga akan datang ketika kita aktif dan tekun dalam pekerjaan kita.
Menabur dan Menuai dalam Kehidupan
Seperti yang dikatakan dalam Pengkhotbah 11:6, kita harus terus bekerja keras dan tidak berhenti. Ketika kita setia dalam pekerjaan kita, ide-ide untuk terobosan dan peluang yang tak disangka-sangka akan datang. Jangan biarkan diri kita hanya duduk diam dan menunggu peluang. Sebaliknya, aktiflah dan terus bergerak sesuai keinginan Tuhan.
Teruslah bergerak dan bekerja dengan tekun. Jangan hanya menunggu peluang datang, tetapi lakukan pekerjaanmu dengan giat dan setia. Ketika kamu berada di jalur yang benar dan mengandalkan Tuhan, ide-ide inovatif dan kesempatan berharga akan muncul di waktu yang tepat. (MA)
"PELUANG JUSTRU DATANG
KETIKA KAMU SIBUK BERJUANG."
Ruang Marketplace
"Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu,
untuk mendatangkan kebaikan, bagi kita yang mengasihi DIA,
yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah."
Roma 8:28
Tentu adalah harapan kita semua, untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Berita baiknya adalah hal itu juga merupakan kerinduan TUHAN bagi kita dan Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan itu bagi kita yang mengasihi Dia.
Hal itu yang TUHAN lakukan dalam kehidupan Abraham, “Sang Bapa Orang Beriman”, ketika TUHAN memanggilnya untuk pergi meninggalkan rumah bapanya, untuk pergi ke suatu tempat yang “akan ditunjukkan-Nya”. Abraham menaati-Nya, meskipun harus melewati proses yang penuh tantangan, hidup Abraham diubahkan menjadi LEBIH BAIK.
Belajar dari teladan iman Abraham, bila mendambakan kehidupan yang LEBIH BAIK, inilah 3 Hal yang perlu kita perhatikan:
1. Mau Terus BERUBAH
Seekor ulat, tidak akan pernah menjadi kupu-kupu nan indah, bila ia tak mau BERUBAH. Persoalannya adalah banyak manusia yang enggan untuk BERUBAH, terutama bila merasa bahwa status quo keadaannya saat ini di rasanya “sudah baik”. Inilah yang disebutkan perangkap comfort zone atau bahaya zona nyaman. Perhatikanlah apa yang firman TUHAN katakan:
“........BERUBAH lah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat mem bedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna."
Roma 12:2
Proses BERUBAH itu haruslah berlangsung secara continuous atau terus- menerus, seiring dengan dinamika progresifitas kehendak Allah: yang baik, yang berkenan, dan yang sempurna. Berbeda dengan kebanyakan kita, Abraham menaati panggilan Allah untuk BERUBAH, justru dalam keadaannya saat itu yang secara ukuran manusia adalah keadaan yang “sudah baik” atau nyaman. Betapa tidak, ia adalah anak dari Terah, seorang konglomerat pada jaman itu.
Masih ingat dengan brand NOKIA? Pada jamannya NOKIA merajai dunia ponsel di seluruh dunia. NOKIA itu tidak buruk, bahkan baik.Tetapi masalahnya, lawan kata BAIK bukanlah BURUK, melainkan : LEBIH BAIK. Sementara itu, pesaingnya, brand SAMSUNG terus BERUBAH. Hampir setiap tahun, SAMSUNG mengeluarkan inovasi fitur dan produk baru, yang LEBIH BAIK.
Bagaimana dengan kita? Ingatlah: “Lawan kata BAIK bukanlah BURUK, melainkan LEBIH BAIK”.
2. Jangan Lari dari Masalah
Ada satu hal yang seringkali orang lupakan, yakni bahwa TUHAN mengijinkan suatu berkat itu datang melalui kemasan sebuah MASALAH.
Bahkan terkadang, ada musim dalam kehidupan kita, dimana masalah datang silih berganti mendera dan menerpa kita, seperti yang pernah dialami oleh seorang wanita bernama Naomi, dalam Alkitab.
Arti nama Naomi dalam bahasa Ibrani adalah “manis”. Namun karena masalah demi masalah yang ia alami, ia pernah berkata, “jangan panggil aku Naomi lagi, melainkan Mara”. Mara, artinya “pahit”. Kehidupan Naomi nyaris menjadi seperti apa yang di katakannya, semakin pahit, become BITTER. Namun berkat kesetiaan Rut, menantu perempuannya, kehidupan Naomi tidak lagi become BITTER, sebaliknya become BETTER, menjadi LEBIH BAIK.
Perhatikan sekitar kita. Lampu pijar misalnya yang ditemukan oleh Thomas Alfa Edison, karena ada masalah, yakni gelap. Alkitab menceritakan sebuah kisah yang sangat terkenal, yakni Daud nan imut berhadapan dengan Goliat yang kuat. Kita tahu akhir kisahnya, Daud mengalahkan Goliat, dan karenanya penggembala kambing domba itu menjadi raja. Namun, apa yang terjadi seandainya Daud justru lari dari masalah dan pergi menghindar? Ia mungkin selamanya menjadi penggembala kambing domba, selama profesi itu masih ada. Seperti seorang peselancar sejati yang memanfaatkan ombak untuk naik lebih tinggi, bersama TUHAN Daud maju menyongsong tantangan masalah.
Pemazmur berkata:
“Dengan ALLAH kita lakukan perbuatan-perbuatan gagah perkasa,
sebab IA sendiri akan menginjak-nginjak lawan kita."
Mazmur 108:14
Seringkali yang terpenting bagi TUHAN bukanlah kapan keadaan kita menjadi LEBIH BAIK, melainkan apakah kita sudah menjadi pribadi yang LEBIH BAIK karenanya. Ya, apa artinya persoalan, bila hal itu justru membuat kita mendekat kepada TUHAN? Apa artinya masalah bila hal itu membuat kita semakin mengandalkan ALLAH?
3. PERCAYA akan Janji Allah
Tidak cukup hanya sikap pantang menyerah dalam menghadapi masalah kita perlu PERCAYA akan JANJI ALLAH. Sebab, justru JANJI ALLAH itulah sumber pengharapan dan sumber kekuatan kita dalam menghadapi masalah.
Jangan mengira bahwa setelah mentaati panggilan ALLAH lantas hidup Abraham tidak punya masalah. Abraham berkali-kali menghadapi bencana kelaparan -atau krisis ekonomi- yang parah. Namun Alkitab berkata tentang Bapa Orang Beriman ini:
“Tetapi terhadap JANJI ALLAH ia tidak bimbang karena ketidakpercayaan, malah ia diperkuat dalam imannya, dan ia memuliakan ALLAH."
Roma 4:20
Rasul Paulus meneguhkan kesaksian Abraham itu dengan kesaksiannya sendiri dengan kalimat ini:
“........Karena aku tahu kepada siapa aku percaya."
2 Timotius 1:12
Bagaimana cara kita mengekspresikan kepercayaan kita akan JANJI ALLAH? Dengan merenungkannya dan memperkatakannya:
"Namun karena kami memiliki roh iman yang sama, seperti ada tertulis : “Aku PERCAYA, sebab itu aku berkata-kata."
2 Korintus 4:13
Gelap boleh semakin pekat, dan malam boleh semakin kelam, namun bagi mereka yang PERCAYA akan JANJI ALLAH, fajar pasti datang merekah! (MORE)
Ruang Kesaksian
"Tetapi seperti ada tertulis: ”Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata,
dan tidak pernah didengar oleh telinga,
dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:
semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia."
1 Korintus 2:9 TB
Perkenalkan nama saya Putri. Saya mempunyai 3 orang anak, 1 orang putra Jeremy dan 2 orang putri, Nadine dan Valeria. Saya dibesarkan di tengah keluarga yang sangat cinta Tuhan Yesus, demikian pula dengan almarhum suami saya Asa Hendradi. Saya bersama anak-anak aktif melayani di COOL GBI Tapos Cibinong, Rayon 7 Bogor; yang merupakan gereja di bawah pengembalaan Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo. Saya dan suami aktif melayani di COOL umum dan anak-anak di COOL remaja.
Tuhan memberikan talenta bermain musik kepada suami saya sehingga saat di COOL, ia dapat bermain keyboard ataupun gitar untuk bersama-sama memuji Tuhan. Sayangnya suami sering tugas keluar kota jadi ia hanya dapat melayani jika sedang tidak pergi dinas saja.
Sejak kuliah suami sudah mempunyai riwayat penyakit diabetes, sehingga sejak awal tahun 2017 pengobatan pun dilakukan dengan suntilk insulin secara rutin, dan juga check up ke dokter. Namun Tuhan berkehendak lain, penyakitnya ternyata sudah menjalar ke pendengaran dan penglihatan. Bila ada luka susah sembuhnya, seperti luka di telapak kakinya. Luka itu tidak pernah kering, bahkan jari-jari suami tinggal setengah, pendengarannya pun sudah memakai alat bantu. Namun penyakit yang dialami bukan menjadi penghalang bagi dia untuk terus melayani Tuhan.
Awal tahun 2021 menjadi tahun yang terberat bagi saya karena pada tanggal 8 Januari 2021, tiba-tiba suami saya muntah-muntah. Saya segera membawanya ke dokter, hasil pemeriksaan dokter ia dinyatakan sakit maag. Akhirnya dokter membuatkan resep obat, namun herannya setelah minum obat, penyakitnya tidak kunjung sembuh bahkan terus muntah muntah.
Karena tidak ada perubahan maka keesokan harinya suami saya kembali berobat ke dokter. Hasilnya tetap saja dinyatakan kena maag. Tanggal 10 Januari suami saya mulai batuk-batuk semakin lama semakin parah bahkan sampai kehilangan indra penciuman. Melihat gejala ini, maka saya berinisiatif untuk tes PCR dan tenyata kami berdua positif COVID-19. Mengetahui hal itu saya dan suami bergegas ke RS, saya membopong suami ke ruang IGD. Namun ternyata IGD sudah penuh dan tidak ada tempat lagi, suasana rumah sakit waktu itu sangat ramai sekali, bahkan sampai kehabisan kursi roda. Setelah kami ditolak karena rumah sakit penuh, petugas keamanan setempat membantu saya membopong suami kembali ke mobil.
Sejak itu kesehatannya semakin menurun, mulai tidak kuat jalan, sampai ke kamar mandi pun harus dibantu dengan cara menopang tubuhnya. Batuknya juga semakin parah, apalagi saat itu COVID-19 dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.
Saya terus berupaya menghubungi rumah sakit lainnya tetapi semuanya penuh. Akhirnya saya langsung datang ke rumah sakit di daerah Cibinong, namun di depan pintu masuk IGD terpampang tulisan “IGD FULL”. Walaupun demikian saya tetap masuk dan minta pertolongan kepada perawat yang bertugas: “Sus tolong untuk satu orang saja, suami saya ada penyakit diabetes sekarang tidak bisa jalan lagi.”
Puji Tuhan perawat itu menjawab: “Ada, silahkan.” Bergegas saya kembali ke mobil dengan sekuat tenaga saya membopong suami menuju IGD. Akhirnya suami saya segera ditangani. lalu perawat bertanya kepada saya: “Ibu sudah tes PCR?” Saya menjawab: “Sudah; hasilnya positif.”
Perawat meminta saya untuk sekalian dirawat, kebetulan ada pasien IGD yang akan pulang. Setelah satu hari di IGD, kami pun berpisah. Dan ternyata di sanalah terakhir kali saya dapat bertemu dengan suami, karena ruang isolasi pria dan wanita terpisah.
Saya berpikir, sekitar dua minggu lagi dapat bertemu dengan suami, namun mengapa tiba-tiba timbul perasaan tidak enak di hati saya. Saya pun meminta maaf kepada suami, jika ada perkataan dan pelayanan saya yang tidak berkenan di hatinya. Puji Tuhan, suami mengatakan tidak ada yang salah.
Suami saya lebih awal dipindahkan ke ruangan isolasi, baru keesokan harinya saya menyusul. Baru hari pertama di ruang isolasi, pagi harinya saya dihubungi oleh perawat yang bertugas di ruang pria. Saya melihat keadaan suami melalui video call, Nampak suami saya sudah tidak berdaya karena ternyata gulanya sangat tinggi dan akan dipindahkan ke ruang ICU.
Saya ingin bertemu suami, diijinkan tetapi hanya sekilas saat suami akan dipindahkan ke ruang ICU, saya melihat ia berbaring di tempat tidur dengan roda berjalan yang ditutup kaca. Saya hanya bisa memberi lambaian tangan ke suami, tapi ia hanya diam saja. Sore harinya saya didatangi oleh dokjter yang merawatnya, sontak jantung saya berdetak cepat. Apa yang terjadi? saya langsung bertanya: “Dokter, suami saya masih hidup kan?” Dokter menjawab: “Masih.”
Dokter hanya memberi informasi bahwa gula suami tinggi dan sudah kena ke ginjal, jika suami saya sembuh harus rutin cuci darah. Kemudian dokter memberikan surat perjanjian tertulis terkait suami saya di ICU, untuk dapat saya tanda tangani. Isi surat tersebut adalah untuk memberikan ijin penggunaan alat ventilator, alat bantu kejut jantung untuk suami apabila diperlukan. Akhirnya saya menandatangani surat tersebut sambil berdoa dan berharap semuanya akan baik.
Ketiga anak saya akhirnya melakukan tes PCR dan hasilnya kedua putri kami positif COVID-19, sedang putra kami negatif. Pada malam harinya kedua putri kami dibawa oleh ambulan dari rumah menuju ke RSUD tempat saya diisolasi dan setelah hari ketiga kami di tempatkan dalam satu kamar.
Salah satu putri saya, setiap sore selalu duduk di depan jendela dia berucap: ‘’Saya menunggu papa, siapa tahu papa lewat. Mungkin papa sudah keluar dari ruang isolasi.” Hari berikutnya putri saya kembali duduk di depan jendela rumah sakit, dan kedua putri saya selalu mengatakan bahwa mereka kangen papa, ingin ketemu papa, ingin tahu bagaimana kabar papa. Mereka takut jika hal terburuk menimpa papanya.
Selama isolasi saya sering mendengar Firman Tuhan yang menguatkan saya melalui Youtube. Saya juga tetap setia mengikuti ibadah online setiap minggunya, begitu pun dukungan doa datang dari teman-teman di COOL, teman-teman pelayanan di gereja, yang selalu menguatkan dan men-support saya untuk melewati ini semua.
Pada tanggal 22 Januari 2021 saya didatangi seorang psikolog dari RSUD dan memberi kabar yang sangat mengejutkan, yaitu bahwa suami saya sudah meninggal pada tanggal 12 Januari 2021. Memang hal itu sengaja tidak diberitahukan mengingat keadaan saya yang kurang stabil dan dikuatirkan imunitas saya turun. Bagai petir di siang bolong, berita ini sangat menggoncangkan hati saya dan juga anak-anak. Kami tidak dapat lagi melihat suami dan ayahnya anak-anak. Saya menghibur dan menguatkan anak-anak yang selalu berharap ingin melihat papanya kembali.
Setelah kami menjalani isolasi selama 3 minggu, akhirnya kami pun dapat keluar. Rasa sedih dan kehilangan itu pasti ada, tetapi saya belajar beriman dan percaya Tuhan Yesus yang menjadi Gembala yang baik atas hidup saya dan anak-anak. Masa pandemi ini tidak dapat dipungkiri lagi berapa banyak yang kehilangan orang-orang yang dicintainya.
Di sini saya belajar untuk selalu bersyukur buat semua yang boleh Tuhan ijinkan terjadi, saya percaya Tuhan punya rancangan masa depan yang baik, yang manis dan indah buat saya dan anak-anak saya. Tuhan yang menilik hati dan membuat kami kuat untuk percaya, bahwa Firman Tuhan mengatakan: “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku mengendongmu.” (Yesaya 46:4)
Saya akan terus membawa ketiga anak saya untuk lebih dekat dan mengandalkan Tuhan. Sampai hari ini Tuhan memelihara kehidupan kami sempurna, saya bersyukur diberikan kesehatan untuk dapat bekerja di kantor. Juga pada hari Sabtu dan Minggu saya dapat menerima pesanan katering, berjualan jajanan pasar dan kue. Apabila kita ada sampai hari ini, ini adalah anugerah dan kemurahan Tuhan.
Saya diijinkan Tuhan untuk kehilangan suami, namun saya tetap dapat berkata bahwa Tuhan Yesus itu baik, saya percaya bahwa apa yang tidak terpikirkan oleh saya Tuhan sediakan. Jangan kuatir tentang apapun juga sebab Tuhan yang menjaga dan memelihara setiap kita anak-anak-Nya dengan sempurna. Haleluya. Amin.
"Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."
Filipi 4:6
Shalom,
Bagi Saudara yang rindu memberikan sebuah KESAKSIAN silahkan hubungi WA Center kami: Klik Disini
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala