ADA CINTANYA TUHAN
DALAM RUMAH TANGGAKU
“Setiap orang menghidangkan anggur yang baik dahulu
sesudah orang puas minum, barulah yang kurang baik,
akan tetapi engkau menyimpan anggur yang baik sampai sekarang.”
Yohanes 2:10
Puji syukur kepada Tuhan Yesus yang sangat baik, pada kesempatan ini saya Mario dan istri ingin menyaksikan tentang cinta kasih Tuhan Yesus di dalam kehidupan pernikahan kami yang sudah berjalan 5 tahun.
Kami mulai saling mengenal pada tahun 2014. Cara berpacaran kami layaknya pasangan yang munafik, sering ke gereja bersama-sama, namun seiring dengan itu sering berbuat dosa. Saya mengenal Tuhan dari orang tua, namun tanpa hati yang bersyukur dan berterima kasih atas anugerah yang Tuhan sudah beri.
Tanggal 16 Juli 2016 Tuhan mempersatukan kami dalam satu pernikahan yang kudus. Pernikahan yang terasa amat berat yang saya rasakan, karena 2 hari sebelum acara pernikahan, ibu saya meninggal dunia. Agak mengagetkan, karena menurut dokter ibu terkena serangan jantung, padahal sebelumnya ibu terlihat sehat-sehat saja. Mungkin karena kelelahan, beliau habis pulang dari luar kota dan berlanjut dengan kesibukan lainnya.
Namun pernikahan kami tetap berlangsung dalam adat Batak, karena kami berdua keturunan Batak yang sangat teguh memegang tradisi. Orang tua begitu mendidik saya akan bibit, bobot dan bebet, semacam alat kalibrasi bagi orang Jawa untuk menentukan calon menantu yang baik. Bahwa pernikahan dengan suku yang sama akan mempermudah semua urusan.
Setiap orang di awal pernikahannya pasti mempunyai impian-impian yang bagaikan sorga, kami justru sebaliknya. Karena 2 tahun di awal usia pernikahan, rumah tangga kami bagaikan neraka di dunia. Istri saya suka memukul saya secara fisik, mengucapkan kata-kata yang tidak menyenangkan, menyumpahi setiap anggota keluarga yang dia benci.
Semuanya timbul karena dari pihak keluarga saya, banyak yang menyalahkan dia; seolah-olah meninggalnya ibu karena dia. Dan saat itu saya begitu khawatir memikirkan bapak saya, rasa bersalah akan kematian ibu di awal pernikahan kami, sehingga saya takut kehilangan bapak.
Prinsip pernikahan seperti pada Matius 19:5, "Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya" tidak kami lakukan dengan semestinya. Saya sebagai suami kurang memberikan kasih terhadap istri, sedangkan istri hanya mendengar apa kata orang tuanya dan sering mendengar masukan-masukan yang negatif. Sehingga dalam 2 tahun pernikahan kami, tidak ada kasih dan hanya mencari jalan bagaimana caranya untuk bercerai.
Pada tahun 2018 Tuhan sungguh baik. Di tengah badai pernikahan itu, lahir seorang anak laki-laki yang kami beri nama Gabrian Matthew, yang artinya kekuatan atas anugerah yang Tuhan berikan. Anak yang begitu lucu, pintar dan menggemaskan. Sehingga kami bersatu padu dalam sukacita untuk membangun keluarga ini menjadi keluarga yang Tuhan inginkan.
Di dalam perjalanan 1 tahun pernikahan, kami bergabung dengan komunitas pasutri yang di pimpin oleh bapak Jaliaman Sinaga (Kepala Unit BP2N, GBI Jl. Jend. Gatot Subroto). Selama kami mengikuti acara camp tersebut, kehidupan pernikahan kami memang tidak langsung berubah, justru semakin di ambang kehancuran.
Namun rekan-rekan terus berdoa untuk kami. Di lain pihak kami juga rindu ingin dipulihkan secara rohani. Maka berangsur-angsur keadaan pernikahan menjadi lebih baik. Dengan memiliki komunitas rohani, kami sering didoakan, menerima banyak masukan dan saran-saran yang membangun hubungan dalam keluarga.
Hari berganti hari, bulan berganti tahun. Saya dan istri terus berusaha belajar untuk mengerti apa maksud Tuhan dalam kehidupan rumah tangga yang kami jalani. Kami mengundang Tuhan Yesus hadir dalam perjalanan cinta kami dan belajar mengucap syukur dalam segala hal, serta menikmati semua berkat yang Tuhan berikan. Terlebih dengan hadirnya buah cinta kami Gabe yang dalam bahasa Batak artinya jadi bagus, jadi baik.
Puji Tuhan, semakin hari kami semakin saling mengasihi, lebih memperhatikan dan lebih mencintai dari sekedar pacaran. Seperti ada tertulis dalam Pengkhotbah 4:12, “Dan bilamana seorang dapat dialahkan, dua orang akan dapat bertahan. Tali tiga lembar tak mudah diputuskan.” Dengan kehidupan rumah tangga yang diubahkan Tuhan, hari demi hari kami berubah, penuh dengan cinta, kasih, saling peduli satu sama lain. Kepada rumah tangga yang harmonis, yang dipulihkan maka Tuhan memberikan dan mencurahkan berkat-berkat-Nya yang berlimpah di dalam mahligai kehidupan pernikahan yang kami jalani.
Kami melibatkan Tuhan di dalamnya dan terus belajar untuk semakin dekat dengan Tuhan, karena kami percaya bahwa tanpa campur tangan Tuhan, keluarga kecil kami mungkin sudah hancur sejak dari awal. Tetapi sejak kami mengundang Tuhan Yesus, ada damai sejahtera, kasih dan cinta-Nya Tuhan mengalir dalam rumah tangga kami. Anggur yang baru selalu tersedia, sehingga cinta saya dan istri selalu bertambah manis dari hari ke hari. Terimakasih, Tuhan Yesus memberkati.