Kesaksian
"TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya."
Mazmur 28:7
Nama saya Elwin Siahaan, saya berdomisili dan beribadah di GBI Gihon Rayon 12, Pekanbaru. Saya ingin menyaksikan bagaimana Tuhan Yesus menolong saya dari penyakit COVID-19 dan saya bisa mengalami kesembuhan dan menang atas penyakit ini. Saya menderita COVID-19 selama 24 hari dari tanggal 25...
"TUHAN adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur kepada-Nya."
Mazmur 28:7
Nama saya Elwin Siahaan, saya berdomisili dan beribadah di GBI Gihon Rayon 12, Pekanbaru. Saya ingin menyaksikan bagaimana Tuhan Yesus menolong saya dari penyakit COVID-19 dan saya bisa mengalami kesembuhan dan menang atas penyakit ini. Saya menderita COVID-19 selama 24 hari dari tanggal 25 Oktober–14 November 2020.
Karena banyaknya teman-teman di lingkungan kerja yang terpapar COVID-19, bahkan ada yang sampai meninggal dunia, maka saya berinisiatif untuk melakukan tes Swab. Sehingga pada tgl 24 Oktober 2020, saya pun menjalani tes Swab yang pertama kalinya, yang hasilnya baru akan diketahui esok harinya.
Betapa mengejutkan setelah mengetahui bahwa saya dinyatakan positif COVID-19. Antara kaget, panik, marah, perasaan-perasaan itu berkecamuk di dalam hati. Saya tidak percaya dengan hasil tes ini, dalam hati saya marah. Kan saya anak Tuhan, mengapa bisa kena COVID-19?
Saya pun mengambil keputusan untuk isolasi mandiri di rumah. Namun keputusan ini keputusan yang salah, karena anak saya yang bungsu dalam beberapa hari kemudian mulai demam dan menggigil. Melihat kondisi anak saya yang demam, maka pada tanggal 26 Oktober 2020, saya bawa seluruh keluarga saya, istri dan kedua anak saya untuk tes Swab. Ternyata anak saya yang bungsu hasilnya positif dan ini membuat saya semakin marah, marah karena saya bertahan untuk memilih isolasi mandiri di rumah dan bukan langsung ke rumah sakit. Keadaan seperti itu membuat saya semakin drop, imun saya turun drastic yang menyebabkan kondisi saya lemah.
Badan saya mengigil, saya juga muntah-muntah, indera penciuman saya pun hilang, saya tidak dapat merasakan apa-apa dan kepala saya pusing. Tanggal 28 Oktober 2020, saya dilarikan ke rumah sakit dalam keadaan setengah sadar. Saya dibawa dengan kursi roda ke IGD, ditempatkan di ruang isolasi. Menjelang malam saya dipindahkan ke dalam satu ruangan yang terdiri dari 4 orang pasien. Lalu dilakukan observasi.
Hasil rontgen paru menunjukkan bahwa paru-paru saya sudah dipenuhi bintik-bintik putih seperti berkabut. Gula darah saya 345, tensi saya 170, saya juga mengalami sesak napas. Sehingga saya langsung dipasangkan alat bantu pernapasan sampai beberapa hari ke depannya. Makan juga tidak bisa, karena rasa mual dan muntah. Lalu saya diinfus.
Dalam keadaan setengah sadar saya pun berhalusinasi. Saya mencium sesuatu yang susah untuk dijelaskan dan tak lama setelah itu saya melihat di dalam ruangan rumah sakit itu, banyak sekali mahluk-mahluk halus. Ada yang lewat sambil mendorong kursi roda, ada sekelompok mahluk dengan pakaian jas, sambil melirik dan mengejek-ngejek saya. Saya takut sekali, saya menutup mata. Namun ketika saya buka mata, ada satu mahluk yang berada tepat di depan mata saya dan membuat saya panik.
Dengan kondisi saya yang semakin drop, semakin lemah tak berdaya, lalu saya berbahasa roh, tapi saya tetap dalam ketakutan. Mahluk itu tidak pergi juga. Lalu saya mencoba mengingat-ngingat Firman Tuhan. Dan saya mencoba juga untuk tidur, namun tidak bisa. Kaki saya ditarik oleh mahluk itu, lalu saya dicampakkan ke udara, keluar dari ruangan RS. Di udara saya sudah ditempatkan di dalam kereta terbang, yang kemudian dilempar, diangkat, dan mereka berteriak histeris. Mereka menari-nari, dan itu membuat saya semakin pusing.
Lalu saya mengingat-ngingat Firman Tuhan. Dan dengan keberanian saya menjerit: “Yesus tolong saya” dan seketika itu juga saya sudah kembali berada di atas tempat tidur. Puji Tuhan, Nama Yesus adalah Nama di atas segala nama. Setan-setan pun tahu, mereka takut akan nama Yesus.
Selama diisolasi, beberapa teman ada yang memberikan kabar bahwa ada teman yang sudah meninggal karena COVID-19 dan masih muda. Saya rasa tidak perlu memberikan kabar seperti itu, karena hanya akan menimbulkan kekhawatiran, takut dan panik serta mempengaruhi pikiran saya yang memang sedang dalam keadaan lemah.
Berita-berita yang melemahkan membuat saya menjadi panik dan tidak nyaman, sehingga pada suatu hari secara tidak sadar saya mencabut infus. Akibatnya darah menyemprot kemana-mana dan dalam keadaan setengah sadar, dengan tangan yang bercucuran darah, saya berjalan ke kamar mandi. Teman sekamar langsung memberitahu suster dan saya langsung ditangani. Suster itu mengatakan: "Bapak harus tenang, harus tidur, jangan panik". Saya sudah diingatkan kalau panik dapat mengakibatkan happy hopoxia, yaitu kondisi di mana kadar oksigen dalam darah sangat rendah, membuat dada sesak dapat mengakibatkan pasien meninggal.
Karena rasa sesak napas, selama 4 hari, sehari 4 kali selama 45 menit saya di Nebu/pengasapan. Di mana seluruh tubuh saya dibungkus plastik, untuk mengobati paru-paru saya.
Dalam kondisi lemah saya juga didatangi oleh saudara saya yang sudah meninggal karena COVID-19, dia seorang ibu yang datang dengan berkebaya dan bersanggul, parasnya cantik. Mengajak saya keluar dari RS untuk jalan-jalan. Tetapi saya diingatkan, bahwa saya tidak boleh mengikuti ajakannya, karena dia adalah roh. Oleh sebab itu saya katakan "tidak!", karena tidak mau pergi dan hanya terus menatap saya, saya katakan, “Demi nama Tuhan Yesus!" maka dia lenyap.
Karena kejadian ini maka salah satu pendoa, meminta saya untuk mengolesi dengan minyak seperti yang tertulis dalam Yakobus 5:14,
“Kalau ada seorang diantara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan.”
Setelah mengurapi saya pun merasa nyaman dan mulai berdoa supaya bisa tidur. Karena saya perlu istirahat dan Tuhan juga mengingatkan supaya saya tenang dan dapat mengucap syukur. Oleh karena itu saya membuka Youtube lagu-lagu Pak Niko, saya ikut bernyanyi memuji dan sujud menyembah Tuhan. Saat itulah saya merasakan damai, sukacita, saya bergembira, dan itulah yang membuat saya menjadi kuat.
Melewati beberapa hari isolasi di Rumah Sakit, ada banyak dukungan doa yang mengalir. Saya bersyukur mempunyai gembala yang baik, yaitu Pak Gede, yang selalu memberikan dukungan melalui perhatian dan doa. Selain itu ada banyak teman-teman sepelayanan yang menelepon, berdoa dan juga memberikan semangat, menguatkan. Terlebih dari keluarga istri dan anak-anak saya. Hati saya pun selalu bersyukur kepada Tuhan, terus menyembah Tuhan, mengambil waktu bersekutu dengan Tuhan, maka kekuatan itu timbul yang menyebabkan imun saya mulai naik.
Akhirnya pada tanggal 14 November 2020 saya menjalani Swab yang ke-2. Saya berdoa dalam nama Tuhan Yesus hasil Swab ini negatif, namun ternyata masih positif. Begitu pula dengan Swab ke-3, hasilnya juga tetap positif.
Di Swab ke-4 pola pikir saya sudah berubah. Saya katakan, bahwa waktu Tuhan adalah yang terbaik. Pada waktu itu Pak Gede video call, saya katakan bahwa hari ini hasil Swab ke-4 saya keluar. Tiba-tiba masuklah dokter yang hendak membacakan hasilnya. Saya pun minta waktu sebentar untuk berdoa dengan gembala saya Pak Gede, bahwa hasil Swab ini dalam nama Tuhan Yesus negatif. Setelah itu saya siap mendengarkan hasil Swab ke-4 saya, dan ternyata hasilnya adalah negatif. Mendengar berita ini saya pun berteriak Puji Tuhan!
Setelah 24 hari diisolasi dan berjuang untuk sembuh, akhirnya saya dinyatakan sembuh dari COVID-19. Sore harinya saya pun langsung diperbolehkan pulang, meskipun masih harus isolasi mandiri di rumah selama 7 hari dengan berbekal obat dari dokter.
Saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus, karena dalam keadaan apa pun Tuhan selalu campur tangan. Tidak pernah saya dan keluarga ditinggalkan-Nya, semua dalam kontrol Tuhan, saya sudah disembuhkan dari COVID-19. Tuhan memberikan kesempatan untuk saya boleh tetap melayani Tuhan, setia dan melibatkan Tuhan dalam segala hal dalam kehidupan saya. Terpujilah nama Tuhan.
KETULUSAN DALAM MENERIMA KEPUTUSAN BAPA
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
KetulusanDalamMenerimaKeputusanBapa.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala