Kesaksian
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu."
Matius 7:7
Awal Agustus 2021, saya mendapat kabar dari kakak pertama saya yang tinggal bersama kedua orang tua saya di Bali, bahwa papa-mama terpapar COVID-19. Saya sempat kaget dan bertanya-tanya “mereka berdua terpapar di mana?” Papa, mama saya selalu di rumah saja karena mereka ada komorbid.
Papa...
"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu;
carilah, maka kamu akan mendapat;
ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu."
Matius 7:7
Awal Agustus 2021, saya mendapat kabar dari kakak pertama saya yang tinggal bersama kedua orang tua saya di Bali, bahwa papa-mama terpapar COVID-19. Saya sempat kaget dan bertanya-tanya “mereka berdua terpapar di mana?” Papa, mama saya selalu di rumah saja karena mereka ada komorbid.
Papa mempunyai riwayat sakit jantung dan sudah pasang ring di 3 tempat, jadi harus extra hati-hati dalam segala hal. Mama juga ada riwayat sakit kanker leher rahim yang posisinya sangat sulit untuk dilakukan operasi dan akhirnya mempengaruhi fungsi ginjalnya. Ginjal membengkak dan harus dilakukan operasi pemasangan selang di ginjal. Puji Tuhan, operasi pemasangan selang di ginjal berlangsung sukses dan tidak ada kendala meskipun bulan Juli waktu itu kasus COVID-19 sedang melonjak. Mama pulang ke rumah dalam kondisi sehat. Puji Tuhan.
Awal Agustus 2021, papa-mama mulai tidak bisa mencium aroma apapun dan mereka tidak bisa merasakan rasa dari makanan yang dimakan. Akhirnya diputuskan untuk tes antigen. Hasilnya, mereka berdua positif COVID-19. Lalu dilanjutkan dengan PCR, hasilnya juga positif.
Setelah konsultasi dengan dokter melalui video call, diputuskan papa dirawat di rumah karena kondisi papa masih lebih baik dibandingkan mama. Meskipun tidak merasakan apa pun, papa masih bisa paksakan dirinya untuk makan.
Sedangkan mama pada waktu tidak bisa merasakan rasa dari makanan menyebabkan hilangnya nafsu makan, kondisinya drop. Selain itu mama mulai demam dan agak susah untuk bernapas. Jadi dokter memutuskan agar mama dibawa ke RS rujukan khusus COVID-19.
Akhirnya, kakak membawa mama ke RS rujukan. Namun, mama ditolak dengan alasan RS penuh. Kalau mau menunggu itu pun harus menunggu dengan posisi duduk karena sudah tidak ada tempat tidur lagi. Kakak saya tetap berusaha mengunjungi beberapa RS swasta dan pemerintah, tetapi semua RS penuh, tidak ada kamar lagi sama sekali. Karena pada waktu itu memang penderita COVID-19 sedang tinggi-tingginya. Akhirnya, diputuskan untuk mama dirawat di rumah dengan mematuhi prokes, karena selain semua RS penuh, mama juga kurang dari segi pendengarannya.
Pada malam harinya, mama agak sulit bernapas. Saat itu kakak saya berusaha mencari oksigen namun saat itu oksigen sangatlah sulit di dapat, di mana-mana kosong. Akhirnya diputuskan untuk membeli secara online, tetapi diperlukan waktu beberapa hari untuk tiba di tempat.
Ketika kakak saya mengabari kondisi mama, saya pun menangis tidak henti-hentinya. Saya berusaha untuk memanjatkan doa buat kesembuhan papa-mama. Pada saat itu, ada menara doa PPWM (Pray, Praise, Worship, and Miracle) saya minta tolong untuk dukungan doa bagi kesembuhan papa, mama. Kami sekeluarga benar-benar bingung mencari cara untuk mendapatkan oksigen. Karena saturasi oksigen mama pada waktu itu sedang drop.
Di saat seperti itu, saya mendapat info melalui WA bahwa nanti malamnya, ada KKR kesembuhan HMMO (Healing Movement Ministry Online) yang dilayani oleh Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo. Event tersebut diadakan setiap kamis di minggu ke-2 setiap bulannya. Pada malam harinya saya mengikuti KKR tersebut. Di dalam zoom breakout room, waktu itu kami ada sekitar 5-6 orang dan didoakan oleh seorang pendoa, dan kami juga saling menopang dalam doa. Kami semua bersatu dalam doa dan berserah kepada Tuhan. Dan memang seperti dalam Mazmur 37:5, "Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak."
Keesokan harinya, seperti tiba-tiba ada pertolongan dari Tuhan. Tuhan membukakan pikiran dan jalan serta memudahkan segalanya bagi kita. Yang pada awalnya kebingungan dengan masalah tidak adanya oksigen, tetapi tiba-tiba muncul ide untuk menyewa tabung oksigen. Dan Puji Tuhan, ada teman yang meminjamkan tabung untuk diisi ulang dengan cuma-cuma dan boleh dikembalikan setelah mama sembuh. Puji Tuhan.
Memang, jika kita diam di kaki Tuhan dan memilih untuk percaya kepada-Nya semua dipermudah. Dengan mengandalkan Tuhan semua jalan dibukakan, apa yang mustahil bagi kita tidak ada yang mustahil bagi DIA. Saat itu juga tiba-tiba ada suara/dorongan dalam hati saya untuk mengajak papa, mama berdoa. Perlu diketahui, papa, mama saya tidak terlalu percaya dengan adanya Tuhan. Terutama papa akan sinis jika saya bercerita tentang Tuhan Yesus. Pada waktu itu saya sempat ragu, karena pikiran dan logika mulai mengintimidasi. "Mana mau papa, mamamu diajak doa. Kamu tahu sendiri, mereka tidak percaya kepada Tuhan. Dari pada nanti kamu diolok, mending diam saja."
Namun dorongan untuk mengajak mereka berdoa, terus menerus timbul. "Jangan takut dan jangan malu. Tuhan besertamu. Percaya, jika Tuhan yang membukanya tidak ada yang mampu menutup nya." Dorongan seperti itu terus muncul di hati saya.
Akhirnya, saya memutuskan menghubungi kakak saya untuk mengajak papa, mama berdoa. Benar-benar sungguh ajaib karya Tuhan. Papa, mama mau diajak berdoa. Pada waktu itu, saya bacakan Firman Tuhan Mazmur 91, pun mereka mau menerima tanpa perlawanan dan tanpa nyinyiran apa pun.
Sungguh benar apa tertulis dalam Firman Tuhan Wahyu 3:8,
"Aku tahu segala pekerjaanmu: lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun.
Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.”
Puji syukur kepada Tuhan yang telah membukakan pintu hati papa, mama. Mereka mulai mau diajak berdoa dan mengenal TUHAN. Setelah didoakan melalui KKR HMMO, esok malamnya saya ajak mama berdoa, sudah terasa baikan dan tidak mau memakai alat bantu pernapasan lagi. Jadi tabung oksigen itu masih penuh. Dan kalau ditanya kenapa tidak dipakai? Jawabnya tidak enak, malah tidak bisa tidur karena kepala seperti ditekan; ada yang mengganjal di kepala.
Keajaiban satu persatu mulai terjadi, mama mulai mau makan meskipun cuma sedikit dan lambat laun tubuhnya semakin kuat. Yang semula hanya tiduran sepanjang hari karena demam dan sesak napas, akhirnya bisa beraktivitas kembali sedikit demi sedikit.
Dalam waktu singkat, terjadi kesembuhan dan pemulihan dari COVID-19. Dengan kondisi seperti yang dialami oleh mama, secara logika itu tidak mungkin. Usia mereka sudah tua dan komorbid, dokter saja sudah menyerah hanya menyarankan: "rawat baik-baik." Tetapi itulah mujizat, apa yang tidak mungkin bagi manusia, itu sangat mungkin bagi Tuhan dan tiada yang mustahil bagi Dia.
Melalui sakit yang dialami oleh papa, mama, ada beberapa mujizat yang dilakukan oleh TUHAN. Pertama, Tuhan menyembuhkan papa dan mama dalam waktu singkat di mana secara kedokteran itu adalah sesuatu yang mustahil, mengingat kondisi dan usia mereka. Tetapi bagi Tuhan tidak ada yang tidak mungkin.
Kedua, papa dan mama mau diajak berdoa. Sampai sekarang pun mereka selalu mengajak doa bersama. Haleluya!
Saya percaya, 2-3 orang berkumpul, sehati dan sepakat dan berdoa, maka sangatlah besar kuasanya. Tuhan sanggup membuat mujizat apapun itu yang menjadi doa dan kerinduan hati kita. Mujizat-Nya selalu ada, kuasa-Nya tidak pernah berubah. Perbuatan-Nya besar, tidak dibatasi dan tidak akan lekang oleh waktu.
Paradigma Baru di Dalam 7 Gunung
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
ParadigmaBarudiDalam7Gunung.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala