Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
Klik disini untuk materi selengkapnya...
Ruang Remaja
"Dalam tahun Yobel
ladang itu harus dipulangkan kepada orang yang menjualnya kepadanya,
yakni kepada orang yang mula-mula memiliki tanah itu."
Imamat 27:24
William Carey, Bapak Misi Modern, awalnya ingin menerjemahkan Alkitab ke dalam banyak bahasa. Namun suatu ketika, rekannya menemukan ruang percetakan mereka terbakar. Maka, kamus-kamus, buku-buku tata bahasa dan Alkitab-Alkitab dilalap api. Carey sempat terpukul. “Pekerjaan bertahun-tahun hilang dalam sekejap,” ujarnya.
Kerugian itu memang besar, namun Carey menolak untuk menyerah. Segera saja berita kebakaran tersebut tersiar ke berbagai tempat. Orang-orang bersimpati dan banyak menyumbang sehingga Carey dapat membangun kembali sebuah percetakan. Lalu Alkitab dalam empat puluh empat bahasa dan dialek pun berhasil diterbitkan.
Zaman dulu di Israel, seorang anak laki-laki biasanya mendapat warisan berupa tanah. Jika di kemudian hari, ia memerlukan uang, ia bisa menjual miliknya itu, bahkan bila ia sangat kesusahan, ia terpaksa menjual dirinya sebagai budak. Namun begitu tahun Yobel datang, orang yang telah membeli tanah itu harus mengembalikan tanah tersebut kepada pemiliknya yang semula, dan budak itu sendiri pun harus dilepaskan dari statusnya, sehingga ia dapat menjalani kehidupan secara bebas.
Apakah hari-hari ini, Anda menjalani hal-hal sukar? Apakah semua aset seolah hilang lenyap tak bersisa? Apakah semua mimpi sudah terkubur dan seolah tak akan ada lagi hal baik yang akan datang dalam hidup ini?
Ketahuilah, masa-masa sulit hanya sementara, waktu-waktu seakan hidup ada di penjara, tidak terjadi selamanya. Akan ada waktunya pembebasan itu datang, bahkan pembebasan seutuhnya, pembebasan yang terjadi atas segala aspek hidup kita.
Sobat Warta, jika kita tak menyerah dan putus asa, pertolongan akan segera tiba. Namun kalau kita memilih berhenti, tidak berharap lagi, enggan berusaha kembali; lebih buruknya memutuskan menjauhkan diri dari hadirat-Nya, maka itu semua tak akan menghasilkan apa-apa selain rasa pahit. So, kuatkan hati, tegakkan kepala, hapuslah air mata, bangkitlah ! Sebab mujizat masih ada bagi orang yang percaya. (MA)
"KESULITAN HANYA SEMENTARA,
PEMBEBASAN PASTI TIBA."
Dunia Kita
Ikan tuna tidak bisa berhenti berenang, karena saat mereka berhenti berenang, tidak ada air yang masuk ke insangnya, sehingga ikan tersebut tidak bisa bernapas. Sederhananya, ikan tuna berenang untuk bisa hidup. Sehingga, kita tidak pernah melihat ikan tuna berdiam diri, bahkan saat tidur.
Ikan adalah hewan yang bernapas di dalam air melalui insang yang ada di kepalanya. Namun, ikan tuna mengalami adaptasi morfologi pada kepalanya. Dilansir dari WWF, ikan tuna memiliki kepala yang kaku.
Bentuk kepalanya membuat air beroksigen tidak dapat masuk dengan mudah ke dalam insangnya. Artinya, oksigen dalam air harus dipompa secara manual oleh ikan tuna agar bisa bernapas. Dilansir dari Oceana, untuk mendapatkan oksigen ikan tuna harus melewatkan air melalui insangnya dengan cara terus berenang ke depan dengan mulut terbuka.
APA KATA ALKITAB?
Seperti halnya ikan tuna yang tidak berhenti berenang untuk benafas, kita anak Tuhan harus terus berlari mengejar panggilan sorgawi.
“Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya,
tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku
dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku,
dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah,
yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus."
Filipi 3:13-14
Kita harus berlari-lari mengarahkan diri kepada tujuan sorgawi, dan menggunakan semua kekuatan dan tenaga rohani yang di sediakan oleh kasih karunia-Nya. Inilah tanggapan kita terhadap panggilan sorgawi yaitu mengenal Allah, untuk bersekutu dengan Dia.
Pada saatnya, kita akan mengambil bagian dalam upah sorgawi yang disediakan bagi kita, yaitu semua berkat rohani yang disediakan oleh Allah bagi kita yang bersekutu dengan intim bersama Dia.
Tujuan akhir kita adalah untuk mengenal Allah lebih dekat. Kasih karunia-Nya dapat menutupi kegagalan dan penderitaan di masa lalu. Sekarang, kita hanya perlu memandang ke depan untuk mengalami pekerjaan kasih karunia Allah yang Dia sediakan bagi kita yang berjalan bersama-Nya. Dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapan kita, dan berlari-lari kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus. (LY)
Ruang Kesaksian
"Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.”
1 Petrus 2:24
Mujizat itu nyata, hal tersebut yang disaksikan oleh kehidupan Suwantono, pria kelahiran Medan, yang telah menikah dengan Rani Oktavia dan telah dikaruniai sepasang putera-puteri yang bernama Diego Juan Tanadi dan Celine Juanlita Tanadi. Menceritakan kisahnya pada tahun 1998, saat ia masih duduk di bangku sekolah mempunyai teman dekat yang berlatar belakang Kristen, dan memperkenalkan Tuhan Yesus kepada dirinya. Sejak peristiwa tersebut, ia pun mulai tertarik untuk mengenal Yesus lebih lagi dan bergabung ke sebuah gereja yang dekat tidak jauh dari rumahnya, yaitu di Medan Plaza.
Pada tahun 1998, ia mulai bergabung dan aktif melayani Tuhan di Departemen Pemuda-Remaja (Youth) sebagai pendoa syafaat hingga tahun 2000.
Dalam perjalanan waktu 2 tahun itu, ia mulai merasakan kejenuhan. Pikirnya melayani Tuhan Yesus tidak ada dampak yang luar biasa bagi dirinya. Ia merasakan hanya biasa-biasa saja, apalagi karakternya yang terbiasa memakai logika menjadikannya selalu berpikir secara rasional. Pelayanannya mulai menjadi rutinitas, ia mulai menjadi ragu apakah Yesus benar-benar ada atau tidak? Dalam kondisi seperti itu, pada tahun 2000 dengan mudah ia mengambil keputusan untuk berhenti datang ke gereja lagi, termasuk mengundurkan diri dari pelayanan.
Tahun demi tahun terus berganti, hingga ia berjumpa dengan Rani pujaan hatinya. Berawal 3 bulan di saat mereka telah menjalin hubungan, tiba-tiba pada suatu hari wajahnya pada bagian pipi timbul seperti jerawat, namun herannya jerawat itu dapat menular ke pori-pori tubuh lainnya. Apabila cairan jerawat itu tersentuh dengan tangan maka tangannya akan timbul seperti jerawat itu, dan apabila tersentuh di bagian telinga maka telinganya pun akan tertular juga. Jadi penyakit itu hanya dapat menular ke bagian tubuhnya sendiri.
Penyakit yang dialami itu telah membuatnya hampir frustasi. Pasalnya ia sudah berupaya berobat ke berbagai rumah sakit hingga mendatangi hampir 20 dokter spesialis; dari dalam negeri maupun luar negeri seperti Medan, Jakarta, Singapore, Penang dan lainnya. Namun kondisinya tidak juga membaik, malahan makin hari semakin memburuk. Akibat penyakitnya itu wajahnya pun mulai membengkak serta mengeluarkan darah. Sampai-sampai saat hendak berobat ke luar negeri, para petugas imigrasi yang bertugas memeriksa di airport sempat tidak mengenalinya, karena wajah yang ada di passport sudah berbeda dengan aslinya.
Ia berkata bahwa jenis penyakit ini memang aneh. Setiap ditangani oleh dokter yang baru dan diberikan obat, penyakit tersebut akan sembuh, namun tidak bertahan lama; hanya sekitar satu atau dua minggu, kadang hingga satu bulan, lalu penyakitnya kambuh kembali. Sehingga ia harus mencari dokter baru demi mendapatkan obat yang baru lainnya.
Satu persatu dokter spesialis semuanya sudah ia datangi, termasuk berobat di Penang dan Singapura. Dokter spesialis yang terakhir ia datangi, berkata: "Saya sudah tidak tahu lagi bagaimana harus mengobati kamu, karena sudah kehabisan akal." Mendengar pernyataan itu terpaksa ia kembali ke Medan tanpa membuahkan hasil.
Selain itu, ia yang masih aktif kuliah art (melukis), terpaksa harus memutuskan cuti kuliah karena sudah merasa terganggu dengan penyakit yang dideritanya, dan tidak nyaman dengan darah di wajahnya yang selalu menetes di atas lukisannya.
Awalnya apabila penyakit itu mulai kambuh, pantangannya adalah tidak boleh mengkonsumsi seafood. Ia hanya dapat mengkonsumsi makanan vegetarian saja. Namun penyakitnya akan tetap kambuh, apabila tidak segera diobati; bahkan akan menjadi lebih parah hingga dapat menimbulkan bengkak dan menjalar ke bagian tubuhnya.
Segala usaha demi kesembuhannya telah dilakukan sampai ia akhirnya mencoba pengobatan alternatif (tradisional). Ayah Rani kekasihnya, yang kebetulan adalah seorang tabib pengobatan tradisional, mengatakan bahwa ia mengenal seorang tabib yang dapat menyembuhkannya yaitu rekannya yang pernah menangani jenis penyakit serupa dan dapat memberikan obat yang ampuh baginya.
Setelah bertemu dengan tabib itu, ia disarankan untuk meminum ramuan obat yang sangat spesial yaitu kecoa, namun kecoa itu tidak boleh dibeli dari toko obat tradisional yang sudah jadi, jadi harus kecoa hidup (segar) yang di ambil langsung dari parit. Proses pengolahan ramuan tersebut dengan cara memasukkan kecoa hidup ke dalam gelas dibiarkan sampai mengelepar (setengah hidup) lalu di berikan akar tumbuhan yang sudah dikeringkan lama. Kemudian dicampurkan dengan 4 gelas arak putih, untuk selanjutnya di tambah dengan 7 ekor kecoa yang setengah hidup itu. Campuran tersebut dikukus dari 4 gelas menjadi setengah gelas.
Ramuan dalam proses pengukusan tersebut dapat menghasilkan zat-zat tertentu, menurut tabib itu, untuk mengobati tubuhnya yang sudah banyak racun yang harus di lawan dengan racun juga. Kerena tidak ada pilihan lain, ia pun meminum ramuan tersebut yang menurutnya rasanya tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata. Sangat tidak enak, baunya bukan main, bahkan dalam cairan ramuan tersebut terlihat kaki kecoanya.
Dan seperti biasa setiap kali di berikan obat baru penyakitnya pasti sembuh, dan lukanya menjadi kering, namun itu tidak bertahan lama setelah sebulan kemudian kambuh kembali. Segala usaha pengobatan telah dilakukan mulai dari dokter spesialis hingga tradisional, namun tidak membuatnya sembuh. Ia menjadi begitu frustasi dan putus asa.
Ia pun sangat depresi sehingga mengalami insomnia, karena di bagian belakang kepalanya ada luka yang basah oleh karena darah. Pernah suatu malam ketika sedang tidur lelap, tiba-tiba ia merasakan kulit kepalanya sudah menempel di atas bantalnya karena darahnya mengering.
Ia tidak dapat membalikkan badannya. Saat itu waktu menunjukkan sekitar pukul 2-3 dini hari. Dalam keadaan masih mengantuk ia harus mengendong bantal tersebut ke kamar mandi dan membasahi pelan-pelan. Kulit kepalanya itu sampai terkoyak, sehingga mengeluarkan darah segar kembali dan perih sekali rasanya, sehingga ia menjadi takut untuk tidur kembali.
Keadaan seperti itu telah membuat mentalnya sedikit terganggu, yang menyebabkan ayahnya sempat memeriksakan dirinya kepada psikiater. Dalam konsultasi dengan psikiater, ia hanya di berikan obat tidur, obat tenang dan obat gatal saja.
Waktu demi waktu terus berlalu, sampai suatu hari Rani kekasihnya menanyakan perihal kapan mereka dapat melangsungkan pernikahan, mengingat hubungan mereka sudah cukup lama berpacaran (sekitar 8 tahun). Namun secara akal sehat ia berpikir, bagaimana mungkin ia nekad melangsungkan pernikahan dalam keadaan sakit seperti itu? Ia menjadi tidak percaya diri untuk dapat menikahi kekasihnya itu, karena dalam hati bertanya; pasangannya itu tulus atau bodoh? Mengapa ingin menikahi orang yang tidak ada harapan dan sakit-sakitan seperti dirinya, dan tidak memilih laki-laki lain yang lebih sehat dan tidak penyakitan.
Rani, yang saat itu belum mengenal Tuhan Yesus, meyakini bahwa menurut ayahnya itu yang adalah seorang tabib, apabila sudah diobati secara tradisional seharusnya penyakitnya pasti sembuh total dan tidak akan kambuh lagi. Karena penyakit itu bukan tipe penyakit yang dapat kambuh kembali setelah mendapatkan ramuan obat tradisional.
Akhirnya ayahnya Rani menyimpulkan, mungkin hal ini disebabkan oleh keyakinan Suwan yang selama ini salah. Atas dasar itulah, Rani mencoba membujuk dia untuk dapat merubah keyakinannya, karena menurutnya, ia sudah diobati oleh dokter tetapi tidak bisa. Begitu pula dengan pengobatan tradisional, tidak ada hasilnya. Rani berkata kepadanya: “Kamu bilang percaya Tuhan Yesus, tapi tetap sakit juga. Cobalah ikut kepercayaan yang lain mungkin bisa menyembuhkan kamu."
Namun jawaban yang tidak diduga dan membuat Rani begitu kaget saat Suwan menjawabnya dengan tegas: “Kalau saat ini kamu tanya saya apakah cinta kamu atau tidak, saya akan jawab saya cinta kamu. Tapi kalau kamu suruh memilih antara Tuhan Yesus atau kamu, tentu saya akan tetap memilih Tuhan Yesus.”
Jawabannya membuat Rani tertegun dan takjub, melihat bahwa dalam keadaan seperti itu ia masih bisa berkata demikian. Sehebat itukah Tuhan Yesusmu?
Dari peristiwa itu Rani mulai mengajaknya untuk lebih sungguh-sungguh datang kepada Tuhan Yesus. Berdoa dan berharap kepada-Nya. Mereka mulai membangun iman dan percaya kepada Tuhan.
Seiring dengan waktu mereka pun akhirnya menentukan hari pernikahan pada bulan Desember, tahun 2008. Rani menyakinkannya; apabila nanti sampai waktunya tiba untuk menikah, ternyata Suwan belum juga sembuh, ia akan bersedia untuk mendampingi dan menjaganya.
Kondisinya dari hari ke hari tidak juga semakin membaik, malahan perutnya pun mulai ikut membengkak dan luka dibagian tubuh mengeluarkan darah hingga ia tidak dapat memakai baju lagi, karena lengket oleh darah. Ia begitu takut dan gusar karena pernah mendengar perkataan tabib apabila lukanya itu sudah sampai ke pusar maka dipercaya dapat meninggal.
Karena ketakutan itu ia lebih sungguh-sungguh lagi dan berseru kepada Tuhan. Dalam doanya ia berjanji: “Ya Tuhan umur saya masih 25 tahun. Jangan biarkan saya meninggal. Saya mau bertobat ya Tuhan, tetapi ijinkan saya untuk dapat merasakan Tuhan. Jika Engkau benar-benar ada, sembuhkan saya. Jika Tuhan sembuhkan, jadi pengerja pun saya mau.”
Namun karena merasa doanya belum dijawab, ia kembali berdoa kembali dan kali ini berjanji ia bersedia jadi Pendeta, apabila Tuhan menyembuhkannya.
Ia terus membangun hubungan dengan Tuhan setiap hari melalui saat teduh yang rutin ia lakukan. Suatu hari dalam saat teduhnya ia diingatkan akan janji Tuhan bahwa oleh bilur-bilur-Nya maka kita akan sembuh. Ia mulai beriman dan percaya. Saat itu Roh Kudus mengingatkan akan kejadian 7 tahun yang lalu, agar ia pergi berdamai dengan teman-temannya, karena saat itu ia begitu sombong, dan juga sikapnya yang selalu usil. Pernah suatu kali, saat ia sudah tidak ke gereja lagi namun masih suka bergabung untuk sekedar makan bersama. Di saat sedang berdoa ia mengusili temannya dengan memberikan lauk ke piring temannya itu dan berkata: ”Hebat ya kalian berdoa, langsung dapat ayam goreng, ikan turun dari langit.”
Roh Kudus mulai mengingatkan akan kejadian itu, dan dengan melakukan tindakan iman, ia bertobat dan meminta maaf kepada teman-temannya itu satu persatu. Tanpa disadarinya hal ini merupakan jalan dari Tuhan untuk memberikan mujizat baginya. Ia mencoba menghubungi temannya yang jauh melalui telepon, dan bagi yang dekat ia hampiri dan meminta maaf langsung atas kejadian itu.
Puji Tuhan oleh karena ketaatannya melalui imannya, ia disembuhkan oleh Tuhan dengan cara yang ajaib. Pada suatu malam, ketika akan tidur sekujur tubuhnya terasa sangat gatal sampai esok harinya. Dua hari setelah itu, tiba-tiba ia merasakan lukanya mengering. Paginya ketika bangun tidur ia kembali merasa sangat gatal, tenyata darah-darah di tubuhnya mulai mengering dan rontok, banyak sekali kulit kering di atas tempat tidurnya. Spontan saja ia langsung bercermin, ia sangat kaget karena tidak ada lagi bekas darah di wajahnya sama sekali. Saat itu juga dengan penuh sukacita ia segera menghubungi Rani dan menceritakan kejadian yang telah dialaminya.
Rani yang mendengar ceritanya sontak saja tidak percaya dan berkata: “Tidak mungkinlah karena semalam kita ketemu masih berdarah mukamu. Bagaimana mungkin tiba-tiba sembuh dalam sekejap.” Menurutnya selama ini terlalu sering terjadi penyakit itu kambuh dan sering juga sembuhnya, namun akhirnya akan kambuh kembali.
Selang beberapa waktu mereka bertemu. Untuk lebih menyakinkan kesembuhannya, maka Rani mulai memberikan makanan yang selama ini ia pantang, yaitu seafood, seperti ikan, udang dan terakhir kepiting.
Puji Tuhan sejak hari itu sampai dengan hari ini penyakitnya sudah Tuhan sembuhkan dan sudah tidak kambuh lagi. Tuhan Yesus baik, waktu itu tepatnya pada bulan Oktober 2008, 2 bulan menjelang hari pernikahan, Tuhan sembuhkan sempurna penyakitnya dengan ajaib.
Ia kini aktif melayani sebagai Pembina Youth di GBI Tabernacel of David Rayon 4, di bawah penggembalaan Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahadjo. Lewat kesaksian ini, Tuhan ingin agar kita tidak menjadi suam-suam kuku. Kembali ke kasih yang semula. Karena Tuhan begitu nyata dalam hidup kita. Ketika kita bertobat maka pemulihan itu terjadi. Ada masanya kita harus mengabaikan apa yang dilihat mata (luka, kegagalan), apa yang di cium (bau nanah dan luka), apa yang didengar (kata orang tidak mungkin sembuh), dan hanya memandang kuasa salib-Nya. Tuhan Yesus yang saya sembah telah menyatakan kuasa-Nya secara nyata, menyembuhkan saya dengan sempurna; bahkan telah menjadi kesaksian hidup untuk Rani. Terpujilah nama Tuhan.
Shalom! Bagi Saudara sedang membutuhkan dukungan doa ataupun ingin memberikan kesaksian dan pengalaman tentang kebaikan Tuhan, silakan isi formulir di bawah ini. Tim Hotline kami akan segera melayani dan merespon Saudara. Tuhan Yesus Memberkati.
Form Permohonan Doa Form Kesaksian
Wakil Gembala Jemaat Induk I, Ka. Divisi Pengajaran & Penggembalaan II
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala