Kesaksian
“Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu. Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik.”
Mazmur 91:7-8
Pandemi COVID-19 telah menyebar di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Wabah penyakit ini mengakibatkan meningkatnya angka kematian serta banyaknya pengangguran yang berdampak terhadap perekonomian masyarakat.
Hal ini juga yang...
“Walau seribu orang rebah di sisimu, dan sepuluh ribu di sebelah kananmu, tetapi itu tidak akan menimpamu. Engkau hanya menontonnya dengan matamu sendiri dan melihat pembalasan terhadap orang-orang fasik.”
Mazmur 91:7-8
Pandemi COVID-19 telah menyebar di seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Wabah penyakit ini mengakibatkan meningkatnya angka kematian serta banyaknya pengangguran yang berdampak terhadap perekonomian masyarakat.
Hal ini juga yang dirasakan oleh Hady Susanto, seorang pria berusia 67 tahun kelahiran Jambi; yang kini menetap di Jakarta bersama dengan istri tercinta Indrajati Ati dan kedua anak mereka; Rizky dan Dea.
Pak Hady menuturkan bahwa pada bulan Januari 2020, ia mengalami kesulitan ekonomi yang membawanya dalam tekanan, kecemasan dan kekuatiran yang sangat, sehingga ia mulai jarang berdoa dan semakin jauh dari Tuhan.
Memasuki Maret 2020 keadaan Hady makin terpuruk dan mulai dihantui dengan mimpi-mimpi buruk. Dalam mimpinya ia seperti ditenggelamkan ke dalam air aquarium di tempat yang sama setiap malamnya, sehingga tidak mampu lagi untuk bernapas dan setelah melakukan perlawanan ia terbangun dari tidurnya.
Hady memang tidak mengerti apa makna dari mimpinya tersebut, namun ia yakin ada sesuatu yang tidak beres dalam dirinya. Pada akhir Maret 2020, dengan ditemani oleh istrinya, ia memeriksa diri ke salah satu rumah sakit di Jakarta. Saat itu memang Hady tidak mengalami gejala apapun, hanya bertujuan untuk memastikan kesehatannya saja.
Ternyata apa yang selama ini Hady takutkan terjadi, hasil dari pemeriksaan rumah sakit itu menyatakan bahwa ia terpapar COVID-19, dan pada saat itu juga harus diisolasi selama 3 hari.
Malam pertama di ruang isolasi, Hady seperti mendengar suara bisikan “Kamu ikut saya, kalau kamu tidak menuruti apa yang saya mau, maka kamu akan merasakan akibatnya.” Hady yang saat itu selain terpapar COVID-19, juga sedang depresi dan putus asa, menuruti kehendak suara yang didengarnya itu, apalagi ia merasakan bahwa istri dan anak-anaknya jauh dari dia, tidak seperti keluarga, sehingga Ia berpendapat bahwa 'mati' adalah pilihan yang terbaik.
Malam kedua, kesehatannya makin menurun, ia mengalami sesak napas yang hebat, sampai-sampai harus memohon kepada dokter untuk memberikan oksigen dengan segera karena sudah merasa tidak mampu lagi bernapas.
Bersamaan dengan itu, ia mulai teringat akan Tuhan. Ia yakin bahwa Tuhan sanggup menolongnya, namun ia menyadari bahwa dirinya telah jauh dari Tuhan dan merasa tidak layak untuk berdoa meminta pertolongan kepada-Nya.
Dalam kelemahannya ia hanya bisa memberanikan diri dan berkata “Tuhan Yesus, terima kasih, karena aku tahu Engkau Allah yang hidup.” Kata-kata itu yang terus-menerus ia katakan dengan napasnya yang berat.
Hari demi hari kondisi Hady semakin memburuk. Dokter mencoba memberikan oksigen dengan tekanan yang tinggi, namun itu tidak berhasil meringankan sesak napas yang dideritanya. Ia terus berjuang untuk bisa bernapas hingga merasakan jantung dan paru-parunya seakan-akan mau lepas.
Situasi dan kondisi yang dihadapinya, membuat Hady mulai berharap dan mengandalkan pertolongan Tuhan, karena dia percaya tidak ada pertolongan lain selain meminta kesembuhan dari pada-Nya.
Pada malam hari ketiga, sesak napasnya mulai mereda dan dapat tertidur dengan lelap setelah berhari-hari terjaga. Dalam tidurnya, ia bermimpi ada sekelompok orang yang membawa senjata tajam sedang mengejar dan ingin membunuhnya. Tanpa sadar ia sontak terbangun, melompat dari tempat tidurnya dan terjatuh.
Petugas kesehatan, menemukan Hady sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri. Mereka langsung memberikan bantuan medis dengan membawanya ke ruangan ICU. Kondisi kesehatannya terus menurun dan mengalami “koma”, ia pun harus di bantu dengan ventilator karena napas dari mulutnya sudah tidak maksimal lagi. Dukungan doa terus di panjatkan dari jauh oleh keluarga terkasih; istri dan anak-anaknya serta teman-teman persekutuan doa, untuk kesembuhannya.
Tepatnya sekitar 2 minggu, Hady mulai sadarkan diri dari koma. Tetapi demi mempertahankan kondisi kesehatannya, 5 Tim Dokter memutuskan agar ia tetap dirawat di ICU selama 2 bulan lamanya. Apalagi, ditemukan virus baru dan dinyatakan paru-parunya sudah tidak berfungsi 70 persen, jantung sebelah kirinya sudah mulai membengkak, bahkan, kekentalan darahnya 3 kali lipat dari yang normal, tensi darahnya 200/100, dan setiap malam tidak bisa tidur.
Kondisi medis yang semakin memburuk itu tidak membuat Hady putus asa. Ia mulai beriman dan mendekatkan diri kepada Tuhan, dengan berseru, “Tuhan Yesus, berikan kesempatan aku untuk hidup dan dapat menjadi saksi.”
Sebagai manusia Hady dihantui rasa kuatir dan takut. Pasalnya, setiap malam, ia menyaksikan dibalik tirai; satu persatu tetangga di kiri dan kanannya meninggal. Walau demikian, Hady tetap percaya Tuhan akan menolongnya. Apalagi ia teringat akan janji Tuhan dalam Mazmur 91. “Saya langsung tidak kuatir dan takut, saya mulai bersuka cita, dan kembali beriman untuk sembuh.”
Seperti biasa, setiap sore Hady melayangkan matanya ke luar jendela dan melihat burung-burung yang terbang, tiba-tiba ia teringat akan Firman Tuhan dalam Matius 6:25-26 berkata “Tidak perlu kuatir akan hidup, akan apa yang hendak kamu makan dan minum, pandanglah burung di langit, yang tidak menabur dan tidak mengumpulkan bekal, namun di pelihara oleh Tuhan, bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?”
Sekalipun kondisi Hady yang kelihatannya memburuk, namun dalam hatinya tetap mengalir damai sejahtera dan suka cita sampai-sampai membuat heran para dokter serta suster dan mereka memuji dia atas semangatnya itu.
Firman Tuhan berkata, “hati yang gembira adalah obat yang manjur.” Firman yang diingatnya, telah membuat hatinya makin bersyukur dan bersuka cita. Secara tidak sadar itu yang membuat imunitasnya naik.
Beberapa waktu kemudian, Hady mendapat kabar dari dokter yang isinya diluar dari berbagai kemungkinan. Dokter memberikan informasi kalau kondisi medisnya sudah mulai membaik, namun di sisi lain ia harus lumpuh total.
Akhirnya 5 Tim Dokter mengijinkan Hady untuk pulang ke rumah, setelah 3 bulan berada di rumah sakit (2 bulan di ICU dan 1 bulan di ruang isolasi). Saat di rumah ia masih terus bergantung pada penggunaan oksigen; setiap dua hari dibutuhkan satu tabung oksigen dengan kapasitas 15 kg.
Namun iman Hady terus bangkit dan berkata “Saya beriman akan sembuh, saya tidak memerlukan bantuan tabung oksigen lagi, tapi oksigen yang datang dari Tuhan, dan saya tidak mungkin lumpuh, karena Tuhan telah sembuhkan.”
Setelah 3 bulan lamanya, tabung okigen akhirnya sudah boleh dilepas dan ia menyadari dan berkata “Saya sedih; bukan sedih mahalnya oksigen atau tidak mampu bayar. Saya sedih karena selama 66 tahun mendapatkan oksigen (napas) langsung dari Tuhan, dan gratis, namun tidak pernah bersyukur."
Sampai kesaksian ini ditulis, Hady sudah disembuhkan Tuhan setelah melakukan perawatan di rumah selama 6 bulan. Dokter dapat berkata bahwa Hady akan lumpuh total, tapi Tuhan Yesus berkata lain, Dia menyembuhkannya dengan ajaib. Hady kini mampu berjalan dengan latihan dan ia sekarang lebih sungguh-sungguh lagi dalam melayani Tuhan dan telah menjadi saksi atas kebaikan-Nya. Betapa Allah kita hebat, Dia sanggup menolong kita, saat kita percaya dan berharap kepada-Nya. Amin.
Tujuan Allah Memberi Berkat
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/
vopArticle/TujuanAllahMemberiBerkat.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala