Khotbah Gembala
Pada tanggal 20 Februari 2022, waktu saya berulang tahun yang ke-73, saya membaca dari Markus 4:26-29 yang berkata:
“Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tin...
Pada tanggal 20 Februari 2022, waktu saya berulang tahun yang ke-73, saya membaca dari Markus 4:26-29 yang berkata:
“Lalu kata Yesus: "Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu.
Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu.
Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba."
Melalui perikop ini, Tuhan berkata bahwa musim menuai sudah tiba, musim menuai sudah tiba.
Hari-hari ini kita sedang memasuki masa penuaian jiwa; masa penuaian jiwa bagi generasi muda yang kita kenal dengan generasi Yeremia; masa penuaian jiwa yang terbesar dan yang terakhir.
Tuhan ingatkan bahwa masa penuaian jiwa itu identik dengan masa peperangan rohani yang dahsyat. Dan kita harus menjadi pemenang.
MENJADI PEMENANG
Pada waktu Yosua menggantikan Musa untuk masuk dan merebut Tanah Perjanjian, maka supaya selalu menjadi pemenang, Tuhan berpesan kepada Yosua dalam Yosua 1:7-9, yang berkata:
“Hanya, kuatkan dan teguhkanlah hatimu dengan sungguh-sungguh, bertindaklah hati-hati sesuai dengan seluruh hukum yang telah diperintahkan kepadamu oleh hamba-Ku Musa;
janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, supaya engkau beruntung, ke manapun engkau pergi.
Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab Taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan engkau akan beruntung.
Bukankah telah Kuperintahkan kepadamu: kuatkan dan teguhkanlah hatimu?
Janganlah kecut dan tawar hati, sebab TUHAN, Allahmu, akan menyertai engkau, ke mana pun engkau pergi.”
Jadi setiap kali bangsa Israel akan merebut suatu kota, mereka pasti akan bertanya kepada Tuhan bagaimana caranya untuk menjadi pemenang.
Nyanyi:Kuatkan dan teguhkan hatimu
Jangan takut dan tawar hati
S'bab Tuhan besertamu
Kuatkan dan teguhkan hatimu
Yesus Tuhan berjalan di depanmu
B'rikan kemenangan
Coda
Yesus Tuhan berjalan di depanmu
B'rikan kemenangan
Pada suatu hari ketika mereka akan merebut kota Ai, mereka tidak bertanya kepada Tuhan karena menganggap Ai adalah kota kecil dan jumlah orangnya sedikit. Jadi mereka menganggap enteng. Tetapi apa yang terjadi? Justru mereka kalah perang, 36 orang mati. Ini membuat mereka sangat tawar hati. Mereka berseru-seru meminta ampun kepada Tuhan.
Yang menjadi pertanyaannya: “Mengapa mereka bisa tidak bertanya dulu kepada Tuhan, padahal di setiap langkah mereka, setiap kali mereka merebut suatu kota, mereka akan bertanya kepada Tuhan?"
Jawabannya: Tuhan yang mengizinkan mereka lupa bertanya, karena ada dosa dari Akhan yang mengambil barang yang dikhususkan, sehingga Tuhan murka terhadap orang Israel.
Kekalahan bangsa Israel merupakan pelajaran bagi kita. Kalau kita teledor dengan hal-hal yang seharusnya kita bertanya kepada Tuhan, tetapi tidak kita lakukan, sehingga terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan, kita harus introspeksi apakah ada dosa yang kita lakukan yang belum diselesaikan dengan Tuhan. Sebab ini akan bisa berakibat seperti yang dialami oleh bangsa Israel.
Pesan Tuhan Yesus kepada tujuh sidang jemaat dalam Wahyu 2 - 3, di mana ini juga berbicara tentang pesan Tuhan Yesus kepada gereja sepanjang masa, termasuk gereja masa kini, selalu diakhiri dengan kata-kata:
“Barangsiapa bertelinga hendaklah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh kepada jemaat-jemaat dan barangsiapa menang upahnya adalah masuk sorga.”
Sekali lagi, bahwa peperangan rohani berhubungan erat dengan menjadi pemenang. Kita harus menjadi pemenang dalam melawan dosa, Iblis dan kedagingan kita. Kuncinya adalah mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh dan melakukannya. Ingat Saudara, hanya para pemenang yang masuk sorga.
MENJADI SEORANG YANG BERKENAN DI HATI TUHAN
Kisah Para Rasul 13:22 berkata bahwa:
“…Tentang Daud Allah telah menyatakan: Aku telah mendapat Daud bin Isai, seorang yang berkenan di hati-Ku dan yang melakukan segala kehendak-Ku.”
Daud berkenan di hati Tuhan karena melakukan segala kehendak-Nya. Tadi dikatakan bahwa pemenang adalah orang yang mendengarkan apa yang dikatakan oleh Roh dan melakukannya. Jadi Daud adalah seorang pemenang. Ini tidak berarti bahwa Daud tidak pernah berbuat dosa. Mungkin dosa Daud dalam peristiwa Batsyeba merupakan dosa yang sangat besar, tetapi yang penting bagaimana Daud menyelesaikan dosa itu dengan Tuhan.
Tidak banyak orang seperti Daud yang ketika ditegur dosanya langsung mengaku dan minta ampun. Banyak yang justru sebaliknya, mereka belat-belit dan tidak jujur. Selain itu, Daud tidak berulang-ulang melakukan dosa yang sama. Kalau dia sudah bertobat terhadap suatu dosa, dia akan benar-benar bertobat dan tidak akan mengulanginya lagi.
Pada waktu itu Daud lari dari Yerusalem, karena anaknya Absalom memberontak dan mau membunuh dia. Di tengah perjalanan ketika hati Daud sedang sedih dan dia menangis, tiba-tiba datang seseorang yang bernama Simei, salah satu keluarganya Saul. Di hadapan para pahlawan dan prajurit-prajuritnya, dia mengutuk Daud habis-habisan sambil melemparinya dengan batu.
Abisai, seorang pahlawannya Daud, melihat hal itu, dia minta izin kepada Daud untuk memenggal kepala Simei. Tetapi apa jawaban Daud?
“Biarkanlah dia dan biarlah ia mengutuk, sebab apabila Tuhan berfirman kepadanya: Kutukilah Daud! Kita bisa apa?
Sedangkan anak kandungku ingin mencabut nyawaku, apalagi dia yang bukan keluargaku.
Biarkanlah dia dan biarkan dia mengutuk, sebab Tuhan yang telah berfirman kepadanya demikian.
Mungkin Tuhan akan memperhatikan kesengsaraanku ini dan Tuhan akan membalas yang baik kepadaku sebagai ganti kutuk orang itu kepadaku hari ini.”
2 Samuel 16:11,12
Saudara, dalam pelayanan saya, mungkin saya termasuk salah seorang hamba Tuhan yang paling banyak dimaki-maki dan dikutuki orang. Terus terang saya banyak belajar dari Daud ini. Saya bersyukur kepada Tuhan bahwa sampai dengan hari ini, saya masih diberi kesanggupan oleh Tuhan untuk melakukan seperti apa yang telah dilakukan oleh Daud. Akhirnya pemberontakan Absalom, anak Daud, itu berakhir dengan kematian Absalom.
Ketika Daud pulang kembali ke Yerusalem dan ia sampai ke tepi sungai Yordan, banyak orang yang menyambut dia termasuk Simei. Simei sujud di hadapan Daud untuk minta ampun. Di sini kembali Abisai, salah seorang pahlawan Daud; yang pernah minta izin untuk memenggal kepala Simei berkata kepada Daud, agar Simei dihukum mati karena dia mengutuki orang yang diurapi Tuhan. Tetapi Daud dengan tegas berkata kepada Abisai: Tidak! Kemudian Daud berkata kepada Simei: “Engkau tidak akan mati” dan Daud bersumpah kepadanya.
Puji Tuhan Saudara, sampai dengan hari ini, dengan kekuatan yang diberikan oleh Tuhan, saya tidak pernah dendam kepada orang-orang yang dengan sengaja atau tidak sengaja berbuat jahat kepada saya. Meskipun mereka tidak minta maaf, saya tetap melupakan apa yang pernah mereka lakukan kepada saya. Haleluya!
Nyanyi:Allah yang bela
Siapa lawan Dia
Lebih dari pemenang
Dalam s'gala hal
Ku pasti dapat
Lakukan semua
Yesus yang b'ri kekuatan
O terpujilah nama-Nya
Coda
Yesus yang b'ri kekuatan
O terpujilah nama-Nya
Menjelang kematiannya, Daud memberikan pesan-pesannya kepada Salomo, salah satunya adalah mengenai Simei. Daud berkata kepada Salomo,
“Juga masih ada padamu Simei bin Gera, orang Benyamin dari Bahurim, dialah yang mengutuki aku dengan kutuk yang kejam pada waktu aku pergi ke Mahanaim, tetapi kemudian dia datang menyongsong aku di tepi sungai Yordan dan aku bersumpah kepadanya demi Tuhan: Tidak akan kubunuh engkau dengan pedang! Sekarang janganlah bebaskan dia dari hukuman, sebab engkau orang bijaksana dan tahu apa yang harus kau lakukan kepadanya untuk membuat yang ubanan itu turun dengan berdarah ke dunia orang mati.”
Wow, banyak komentar yang muncul dengan adanya pernyataan Daud ini. Ada yang bilang: Sayang sekali, Daud yang terkenal berkenan di hati Tuhan karena menuruti segala perintah-Nya, ternyata masih menyimpan dendam kepada Simei. Padahal dia bersumpah untuk mengampuni Simei. Ada juga yang berkomentar: Peristiwa ini adalah di Perjanjian Lama, tidak bisa dibandingkan dengan peristiwa di Perjanjian Baru. Tetapi bagi saya secara pribadi, waktu membaca peristiwa ini justru mempunyai pengertian yang berbeda dengan tafsiran yang ada di atas tadi. Bagi saya, ini bukan karena Daud dendam kepada Simei, tetapi karena Tuhan yang akan menghukum Simei, karena perbuatannya kepada Daud. Tuhan memberitahukan hal itu kepada Daud dan Daud memberitahukannya kepada Salomo.
Kisah ini belum berakhir. Sekarang, mari kita lihat apakah pengertian yang saya dapatkan itu benar atau tidak.
Apa yang Salomo lakukan kepada Simei? Sebagai seorang yang bijaksana, Salomo memanggil Simei dan berkata,
“Kamu buat rumah di Yerusalem dan kamu tinggal di sana, janganlah kamu keluar kemana-mana. Pada saat kamu keluar dan menyebrangi sungai Kidron, pastilah engkau dibunuh dan darahmu akan ditanggungkan kepadamu sendiri.”
1 Raja-raja 2:37
Simei bersumpah dan setuju dengan perjanjian itu.
Setelah lewat tiga tahun, dua hambanya Simei lari kepada raja Gat. Ketika Simei mengetahui hal ini, maka dia menjemput kedua hambanya itu. Dia lupa akan sumpahnya, atau lebih tepat saya pakai istilah: bahwa Tuhan membuat dia lupa pada sumpahnya.
Setelah Simei kembali ke Yerusalem, dia dipanggil oleh Salomo. Dia diingatkan akan perjanjian yang mereka buat dengan bersumpah.
“Mengapa engkau tidak menepati sumpah demi Tuhan itu dan perintah yang kuperintahkan kepadamu?”
Kemudian Salomo berkata pula:
“Engkau sendiri tahu dalam hatimu segala kejahatan yang kamu perbuat kepada Daud, ayahku, maka Tuhan telah menanggungkan kejahatan itu kepadamu sendiri.”
1 Raja-raja 2:42,43
Akhirnya Simei dihukum mati dengan cara dipancung. Artinya dia turun ke dunia orang mati dengan berdarah seperti yang dikatakan oleh Daud kepada Salomo.
Di sini jelas sekali bahwa bukan Daud yang dendam kepada Simei, tetapi Tuhan sendiri yang menghukum Simei karena kutukan-kutukan jahat yang keluar dari mulutnya kepada Daud.
TAHUN PEY BET
Melalui kisah Simei ini, Tuhan mengingatkan kita tentang mulut. Menurut kalender Ibrani, dari tanggal 6 September 2021 sampai dengan 26 September tahun 2022, kita masuk Tahun 5782 yang disebut sebagai Tahun Pey Bet. Pey Bet artinya 82. Pey adalah angka 80, yang menggambarkan mulut.
Bet atau huruf kedua dalam alfabet Ibrani digambarkan dengan sebuah tenda atau rumah atau tempat kediaman. Ada 2 tempat tinggal dari umat manusia: Yang pertama adalah di bumi dan yang kedua di sorga atau neraka.
Sekarang dalam Tahun 5782 atau Pey Bet ini, kita diingatkan bahwa kita masih hidup dalam dunia ini, tetapi segala apa yang kita lakukan, apa yang kita ucapkan; apa yang kita tuliskan dan ucapkan di media sosial, bukan seperti cara-cara dunia tetapi harus dengan cara sorga.
Microsoft merilis “Indeks Keberadaban Digital atau Digital Civility Index” yang menunjukkan “tingkat keberadaban” pengguna internet atau netizen sepanjang tahun 2020. Ternyata tingkat keberadaban netizen di Indonesia sangat rendah. Dari survey terhadap 16.000 responden di 32 negara, Indonesia berada di peringkat 29 dan yang terburuk di Asia Tenggara. Wow, saya percaya dari netizen ini pasti juga termasuk orang-orang Kristen.
Saya akan mengingatkan kepada Saudara tentang perkataan Tuhan Yesus dalam Matius 12:36-37 yang berkata:
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman. Karena menurut ucapanmu engkau akan dibenarkan, dan menurut ucapanmu pula engkau akan dihukum."
Tuhan Yesus akan datang segera. Karena itu, kita semua harus berhati-hati dengan mulut kita, dengan apa yang kita tulis atau perkatakan di media sosial, apakah itu hoaks atau ujaran kebencian, supaya jangan kita dihukum.
NyanyiMulutku penuh dengan pujian kepada-Mu ya Yesus Tuhan
Sepanjang hari kuberi penghormatan kepada-Mu ya Allahku
Coda
kepada-Mu ya Allahku
kepada-Mu ya Allahku
Kita harus mengingat 1 Korintus 6:19 yang berkata:
“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, - dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?”
Sekali lagi saya ingatkan bahwa tubuh kita bukan milik kita sendiri, mulut kita bukannya milik kita sendiri, tetapi miliknya Tuhan Yesus. Karena kita sudah dibeli dengan harga yang mahal dari kuasa iblis dengan darah Tuhan Yesus sendiri.
Kita harus menggunakan mulut untuk memperkatakan hal-hal yang sesuai dengan firman Tuhan, termasuk juga saat berbicara dan menulis di media sosial. Karena itu, sekali lagi saya mau katakan: Jadilah pemenang! Jadilah pemenang! Saya berdoa agar semua Saudara menjadi pemenang. Dan sekali lagi, hanya pemenang yang masuk sorga.
Allah yang bela
Siapa lawan dia
Lebih dari pemenang
Dalam s'gala hal
Ku pasti dapat
Lakukan semua
Yesus yang b'ri kekuatan
O terpujilah nama-Nya
Coda
Yesus yang b'ri kekuatan
O terpujilah nama-Nya
Kesaksian
“Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata:
"Penyakit itu tidak akan membawa kematian,
tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah,
sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”
Yohanes 11:4 TB
Shalom, nama saya Rena Ginting, suami saya Ivan Tarigan dan kami telah dikarunai tiga orang putra. Saya lahir dalam keluarga Kristen, tetapi saya hanya Kristen KTP saja. Melalui kesaksian ini saya ingin membagikan pengalaman ro...
“Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata:
"Penyakit itu tidak akan membawa kematian,
tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah,
sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”
Yohanes 11:4 TB
Shalom, nama saya Rena Ginting, suami saya Ivan Tarigan dan kami telah dikarunai tiga orang putra. Saya lahir dalam keluarga Kristen, tetapi saya hanya Kristen KTP saja. Melalui kesaksian ini saya ingin membagikan pengalaman rohani saya, yang membawa hidup saya di dalam pengenalan akan Tuhan Yesus secara pribadi. Dari sakit-penyakit inilah, saya dapat mengalami pemulihan dan dapat melayani Tuhan dengan sungguh.
Menurut Global Cancer Observator 2018, penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian urutan kedua di Indonesia. Bagi kaum wanita penyakit kanker serviks dan payudara adalah penyakit yang menyebabkan kematian di urutan kedua dan ketiga.
Namun oleh karena kemurahan Tuhan, saya kini telah sembuh dari kedua penyakit tersebut. Saya didiagnosa penyakit kanker pertama kali di tahun 2008 yaitu kanker serviks (mulut rahim). Gejalanya waktu itu memang belum begitu saya rasakan karena masih dalam stadium dini atau stadium 2B.
Penyakit kanker kedua yang saya alami adalah kanker payudara, saya temukan pada saat sedang mandi dan merabanya. Saya merasakan seperti ada benjolan, namun benjolan itu terasa berbeda karena agak nyeri. Oleh sebab itu saya memeriksakan diri ke dokter spesialis dan dari hasil pemeriksaan tersebut saya dinyatakan kanker payudara.
Kanker payudara adalah kanker yang paling parah buat saya, karena dari hasil pemeriksaan dokter saat itu sudah harus diambil tindakan untuk mengangkat sel kanker tersebut. Ternyata kanker itu bukan hanya ditemukan di payudara saja, tetapi juga di limpa ketiak dan di leher saya dengan masing-masing ukurannya 7 cm, 11 cm dan 4 cm.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, harus ada pemeriksaan lebih detail lagi dan pada bagian limpa ketiak juga leher (tiroid) akan dilakukan pemeriksaan ulang. Namun untuk di bagian payudara sudah dipastikan positif. Dokter memberitahukan apabila payudara saya diangkat, maka bagian limpa ketiak pun harus diangkat agar tidak menyebar.
Secara manusia saya mengalami kekuatiran dan ketakutan karena kanker payudara sudah dinyatakan stadium 3, pengobatannya pun sudah tidak bisa lagi dengan obat biasa. Obatnya harus double dengan asetin.
Dalam bayangan saya pengobatan kanker payudara dan limpa ketiak yang harus diangkat membuat saya menjadi stress. Selain itu saya juga harus bolak-balik ke rumah sakit untuk melakukan kemoterapi dan bertemu dengan dokter secara rutin.
Sebagai seorang wanita rambut adalah mahkota, karena itu saya sangat sedih jika saya tidak memiliki rambut lagi dan kepala saya menjadi botak. Saat itu saya merasakan hidup saya hampa seperti tidak ada harapan, yang mengakibatkan saya menjauhkan diri dari teman-teman; bahkan suami, karena saya malu dengan keadaan saya, sehingga saya merasakan kesepian.
Selesai pengobatan di Kuala Lumpur saya kembali pulang ke Medan. Saya masih tidak dapat berdoa, bahkan saat didoakan oleh suami pun hati saya terasa kosong karena saya sudah pasrah dengan hidup saya.
Sejak vonis dokter tersebut saya merasakan pengumulan, bayangan kematian, rasa takut, kuatir dan ragu; apakah pengobatan yang diberikan dapat menyembuhkan saya? Hingga pada suatu titik di mana saya pun tidak ingin melihat anak-anak saya lagi karena berpikir bahwa cepat atau lambat saya akan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya sejak vonis dokter tersebut.
Puji Tuhannya semangat saya kembali tumbuh ketika melihat anak-anak sedang tidur. Malam itu sekitar jam 12, ada keinginan saya untuk melihat wajah anak saya yang sedang tertidur, kebetulan kamar mereka bersebelah dengan kamar saya, maka saya mencoba untuk melihat mereka.
Saat membuka kamar anak saya yang paling besar lampunya masih menyala. Ketika ia melihat saya masuk ia langsung menutupi wajahnya dengan selimut. Saya pun menghampirinya dan dengan perlahan menarik selimutnya. Saya melihat anak saya berlinang air mata seperti habis menangis. Sebagai seorang ibu perasaan saya begitu iba, melihat anak saya yang menangis, namun saya tidak dapat berkata sepatah kata pun.
Saya lalu kembali ke kamar tidur dan melihat suami saya yang sudah tertidur pulas. Saya pun mulai terduduk diam dan merenung, bahwa saya tidak dapat sendiri, saya butuh seseorang. Saya teringat tentang ajaran ibu saya tentang Tuhan Yesus dan apalagi saya juga melayani Tuhan.
Saat itu ada kerinduan untuk dapat berdoa dan itu mulai membangkitkan iman saya. Saya merasakan ada suatu perubahan dalam diri saya dan teringat akan Firman Tuhan dalam Roma 12:12,
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”
Ayat tersebut menjelaskan tentang betapa pentingnya bersukacita dalam pengharapan, bersabar dalam kesesakan, dan bertekun dalam berdoa. Saya merenungkan ayat tersebut, Tuhan mengajar saya untuk tetap bersukacita sekalipun dalam kondisi yang seperti ini.
Sabar dalam kesesakan dan bertekun di dalam doa, saya mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda, saya mulai memegang janji Tuhan karena sebelumnya saya merasakan sudah tidak mengandalkan Tuhan lagi, karena sempat berpikir kalau mau mati ya mati sajalah. Apalagi penyakit kanker yang saya derita sudah ada di bagian payudara, ketiak dan leher.
Dokter berkata bahwa kemo yang keempat akan terasa lebih sakit lagi, karena obat yang diberikan akan double dosisnya, termasuk asetin juga. Saya benar-benar membutuhkan kekuatan, bahkan leher saya akan terasa panas seperti bara api ketika meminum obat tersebut.
Saya kembali berobat ke Kuala Lumpur untuk kemo keempat, tapi saat itu saya sadar bahwa saya perlu Tuhan. Saya mulai mengandalkan Tuhan Yesus dan berserah penuh. Saya percaya ketika mulai berserah kepada Tuhan maka rasa takut dan kuatir itu akan hilang.
Saat itu manusia lama saya sudah berubah, saya merasakan perbedaannya. Untuk kali ini sebelum kemo dilakukan, saya melibatkan Tuhan dan mengajak dokter yang menangani saya untuk berdoa dengan saya, sekalipun ia berbeda iman. Saya minta penyertaan dan campur tangan Tuhan.
Puji Tuhan, saya merasakan ketika kemo keempat dapat saya lewati, padahal seharusnya dampak yang dirasakan begitu keras. Meskipun ada rasa sakit, tetapi karena di sini saya melibatkan Tuhan maka Tuhan memampukan saya menjalaninya. Hubungan saya dengan Tuhan dipulihkan, saya mulai dapat berdoa dan memuji Tuhan dengan sungguh hati. Saya belajar percaya meskipun saya belum melihat. Saya belajar berharap penuh kepada Tuhan, karena saya percaya pengharapan yang saya gantungkan kepada Tuhan tidak pernah mengecewakan. Iman saya pun bangkit.
Saya sungguh bersyukur, karena melewati sakit ini saya mulai lebih mengenal Tuhan secara pribadi. Saya bisa lebih memuji Tuhan, belajar main gitar dan lebih banyak waktu bersama Tuhan. Berbeda sebelum sakit, saya lebih asyik dengan kesibukan dunia. Cara pandang saya pun mulai berubah, kini saya mulai dapat lebih bersyukur. Saya sudah lebih banyak berpikir positif, belajar tentang cara berpikir, pola makan dan istirahat, 3 hal itu harus dapat diseimbangkan.
Saat saya mengalami sakit, saya merasakan bahwa segala yang kita miliki seperti tidak berarti lagi, dan tidak dapat kita banggakan. Entah itu jabatan, harta dan kekuasaan karena Tuhan dapat saja mengambilnya dalam waktu yang singkat. Sehingga dalam menghadapi suatu masalah, saya tidak menganggapnya sebagai permasalahan.
Saya sekarang menganggap hidup saya ini seperti komputer, apabila ada hal yang tidak penting saya harus menghilangkannya dari pikiran saya. Karena dengan memikirkan sesuatu yang tidak baik akan menurunkan imun kita. Pola berpikir seperti itulah yang sangat membantu kesembuhan saya.
Selama enam bulan di Kuala Lumpur (Penang) saya melakukan kemoterapi sebanyak 6 kali dan radiasi sebanyak 25 kali. Saat itu juga saya diundang untuk melayani oleh kakak rohani saya, ialah yang selama ini telah mengurus, mendukung dan mempercayakan saya untuk bersaksi di kelompok-kelompok sel pada setiap hari Jumat. Saya diminta untuk membagikan kesaksian dari satu gereja ke gereja lain di Kuala Lumpur.
Saya dipercayai untuk melayani dan memberikan kekuatan bagi orang lain justru ketika saya masih dalam keadaan sakit. Pada waktu itu saya sudah tidak memiliki rambut lagi (botak), namun justrtu momen itulah yang dipakai Tuhan untuk saya menjadi berkat dan menguatkan orang percaya di Kuala lumpur.
Dukungan doa dari teman-teman di gereja, maupun dari hamba-hamba Tuhan terutama ibu Tuty di Kuala Lumpur serta dukungan dari keluarga sungguh sangat berarti dan menguatkan diri saya, terutama pengorbanan suami saya yang mau terus mendampingi saya selama sakit, tidak pernah meninggalkan saya satu hari pun. Bahkan dia rela meninggalkan pekerjaannya hanya untuk merawat saya. Dari situlah saya sadar bahwa saya masih dibutuhkan.
Setelah melewati doa dan kesabaran dari keluarga (suami dan anak-anak), saya kemudian melakukan check up lagi dengan menggunakan suatu alat untuk memeriksa secara detail di limpa ketiak, dan leher selama 7 jam. Atas permintaan suami untuk memeriksa secara keseluruhan bukan hanya bagian payudara saja namun juga di bagian leher dan limpa ketiak juga. Di Kuala Lumpur ada suatu alat yang dapat melihat limpa ketiak hingga ke leher, alat tersebut memeriksa reaksinya selama 7 jam.
Puji Tuhan, dari hasil pemeriksaan tersebut dinyatakan sel cancer belum sampai menyebar ke limpa ketiak dan yang ada di bagian leher pun tidak ganas. Hingga hari ini hasil dari medical check up terakhir sebelum corona (sekitar Februari 2020) semuanya sudah bagus, saya dinyatakan sembuh bahkan rambut saya sudah kembali tumbuh.
Di sinilah saya menyaksikan kuasa Tuhan sungguh nyata, seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 11:4 bahwa:
“penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”
Semakin hari saya semakin dikuatkan, dan saya pun semakin rajin membaca Alkitab. Mujizat Tuhan itu nyata dan tetap ada sampai hari ini, pengharapan di dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan. Tuhan Yesus dapat mengubah permasalahan hidup kita menjadi kesaksian yang membawa kita kepada kemenangan. Terima kasih Tuhan Yesus atas Mujizat-Mu yang terjadi dalam hidup saya. Amin.
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala