TUHAN PENYEMBUHKU
“Aku tidak akan mati, tetapi hidup,
dan aku akan menceritakan perbuatan-perbuatan TUHAN.”
Mazmur 118:17
Nama saya Handi Muljadi, saya ingin berbagi cerita bagaimana Tuhan Yesus sudah menyembuhkan saya dari penyakit yang mematikan, serta memberikan saya kesempatan untuk hidup melayani Tuhan.
Saya adalah orang yang menjalankan pola hidup sehat sejak tahun 2009. Tidur cukup, tidak merokok, tidak minum alkohol, tidak pernah dugem. Mengkonsumsi makanan sehat agar badan tetap fit dan memiliki bentuk tubuh yang ideal, hobi saya bersepeda dan fitnes. Namun tahun 2013 terjadi sesuatu yang sangat tidak terduga.
Tepatnya pada bulan Agustus 2013, ketika saya sedang bersepeda di pagi hari. Saya merasakan tubuh saya menggigil, akhirnya saya putuskan untuk pulang ke rumah. Sampai di rumah saya sarapan dan tidak lama kemudian saya merasakan sakit perut yang luar biasa, akhirnya saya putuskan untuk pergi ke dokter. Singkat cerita saya harus menjalani operasi mengangkat kelenjar seberat 1 kg dari bagian perut (abdomen) di sebuah rumah sakit di Jakarta dan sebagian usus saya ada yang dipotong. Dokter memvonis saya mengalami kanker kelenjar getah bening (Lymphoma) stadium 3B. Kanker itu juga banyak tumbuh di bagian perut. Padahal saya tidak merasakan gejalanya sama sekali.
Sejak bulan September 2013, saya harus menjalani 6x kemoterapi setiap 3 minggu sekali di Singapura. Setelah kemoterapi saya merasakan badan saya lemas, mual, konstipasi, tidak bisa tidur, dan tidak bisa melakukan aktivitas dengan normal. Tiga minggu kemudian menjelang kemoterapi kedua, rambut di semua bagian tubuh mulai rontok akibat efek samping dari kemoterapi. Obat kemoterapi selain membunuh sel-sel kanker, juga membunuh sel-sel yang baik. Bersyukur Tuhan beri kekuatan sehingga saya bisa melewati proses 6x kemoterapi (4.5 bulan). Setelah itu saya menjalani Pet-Scan dan dinyatakan sembuh. Semua karena kasih karunia Tuhan.
Enam bulan kemudian saya harus cek rutin, Pet-Scan. Ternyata kanker saya tumbuh lagi (relapse) di bagian yang sama. Saya kembali harus menjalani 4x kemoterapi setiap 3 minggu dengan obat yang lebih keras. Setelah itu dokter memutuskan untuk melakukan 1x kemoterapi dosis tinggi selama 5 hari berturut-turut. Tiga hari berikutnya dokter melakukan Autologous Stemcell Transplant (salah satu metode pengobatan untuk kanker darah). Kondisi tubuh saya sangat drop setelah menjalani semua itu. Berat badan turun 4.5 kg dalam waktu 1 minggu karena diare selama 8 hari. Mual dan tidak bisa makan. Hasil cek darah semua drop. Leukosit angkanya tinggal 0.08 (kondisi normal berkisar 4-11). Artinya tubuh sudah tidak punya daya tahan sama sekali. Tuhan Yesuslah yang membuat saya bertahan untuk melewati masa-masa yang sangat berat ini.
Tidak pernah terduga 4,5 bulan kemudian tiba-tiba seluruh badan saya terasa gatal, dan setelah dilakukan Pet-Scan, dokter menyatakan bahwa kanker saya tumbuh lagi (relapse) di bagian yang sama, bahkan dengan kapasitas yang lebih besar dari sebelumnya. Waktu itu saya dan istri hanya menangis di ruang dokter. Bingung harus melakukan pengobatan apa lagi? Dokternya juga bingung. Saya bertanya pada diri sendiri, “Mengapa belum sembuh?” Tetapi justru di situlah titik balik saya untuk memiliki iman dan pengharapan kepada Tuhan yang lebih besar.
Bulan Maret 2015 saya bertemu dengan Pdt. David Tjakra. Beliau hanya berkata, “Handi, coba kamu layani orang-orang yang sakit, khususnya yang sakit kanker.” Saya berkata dalam hati, “Wah, belum sembuh dari sakit kanker harus melayani orang yang sakit kanker?" Saya pun menceritakan hal ini kepada istri dan anak-anak saya, “Ini bagaimana, masa Papah disuruh melayani orang sakit, Papah sendiri saja masih belum sembuh.” Mereka semua hanya bilang: “Coba aja ikutin, Pah.” Akhirnya saya mulai ikut pelayanan bersama dengan tim Bapak Rudy Herjanto untuk melayani orang-orang sakit pada salah satu rumah sakit di Bandung.
Saya bertemu dengan orang-orang yang sakit kanker. Saya katakan kepada mereka, “Ayo semangat. Saya juga sakit kanker nih. Kita jalani pengobatan dengan penuh sukacita, mengucap syukur, dan hidup melekat kepada Tuhan.” Tiba-tiba saya memiliki keberanian untuk membawa jiwa buat Tuhan. Padahal dulu sebelumnya, saya paling takut untuk memberitakan kabar keselamatan. Dalam melayani orang sakit kanker, saya selalu katakan bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, 70 tahun lamanya kalau Tuhan izinkan bisa 80 tahun, tapi yang paling penting adalah harus punya hidup yang kekal. Untuk punya hidup yang kekal di surga jalan satu-satunya harus terima Tuhan Yesus sebagai Juruselamat. Sambil saya melayani orang yang sakit kanker saya jalani pengobatan Immuno Therapy dan Targeted Therapy (kemoterapi oral).
Karena kasih karunia Tuhan, bulan November 2015 setelah menjalani Pet-Scan yang kesekian kalinya saya dinyatakan sembuh dari kanker. Bulan Desember 2018 stop total dari semua obat-obatan (kemoterapi oral), walaupun efek samping nya masih ada sampai sekarang.
Terima kasih kepada Pak Niko buat lagu 'Mujizat Masih Ada'. Lagu ini yang saya dengar terus-menerus ketika saya ada dalam masa-masa yang paling sulit, dan menjadi berkat dan kekuatan buat saya. Setiap kali saya menjalani pengobatan, saya percaya Tuhan menyediakan mujizat-Nya buat saya. Itulah pengharapan saya kepada Tuhan setiap kali saya mendengarkan lagu ini.
Memasuki tahun 2021- Tahun Integritas, saya sedang menikmati bebas dari kanker di tahun yang ke-5. Tuhan Yesus baik, dahsyat, hebat, luar biasa. Semua karena kasih karunia Tuhan. Melalui pengalaman ini saya banyak belajar untuk hidup melekat kepada Tuhan. Mujizat-Nya masih ada buat kita yang hidupnya berkenan kepada-Nya. Saya menjadi lebih mudah untuk mengucap syukur. Setiap bangun pagi saya katakan dalam doa: “Tuhan, terimakasih buat hari yang baru, masih bisa bernafas dengan lega, masih bisa melakukan aktivitas dengan normal."
Terima kasih buat istri dan anak-anak, dan untuk semua keluarga serta saudara seiman yang telah mendukung dalam doa ketika saya sakit. Saya juga berdoa kepada Tuhan supaya bisa membahagiakan istri, anak-anak, dan menyelesaikan pertandingan dengan baik.
Saya belajar untuk dalam masa-masa yang sangat sulit tetap bersyukur, bersukacita, tidak bersungut-sungut, minta ampun, melepaskan pengampunan dan tetap melayani Tuhan. Mujizat dan pertolongan Tuhan pasti terjadi.