Khotbah Gembala
Alkitab berkata Yesus mati karena dosa-dosa kita. Dia dikuburkan; tetapi pada hari yang ketiga Dia dibangkitkan. Haleluya! Setelah Tuhan Yesus bangkit, selama 40 hari Tuhan Yesus menampakkan diri kepada lebih dari 500 murid-murid-Nya untuk membuktikan bahwa Dia hidup. Setelah memberikan pesan terakhir, seperti yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 1:8, maka dengan disaksikan oleh murid-mu...
Alkitab berkata Yesus mati karena dosa-dosa kita. Dia dikuburkan; tetapi pada hari yang ketiga Dia dibangkitkan. Haleluya! Setelah Tuhan Yesus bangkit, selama 40 hari Tuhan Yesus menampakkan diri kepada lebih dari 500 murid-murid-Nya untuk membuktikan bahwa Dia hidup. Setelah memberikan pesan terakhir, seperti yang terdapat dalam Kisah Para Rasul 1:8, maka dengan disaksikan oleh murid-murid-Nya Tuhan Yesus terangkat ke sorga.
Saya percaya kalau kita berada di sana waktu itu, kita pasti akan sama dengan murid-murid Tuhan Yesus yang melihat bahwa Tuhan Yesus bertambah tinggi. Ketika mereka melihat ke bawah ternyata kaki Tuhan Yesus sudah tidak menyentuh tanah lagi. Perlahan tapi pasti Tuhan Yesus terangkat ke sorga. Makin lama makin kecil sampai ada awan yang menutupi dan hilang dari pandangan mata. Sementara mereka terheran-heran melihat ke langit, maka ada dua orang yang berpakaian putih di dekat mereka yang berkata:
“Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.”
Kisah Para Rasul 1:11
Dari ayat ini saya percaya, kalau yang melihat Tuhan Yesus naik ke sorga adalah murid-murid Tuhan Yesus, maka yang akan melihat Tuhan Yesus turun dari sorga adalah murid-murid Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berkata dalam Yohanes 14:1-3,
"Janganlah gelisah hatimu; percayalah kepada Allah, percayalah juga kepada-Ku.
Di rumah Bapa-Ku banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian, tentu Aku mengatakannya kepadamu.
Sebab Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.
Dan apabila Aku telah pergi ke situ dan telah menyediakan tempat bagimu, Aku akan datang kembali dan membawa kamu ke tempat-Ku,
supaya di tempat di mana Aku berada, kamupun berada.”
Pesan Tuhan Yesus ini ditujukan untuk murid-murid-Nya. Karena itu, kalau kita mau ikut dalam pengangkatan, maka kita harus menjadi murid Tuhan Yesus. Murid Tuhan Yesus adalah kita-kita yang hidupnya sama seperti Kristus telah hidup. Karena kita hidup sama seperti Kristus telah hidup maka kita akan menjadi serupa dengan gambar-Nya.
Roma 8:29 berkata,
“Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara.”
Jadi gol kita sebagai orang percaya adalah menjadi serupa dengan gambar Yesus.
Nyanyi:Menjadi sperti Kau Yesus
Menjadi sperti Kau Yesus
Menjadi sempurna
Dalam selu - ruh hidupku
Menjadi sperti Kau Yesus
Menjadi sperti Kau Yesus
Menjadi sempurna
Dalam seluruh hidupku
Ibrani 7:25 berkata,
“Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk menjadi Pengantara mereka.”
Tuhan Yesus di sorga menjadi pengantara kita, artinya sebagai pendoa syafaat bagi kita supaya kita selamat secara sempurna.
KESELAMATANOrang Percaya Bisa Kehilangan Keselamatan
Matius 7:21-23 berkata,
“Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!"
Ini merupakan peringatan bagi hamba-hamba Tuhan yang sedang dipakai oleh Tuhan, agar pelayanan yang diberikan oleh Tuhan itu semata-mata hanya untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Bukan untuk kemuliaan diri sendiri; bukan untuk mencari keuntungan pribadi; bukan untuk popularitas, dimana ini semua bisa mengakibatkan hilangnya keselamatan
Contoh seorang murid yang kehilangan keselamatannya adalah Yudas. Yudas mengikut Yesus begitu lama, bahkan dicatat dalam Lukas 9:1-6 ia bersama murid-murid-Nya yang lain pernah melakukan berbagai mujizat dan pelayanan kesembuhan. Namun ia akhirnya memilih meninggalkan Tuhan, maka hilanglah keselamatannya.
Orang Percaya yang Hampir-hampir Tidak Diselamatkan
1 Korintus 3:10-15 berkata bahwa kita membangun hidup kita ini dengan dasar Yesus Kristus.
Pertanyaannya: Bahan apa yang kita gunakan untuk membangun kehidupan kita ini?
Apakah dengan bahan emas, perak, batu permata? Ataukah dengan bahan kayu, rumput kering, atau jerami? Semua ini akan nampak pada hari Tuhan, saat pekerjaan kita diuji dengan api. Jika pekerjaan kita tahan uji, artinya tidak terbakar karena terbuat dari bahan emas, perak dan batu permata, maka kita akan mendapat upah.
Tetapi sebaliknya kalau pekerjaannya itu terbakar, karena bahan yang digunakan adalah kayu, rumput kering, jerami, maka kita akan menderita kerugian. Selamat sih selamat tetapi seperti keluar dari dalam api. Artinya hampir-hampir tidak diselamatkan.
Orang Percaya yang Mendapat Keselamatan yang Sempurna
Tuhan Yesus berada di sorga untuk mendoakan kita agar mendapat keselamatan yang sempurna, bukan untuk kehilangan keselamatan, atau bukan hampir-hampir tidak diselamatkan.
Hosanna, hosanna
Hosanna in the highest
Hosanna, hosanna
Hosanna in the highest
Hosanna, hosanna
Hosanna in the highest
Hosanna, hosanna
Hosanna in the highest
Coda
Hosanna in the highest
Hosanna in the highest
PENTAKOSTA
Pesan yang terakhir dari Tuhan Yesus untuk murid-murid-Nya sebelum terangkat ke sorga terdapat dalam Kisah Para Rasul 1:8,
“Tetapi kamu akan menerima kuasa kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem, dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi.”
Setelah memberikan pesan yang terakhir itu, Tuhan Yesus naik ke sorga. Setelah itu apa yang dilakukan oleh murid-murid-Nya? Mereka pergi ke Yerusalem dan berkumpul di ruang atas atau kamar loteng. Mereka melakukan ini karena Tuhan Yesus yang menyuruh mereka agar tidak meninggalkan kota Yerusalem, karena mereka akan diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat tinggi.
Tuhan Yesus berkata:"Sebab Yohanes membaptis dengan air, tetapi tidak lama lagi kamu akan dibaptis dengan Roh Kudus."
Murid-murid yang berkumpul berjumlah sekitar 120 orang. Kisah Para Rasul 1:14a berkata mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, yang artinya mereka berdoa, memuji dan menyembah Tuhan, dalam unity siang dan malam. Ini adalah Prinsip Restorasi Pondok Daud. Ini adalah Prinsip Menara Doa.
Pentakosta Pertama
Pada hari raya Pentakosta, jadi sepuluh hari setelah mereka berkumpul itu, tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah dimana mereka duduk. Dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus. Lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya. Itu adalah bahasa roh. Orang yang dibaptis dengan Roh Kudus atau dipenuhi Roh Kudus, tanda awalnya adalah berbahasa Roh.
Setelah itu murid-murid Tuhan Yesus dipakai secara luar biasa untuk melakukan Amanat Agung. Tanda dan mujizat menyertai pelayanan mereka. Peristiwa ini disebut sebagai Pentakosta Pertama.
Pentakosta yang Pertama ini dahsyat, sebab dalam kurun beberapa ratus tahun, sekitar 70% dari dunia yang dikenal waktu itu, yaitu yang berada di bawah kekaisaran Romawi; menjadi Kristen.
Pertanyaannya: Apakah Amanat Agung sudah selasai? Jawabannya: Belum!
Pentakosta Kedua
Karena itu pada tahun 1906, kembali Roh Kudus dicurahkan di Azusa Street yang disebut sebagai Pentakosta Kedua. Ciri-ciri yang menonjol dalam Pentakosta Kedua ini adalah penekanan dalam hal berbahasa roh dan pelayanan mujizat dan kesembuhan, meskipun seluruh karunia roh juga dicurahkan dengan limpahnya.
Pentakosta Kedua ini dahsyat. Mengapa? Karena melahirkan Gerakan Pentakosta dan Karismatik. Saat ini ada sekitar 700 juta orang yang diberdayakan oleh Roh Kudus.
Pertanyaannya: Apakah Amanat Agung sudah selesai? Jawabannya: Belum!
Pentakosta Ketiga
Karena itu hari-hari ini pencurahan Roh Kudus yang jauh lebih dahsyat dibanding dengan Azusa Street sedang terjadi. Ini disebut sebagai Pentakosta Ketiga. Seperti yang terjadi pada Pentakosta Pertama dan Pentakosta Kedua, maka berbahasa roh dan pelayanan kesembuhan juga terlihat begitu intens. Saya percaya dengan Pentakosta Ketiga ini Amanat Agung Tuhan Yesus akan selesai dan Tuhan Yesus akan datang kembali.
Kuasa-Nya dicurahkan,
berkat-Nya dilimpahkan
Penuaian besar sungguh terjadi
S'gala bangsa 'kan datang
Menyembah Yesus Tuhan
Kemuliaan Tuhan t'lah turun
Kuasa-Nya dicurahkan,
berkat-Nya dilimpahkan
Penuaian besar sungguh terjadi
S'gala bangsa 'kan datang
Menyembah Yesus Tuhan
Kemuliaan Tuhan t'lah turun
Coda
Kemuliaan Tuhan t'lah turun
Kemuliaan Tuhan t'lah turun
Rasul Paulus berkata dalam 1 Korintus 14:5a,
“Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh.”
Selain itu dalam 1 Korintus 14:18 rasul Paulus juga berkata:
“Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dalam bahasa roh lebih daripada kamu semua.”
Saya sangat mengaminkan apa yang dikatakan oleh rasul Paulus ini dan saya juga berdoa agar apa yang dikatakan oleh rasul Paulus ini juga terjadi pada kita. Yang percaya katakan: Amin!
BERBAHASA ROHKita akan Lebih Berani Bersaksi tentang Yesus
Kita ingat Petrus, dimana sebelum dia dibaptis Roh Kudus dengan tanda awal berbahasa Roh, dia pernah menyangkal Yesus sebanyak 3 kali sebelum ayam berkokok. Setelah dibaptis Roh Kudus dan berbahasa roh, dia berani bersaksi tentang Tuhan Yesus, tidak peduli disesah dan dipenjarakan.
Kita Membangun Iman Kita
Kalau kita berbahasa roh, maka sesuai dengan 1 Korintus 14:4 dikatakan: siapa yang berkata-kata dalam bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, yang artinya kalau kita berbahasa roh kita membangun iman kita.
Kita akan Bisa Berdoa Lebih Lama Lagi
Roh Kita yang akan Berdoa
Sesuai dengan 1 Korintus 14:14-15 yang berkata:
“Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku.”
Jadi kalau kita menghendaki agar roh kita berdoa, menyanyi dan memuji, maka kita harus berbahasa roh. Sedangkan kalau dengan akal budi atau jiwa, maka kita harus menggunakan bahasa yang kita mengerti. Mari, bagi yang mau melakukan katakan bersama saya: Amin!
Nyanyi:Datanglah sekarang penuhi kami
Dengan kuasa-Mu
Urapi kami sekarang ini
Dengan api Roh-Mu
Datanglah sekarang penuhi kami
Dengan kuasa-Mu
Urapi kami sekarang ini
Dengan api Roh-Mu
Roh Kudus ini hamba-Mu
Roh Kudus penuhi hamba-Mu
Kesaksian
“Tetapi seperti ada tertulis: ”Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata,
dan tidak pernah didengar oleh telinga,
dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:
semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
1 Korintus 2:9 TB
Perkenalkan nama saya Putri. Saya mempunyai 3 orang anak, 1 orang putra Jeremy dan 2 orang putri, Nadine dan Valeria. Saya dibesarkan di tengah keluarga yang sangat cinta Tuhan Yesus,...
“Tetapi seperti ada tertulis: ”Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata,
dan tidak pernah didengar oleh telinga,
dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:
semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
1 Korintus 2:9 TB
Perkenalkan nama saya Putri. Saya mempunyai 3 orang anak, 1 orang putra Jeremy dan 2 orang putri, Nadine dan Valeria. Saya dibesarkan di tengah keluarga yang sangat cinta Tuhan Yesus, demikian pula dengan almarhum suami saya Asa Hendradi. Saya bersama anak-anak aktif melayani di COOL GBI Tapos Cibinong, Rayon 7 Bogor; yang merupakan gereja di bawah pengembalaan Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo. Saya dan suami aktif melayani di COOL umum dan anak-anak di COOL remaja.
Tuhan memberikan talenta bermain musik kepada suami saya sehingga saat di COOL, ia dapat bermain keyboard ataupun gitar untuk bersama-sama memuji Tuhan. Sayangnya suami sering tugas keluar kota jadi ia hanya dapat melayani jika sedang tidak pergi dinas saja.
Sejak kuliah suami sudah mempunyai riwayat penyakit diabetes, sehingga sejak awal tahun 2017 pengobatan pun dilakukan dengan suntilk insulin secara rutin, dan juga check up ke dokter. Namun Tuhan berkehendak lain, penyakitnya ternyata sudah menjalar ke pendengaran dan penglihatan. Bila ada luka susah sembuhnya, seperti luka di telapak kakinya. Luka itu tidak pernah kering, bahkan jari-jari suami tinggal setengah, pendengarannya pun sudah memakai alat bantu. Namun penyakit yang dialami bukan menjadi penghalang bagi dia untuk terus melayani Tuhan.
Awal tahun 2021 menjadi tahun yang terberat bagi saya karena pada tanggal 8 Januari 2021, tiba-tiba suami saya muntah-muntah. Saya segera membawanya ke dokter, hasil pemeriksaan dokter ia dinyatakan sakit maag. Akhirnya dokter membuatkan resep obat, namun herannya setelah minum obat, penyakitnya tidak kunjung sembuh bahkan terus muntah muntah.
Karena tidak ada perubahan maka keesokan harinya suami saya kembali berobat ke dokter. Hasilnya tetap saja dinyatakan kena maag. Tanggal 10 Januari suami saya mulai batuk-batuk semakin lama semakin parah bahkan sampai kehilangan indra penciuman. Melihat gejala ini, maka saya berinisiatif untuk tes PCR dan tenyata kami berdua positif COVID-19. Mengetahui hal itu saya dan suami bergegas ke RS, saya membopong suami ke ruang IGD. Namun ternyata IGD sudah penuh dan tidak ada tempat lagi, suasana rumah sakit waktu itu sangat ramai sekali, bahkan sampai kehabisan kursi roda. Setelah kami ditolak karena rumah sakit penuh, petugas keamanan setempat membantu saya membopong suami kembali ke mobil.
Sejak itu kesehatannya semakin menurun, mulai tidak kuat jalan, sampai ke kamar mandi pun harus dibantu dengan cara menopang tubuhnya. Batuknya juga semakin parah, apalagi saat itu COVID-10 dianggap sebagai penyakit yang menakutkan.
Saya terus berupaya menghubungi rumah sakit lainnya tetapi semuanya penuh. Akhirnya saya langsung datang ke rumah sakit di daerah Cibinong, namun di depan pintu masuk IGD terpampang tulisan “IGD FULL”. Walaupun demikian saya tetap masuk dan minta pertolongan kepada perawat yang bertugas: “Sus tolong untuk satu orang saja, suami saya ada penyakit diabetes sekarang tidak bisa jalan lagi.”
Puji Tuhan perawat itu menjawab: “Ada, silahkan.” Bergegas saya kembali ke mobil dengan sekuat tenaga saya membopong suami menuju IGD. Akhirnya suami saya segera ditangani. lalu perawat bertanya kepada saya: “Ibu sudah tes PCR?” Saya menjawab: “Sudah; hasilnya positif.”
Perawat meminta saya untuk sekalian dirawat, kebetulan ada pasien IGD yang akan pulang. Setelah satu hari di IGD, kami pun berpisah. Dan ternyata di sanalah terakhir kali saya dapat bertemu dengan suami, karena ruang isolasi pria dan wanita terpisah.
Saya berpikir, sekitar dua minggu lagi dapat bertemu dengan suami, namun mengapa tiba-tiba timbul perasaan tidak enak di hati saya. Saya pun meminta maaf kepada suami, jika ada perkataan dan pelayanan saya yang tidak berkenan di hatinya. Puji Tuhan, suami mengatakan tidak ada yang salah.
Suami saya lebih awal dipindahkan ke ruangan isolasi, baru keesokan harinya saya menyusul. Baru hari pertama di ruang isolasi, pagi harinya saya dihubungi oleh perawat yang bertugas di ruang pria. Saya melihat keadaan suami melalui video call, Nampak suami saya sudah tidak berdaya karena ternyata gulanya sangat tinggi dan akan dipindahkan ke ruang ICU.
Saya ingin bertemu suami, diijinkan tetapi hanya sekilas saat suami akan dipindahkan ke ruang ICU, saya melihat ia berbaring di tempat tidur dengan roda berjalan yang ditutup kaca. Saya hanya bisa memberi lambaian tangan ke suami, tapi ia hanya diam saja. Sore harinya saya didatangi oleh dokjter yang merawatnya, sontak jantung saya berdetak cepat. Apa yang terjadi? saya langsung bertanya: “Dokter, suami saya masih hidup kan?” Dokter menjawab: “Masih.”
Dokter hanya memberi informasi bahwa gula suami tinggi dan sudah kena ke ginjal, jika suami saya sembuh harus rutin cuci darah. Kemudian dokter memberikan surat perjanjian tertulis terkait suami saya di ICU, untuk dapat saya tanda tangani. Isi surat tersebut adalah untuk memberikan ijin penggunaan alat ventilator, alat bantu kejut jantung untuk suami apabila diperlukan. Akhirnya saya menandatangani surat tersebut sambil berdoa dan berharap semuanya akan baik.
Ketiga anak saya akhirnya melakukan tes PCR dan hasilnya kedua putri kami positif COVID-19, sedang putra kami negatif. Pada malam harinya kedua putri kami dibawa oleh ambulan dari rumah menuju ke RSUD tempat saya diisolasi dan setelah hari ketiga kami di tempatkan dalam satu kamar.
Salah satu putri saya, setiap sore selalu duduk di depan jendela dia berucap: ‘’Saya menunggu papa, siapa tahu papa lewat. Mungkin papa sudah keluar dari ruang isolasi.” Hari berikutnya putri saya kembali duduk di depan jendela rumah sakit, dan kedua putri saya selalu mengatakan bahwa mereka kangen papa, ingin ketemu papa, ingin tahu bagaimana kabar papa. Mereka takut jika hal terburuk menimpa papanya.
Selama isolasi saya sering mendengar Firman Tuhan yang menguatkan saya melalui Youtube. Saya juga tetap setia mengikuti ibadah online setiap minggunya, begitu pun dukungan doa datang dari teman-teman di COOL, teman-teman pelayanan di gereja, yang selalu menguatkan dan men-support saya untuk melewati ini semua.
Pada tanggal 22 Januari 2021 saya didatangi seorang psikolog dari RSUD dan memberi kabar yang sangat mengejutkan, yaitu bahwa suami saya sudah meninggal pada tanggal 12 Januari 2021. Memang hal itu sengaja tidak diberitahukan mengingat keadaan saya yang kurang stabil dan dikuatirkan imunitas saya turun. Bagai petir di siang bolong, berita ini sangat menggoncangkan hati saya dan juga anak-anak. Kami tidak dapat lagi melihat suami dan ayahnya anak-anak. Saya menghibur dan menguatkan anak-anak yang selalu berharap ingin melihat papanya kembali.
Setelah kami menjalani isolasi selama 3 minggu, akhirnya kami pun dapat keluar. Rasa sedih dan kehilangan itu pasti ada, tetapi saya belajar beriman dan percaya Tuhan Yesus yang menjadi Gembala yang baik atas hidup saya dan anak-anak. Masa pandemi ini tidak dapat dipungkiri lagi berapa banyak yang kehilangan orang-orang yang dicintainya.
Di sini saya belajar untuk selalu bersyukur buat semua yang boleh Tuhan ijinkan terjadi, saya percaya Tuhan punya rancangan masa depan yang baik, yang manis dan indah buat saya dan anak-anak saya. Tuhan yang menilik hati dan membuat kami kuat untuk percaya, bahwa Firman Tuhan mengatakan: “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku mengendongmu.” (Yesaya 46:4)
Saya akan terus membawa ketiga anak saya untuk lebih dekat dan mengandalkan Tuhan.
Sampai hari ini Tuhan memelihara kehidupan kami sempurna, saya bersyukur diberikan kesehatan untuk dapat bekerja di kantor. Juga pada hari Sabtu dan Minggu saya dapat menerima pesanan katering, berjualan jajanan pasar dan kue. Apabila kita ada sampai hari ini, ini adalah anugerah dan kemurahan Tuhan.
Saya diijinkan Tuhan untuk kehilangan suami, namun saya tetap dapat berkata bahwa Tuhan Yesus itu baik, saya percaya bahwa apa yang tidak terpikirkan oleh saya Tuhan sediakan. Jangan kuatir tentang apapun juga sebab Tuhan yang menjaga dan memelihara setiap kita anak-anak-Nya dengan sempurna. Haleluya. Amin.
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam
segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur."
Filipi 4:6
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala