Renungan Khusus
Dalam banyak kesempatan, anak-anak Tuhan suka makan daging yang lezat di tempat makan yang pemiliknya bukan anak Tuhan. Kalau pemiliknya bukan anak Tuhan, sangat mungkin daging yang lezat tersebut dilibatkan dalam ritual kepercayaan dari si pemilik rumah makan. Apakah anak Tuhan berdosa memakan daging yang lezat tersebut? Sebagian akan berkata, Dalam banyak kesempatan, anak-anak Tuhan suka makan daging yang lezat di tempat makan yang pemiliknya bukan anak Tuhan. Kalau pemiliknya bukan anak Tuhan, sangat mungkin daging yang lezat tersebut dilibatkan dalam ritual kepercayaan dari si pemilik rumah makan. Apakah anak Tuhan berdosa memakan daging yang lezat tersebut? Sebagian akan berkata, Apa yang Dimaksud dengan ‘Hati Nurani’? “Siapa yang makan, janganlah menghina orang yang tidak makan, dan siapa yang tidak makan, janganlah menghakimi orang yang makan, sebab Allah telah menerima orang itu.” Makan atau tidak makan daging bukanlah masalah dosa atau tidak, karena: “Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus.” Tentang perbedaan hari nurani ini, John MacArthur menjelaskan: “Tetapi barangsiapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum, karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak berdasarkan iman, adalah dosa.” Dari ayat ini kita simpulkan bahwa tindakan yang dilakukan bukanlah dosa; itu menjadi dosa ketika dilakukan melawan hati nuraninya. “Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka.” Harap diperhatikan bahwa ‘ketaatan’ kepada hati nurani ada batasannya. Hati nurani dapat menjadi tidak sensitif akan hal yang buruk (1 Timotius 4:2) dan menjadi jahat (Ibrani 10:22). Karena itu, ketika Allah menunjukkan lewat Firman-Nya bahwa hati nurani seseorang memberikan penilaian moral yang salah, maka hati nuraninya harus tunduk kepada Allah dan kemudian mengkalibrasi ulang hati nuraninya sehingga lebih seturut dengan Firman-Nya. “Bangunlah, hai Petrus, sembelihlah dan makanlah!”; Lewat perintah Tuhan ini, hati nurani Petrus dikalibrasi ulang sehingga lebih sesuai dengan kehendak Allah. Inilah salah satu bentuk paradigma yang baru, yaitu ketika TUHAN memberikan pola yang baru dan kita diberikan cara melihat yang baru. Haleluya! “It is neither safe nor prudent to do anything against conscience.”
“Jangan makan...
Artikel
MEMAHAMI KEBERADAAN HATI NURANI
“Jangan makan, bisa saja daging tersebut dipersembahkan kepada berhala.” Tapi sebagian lagi berkata, “Tidak masalah memakannya, apa sih berhala itu, bukankah ada Tuhan yang berdaulat di atas berhala?” Inilah kira-kira situasi yang terjadi dengan umat Tuhan di kota Korintus dua ribu tahun yang lalu dalam 1 Korintus 8.
Situasi seperti ini dapat saja terjadi dalam berbagai bentuk di masa kini. Aktivitas 'makan daging lezat' dapat saja mengambil bentuk lain, seperti ‘berada di gedung bioskop’ dan yang lainnya. Perbedaan sikap yang terjadi dalam kasus seperti ini sering menjadi perdebatan dalam gereja; atau daripada berdebat, lebih baik dianggap tidak ada, ‘tahu sama tahu’. Apa yang sesungguhnya terjadi dalam kasus ini? Inilah perbedaan hati nurani yang dimiliki oleh setiap orang percaya!
Mengapa kita perlu memahami keberadaan hati nurani? Di era penuaiaan yang terbesar dan yang terakhir ini gereja sangat membutuhkan kesatuan di tengah keberagaman. Pemahaman akan keberadaan hati nurani dan kesadaran akan adanya perbedaan hati nurani akan lebih memperkuat kesatuan gereja. Secara pribadi, pemahaman akan fungsi hati nurani juga akan memampukan seseorang menjadi orang yang berintegritas, yaitu orang yang melakukan apa yang dia yakini benar. Karena itu, mari kita mulai menyelidiki ‘hati nurani’ dalam terang Firman.
Andy Naselli, seorang ahli Perjanjian Baru, mendefinisikannya sebagai “kesadaran akan apa yang Anda percaya sebagai benar atau salah.” Kata ‘hati nurani’ dalam bahasa Yunani, yaitu ‘suneidesis’, memiliki arti harfiah ‘persepsi bersama’ (co-perception). Ini adalah persepsi seseorang bersama dengan dirinya sendiri.
Kata ‘suneidesis’ dalam berbagai bentuk muncul sebanyak 30x dalam Perjanjian Baru.1 Ini berarti, Alkitab banyak berbicara mengenai hati nurani. Sebagian orang mungkin tidak menyadarinya, tapi kita ingin menjadi orang-orang yang menyadari keberadaan hati nurani ini sesuai yang Alkitab katakan.
Karena hati nurani adalah sebuah kesadaran (awareness) maka hati nurani akan mengimbau kita untuk melakukan apa yang kita percayai benar dan menahan kita dari perbuatan yang kita percayai salah.
Hati nurani berbeda dengan suara Tuhan atau hukum Tuhan. Ini adalah kemampuan alami manusia yang menilai dan menghakimi tindakan dan pikiran sesuai dengan standar tertinggi yang diketahuinya.2 Sebagai orang percaya, tentunya standar tertinggi kita dalam hal moral adalah Alkitab.
Martin Luther pernah berkata, “Hati nuraniku ditawan oleh Firman Allah.”
Karena itu, mari kita menyelidiki apa yang Alkitab katakan tentang hati nurani.
PRINSIP HATI NURANI
Ada orang yang hati nuraninya lemah, yaitu orang yang melihat daging yang lezat itu sebagai persembahan berhala sehingga tidak memakannya (1 Korintus 8:7). Dalam istilah lain dikatakan, “orang yang lemah imannya hanya makan sayur-sayuran saja.” (Roma 14:2). Namun, di ayat yang sama, ada orang yang ‘kuat’ imannya yaitu mereka yang yakin bahwa ia boleh makan segala jenis makanan.
Perbedaan antara ‘lemah’ dan ‘kuat’ tidaklah menunjukkan perbedaan kualitas kerohanian seseorang; ini adalah perbedaan hati nurani. Yang terpenting adalah sikap antar seorang terhadap yang lain, yaitu:
Roma 14:3
Roma 14:17
“… Hati nurani yang lemah biasanya sangat sensitif dan aktif berlebihan akan hal-hal yang bukan dosa. Ironisnya, hati nurani yang lemah lebih mungkin menuduh daripada hati nurani yang kuat. Alkitab menyebutnya sebagai hati nurani yang lemah karena terlalu mudah terluka. Orang dengan hati nurani yang lemah cenderung kuatir akan hal-hal yang seharusnya tidak memprovokasi rasa bersalah bagi Kristen dewasa yang mengetahui kebenaran Allah.”3
Alkitab mengajarkan dalam Roma 14 dan 1 Korintus 8 bahwa melawan hati nurani, ketika kita tahu ia sedang memberikan peringatan yang tepat, adalah perbuatan dosa. Alkitab katakan:
Roma 14:23
Paulus memperingatkan Timotius akan bahaya yang menimpa orang yang menolak kesaksian hati nuraninya. Ia meminta Timotius untuk “memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni.” Selanjutnya dikatakan,
1 Timotius 1:18-19
Inilah yang terjadi dengan Petrus dalam Kisah Para Rasul 10:9-16. Hati nurani Petrus melarangnya untuk menyantap makanan yang haram dan juga melarangnya untuk menerima orang yang tidak bersunat (gentiles) ke rumahnya. Bila Petrus melawan hati nuraninya untuk menerima orang bersunat ke rumahnya, sesungguhnya ia sudah berdosa. Akan tetapi, lewat sebuah penglihatan Allah berfirman,
“Apa yang dinyatakan halal oleh Allah, tidak boleh engkau nyatakan haram.”
Kisah Para Rasul 10:13,15
Tahun Paradigma yang Baru ini adalah momen yang sangat tepat untuk kita menghidupi prinsip-prinsip Firman Tuhan tentang hati nurani. Kita dapat mempraktikkan hal-hal sebagai berikut:
Bacalah buku-buku yang menjelaskan prinsip Alkitab tentang hati nurani dan etika Kristen. Bukan kebetulan kalau ada beberapa buku penting tentang hati nurani yang terbit beberapa tahun terakhir ini. Semuanya seolah-olah hendak mempersiapkan kita untuk memasuki Tahun Paradigma yang Baru. (HT)
“Tidaklah aman atau bijaksana melakukan sesuatu melawan hati nurani”
Martin Luther
Kesaksian
“Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab,
Aku akan menyertai dia dalam kesesakan,
Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.
Dengan panjang umur akan kukenyangkan dia,
dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku.”
Mazmur 91:15-16
Perkenalkan nama saya Erick Fernandez Purba, istri saya Rianiati Siahaan dan kami sudah dikaruniai seorang putra, Daniel yang saat ini berusia 1,5 tahun. Pada kesempatan i...
“Bila ia berseru kepada-Ku, Aku akan menjawab,
Aku akan menyertai dia dalam kesesakan,
Aku akan meluputkannya dan memuliakannya.
Dengan panjang umur akan kukenyangkan dia,
dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan dari pada-Ku.”
Mazmur 91:15-16
Perkenalkan nama saya Erick Fernandez Purba, istri saya Rianiati Siahaan dan kami sudah dikaruniai seorang putra, Daniel yang saat ini berusia 1,5 tahun. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi pengalaman hidup di mana Tuhan menolong kami, saat saya sekeluarga terpapar COVID-19.
Awalnya istri saya berpikir itu akibat respon dari vaksin yang diterimanya, pasti esok hari sudah pulih. Namun bukannya membaik tetapi mulai timbul satu persatu semua gejala COVID-19. Demam, pusing, pegal-pegal serta tubuh terasa lemas, dan yang paling tidak enak ditenggorokan sampai napas saja terasa sakit. Setelah 4 hari tidak kunjung membaik ditambah lagi mulai hilangnya indra penciuman, timbul dugaan bahwa ini bukan respon dari vaksin. Akhirnya istri saya menjalani isolasi mandiri selama 14 hari.
Pada saat yang bersamaan, anak kami Daniel sempat mengalami panas tinggi. Setelah dibawa ke dokter meskipun ada kendala, namun Tuhan menyertai sehingga keadaannya semakin membaik.
Tanggal 30 Juni 2021, saat pulang dari kantor saya merasakan badan saya meriang, saya minumkan paracetamol dan vitamin C, lalu tidur, dengan harapan esok pagi sudah membaik. Waktu itu keadaan istri saya sudah jauh lebih baik.
Tepat jam 2 subuh saya terbangun dalam keadaan demam, badan saya panas sekali. Berbekal sedikit pengetahuan dari teman yang bekerja di kesehatan, jika tubuh kita bisa menerima 1000 mg saya minumkan lagi paracetamol. Di tengah kekalutan, saat itu saya hanya mengandalkan pengetahuan dan tidak ingat Tuhan.
Esok paginya kondisi saya belum membaik, hanya saja demam saya sudah turun, namun sekujur tubuh saya ngilu, tenggorokan terasa tidak enak dan kepala pusing. Setelah berembuk dengan istri, kami memutuskan untuk tes PCR di Puskesmas. Hasilnya baru dapat diketahui 5 hari kemudian dan selama menunggu hasil saya pun tidak masuk kerja.
Saya merasakan perut seperti ada gas yang naik mengakibatkan cegukan dengan durasi tempo yang cepat, membuat napas saya jadi memburu. Saya coba minumkan paracetamol dan vitamin C lagi, juga beberapa obat yang dikirimkan oleh kakak ipar saya. Bukannya membuat kondisi saya membaik, saya menjadi mual dan tidak bisa menerima asupan makanan.
Keadaan ini menyebabkan saya cekcok dengan isttri saya. Istri saya menginginkan saya makan dengan teratur supaya mempunyai tenaga untuk melawan virus, namun saat itu kondisi badan saya sudah sangat-sangat tidak enak. Dalam kondisi cegukan terus menerus, istri saya memaksa saya untuk makan, karena ia tidak merasakan apa yang saya rasakan. Puji Tuhan akhirnya istri saya memahami keadaan yang saya alami. Akhirnya kita sama-sama berdoa, "Tuhan Yesus tolong, biarlah cobaan ini segera Tuhan lalukan."
Malam harinya saya masih sulit untuk makan, saya kembali cekcok dengan istri. Karena ia sudah menyiapkan makanan tetapi tidak saya makan, disodorkan lagi buah, juice. Namun setiap apa yang saya makan, langsung keluar. Mualnya itu dahsyat sekali, ketika perut dalam keadaan kosong saya muntah air. Obat-obat yang saya konsumsi tidak membuat saya semakin membaik.
Akhirnya kami mengambil PCR yang hasilnya keluar dalam waktu cepat supaya ada tindakan selanjutnya dan hasilnya kami positif COVID-19. Hal ini membuat mental saya semakin drop. Kami pun langsung memakai masker, menjaga jarak dan untuk sementara waktu kami pisah kamar. Ketika mendapatkan hasil itu CT istri saya sudah di atas 30 dan saya masih 17, artinya istri saya sudah dalam tahap pemulihan sedangkan saya masih dalam tahap virus aktif.
Malam itu kondisi saya semakin parah, kepala saya terasa berat, cegukan sudah hilang namun napas saya semakin memburu, sesak sekali. Kepala saya sakit. Saya tidak bisa tidur, hidung saya terasa membeku, ketika saya menarik napas hanya sedikit saja udara yang masuk. Saya mulai mengalami kesulitan bernapas dan merasa sesak, sehingga saya mengalihkan pernapasan melalui mulut.
Kira-kira jam 21.30 saya hanya bisa bernapas dari mulut itupun sedikit-sedikit. Wajah saya sudah pucat sedikit membiru, begitu pula dengan kuku. Mulai timbul rasa takut. Jam 23.00 saya putuskan untuk membangunkan istri saya, dan berkata kepadanya: "Tolong aku."
Lalu istri menghubungi saudara dan tetangga yang bermurah hati, yang mempunyai latar belakang sebagai perawat. Dengan kondisi memakai jas hujan, masker, helm, sarung tangan, tanpa ada cela sedikit pun mereka masuk ke rumah. Memberikan instruksi kepada saya, bagaimana cara mengambil napas di kala sesak.
Akhirnya diputuskannyalah membawa saya ke rumah sakit di daerah Kali Deres. Puji Tuhan, saat memesan taxi online walaupun melihat kondisi kami, sopir tidak menolak. Mungkin karena area sopir yang sudah memakai pengaman sejenis akrilik.
Tiba di RS saya ditolak masuk dengan alasan rumah sakit penuh. Teman saya sudah mendesak dan memohon karena keadaan saya sudah sesak sekali. Di samping itu taxi online yang saya tumpangi sudah close order dan sudah mendapatkan pesanan penumpang baru.
Sungguh saat itu saya bingung sekali harus bagaimana? Kondisi saya sudah sesak, saya mendengar bahwa saya ditolak di RS, lalu saya juga ditolak oleh taxi online. Di situ saya benar-benar sedih, marah, kecewa semua jadi satu.
Akhirnya tim medis membantu memapah saya turun dari mobil, saya hanya didudukan di kursi yang tidak ada sandarannya, dengan posisi duduk di depan pintu IGD. Sambil menyandarkan kepala ke dinding, di situlah titik terendah saya rasakan. Mengapa bisa seperti ini? Jiwa saya meronta. Saya melayani Tuhan, saya berikan yang terbaik buat Tuhan, tetapi keadaan saya bisa seperti ini, dan tidak ada yang peduli. Saya sulit sekali bernapas, saya berseru: "Tuhan tolong, Tuhan." Apakah hidup saya akan berakhir seperti ini? Sementara napas saya sudah semakin berat.
Perawat di sana mengukur saturasi oksigen saya yang ternyata sudah rendah sekali, dan persediaan oksigen di RS malam itu kosong. Setelah itu mereka kembali masuk ke dalam, meninggalkan saya di depan pintu IGD. Pada saat itulah teman saya menghubungi tim di gereja untuk membawakan saya tabung oksigen.
Perasaan saya saat itu antara mau marah, takut, kecewa, kesal, saya merasakan sakit sekali. Sampai akhirnya saya diam, saya hanya dapat berseru: “Tolong aku, Tuhan. Hanya pertolongan-Mu yang saya butuhkan.” Sampai akhirnya datanglah teman dari gereja membawakan 2 tabung oksigen. Di situ saya melihat ada harapan.
Permasalahan lain timbul. Tidak ada yang mengerti bagaimana caranya memasang oksigen baru, bahkan saat teman saya memanggil salah seorang perawat yang bertugas jaga malam itu. Saya harus menunggu sampai esok hari.
Saat itulah saya belajar mengandalkan Tuhan, saya terus berdoa, memuji Tuhan dengan sekuat tenaga yang saya miliki. Saya bermazmur, bernyanyi: “Walau seribu rebah di sisiku …” Tenaga saya sudah semakin lemah, namun saya tetap berusaha untuk tersadar, tidak tertidur. Melihat saya hampir pingsan, maka teman saya langsung menepuk-nepuk tangan dan pipi saya agar tetap terjaga.
Tiba-tiba pintu IGD terbuka. Keluarlah seorang anak muda menenteng oksigen sambil menelepon, menangkap dari pembicaraannya dia sedang menjelaskan bahwa sudah mencari oksigen baru untuk ayahnya, yang sedang dirawat. Ada gerakan yang kuat dari dalam hati saya untuk minta tolong kepada anak muda tersebut. Saya mengumpulkan kekuatan: “Bang…. bang … bisa pasang oksigen baru? Saya sesak bang.” Lalu ia melihat saya sambil melihat oksigen yang ada dan puji Tuhan, ternyata anak muda tersebut pernah memasang dan langsung membantu.
Ada sukacita dan pengharapan. Sambil melihat mereka bongkar sana, sini dan akhirnya selang itu dipasangkan ke hidung saya. Di saat saya hampir hilang kesadaran karena sulit bernapas, saya mendengar bunyi oksigen yang keluar masuk melalui hidung, saya mulai menghirup perlahan dan Puji Tuhan sedikit-sedikit mulai ada tenaga.
Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada anak muda itu. Saya tidak tahu agamanya apa, tetapi saya percaya Tuhan dapat memakai siapa saja untuk menolong saya. Mulut saya sudah tidak tahan lagi untuk memuji Tuhan, dalam kelemahan saya terus bernyanyi memuji Tuhan. Pertolongan Tuhan itu ajaib, rasa syukur yang terus saya naikan, kasih Tuhan begitu melingkupi saya saat itu.
Jam 1 pagi, adik saya datang menawarkan diri untuk menjaga saya. Ia langsung mengurus perawatan saya di RS untuk mendapatkan kamar memakai asuransi, meskipun kita tidak tahu sampai kapan. Tepat jam 2 pagi saya dipindahkan ke kursi roda. Saya terus bersyukur, Tuhan yang ambil kendali, karena setiap nyanyian itu memberikan saya kekuatan. Saya fokus dengan Tuhan. Setelah 2 jam menunggu akhirnya saya masuk ke IGD, hanya di ruang IGD.
Hasil pemeriksaan dari rontgen paru-paru adalah paru-paru saya sudah putih; penuh dengan virus, terjadi pengentalan darah, asam lambung naik, saturasi rendah sehingga harus dibantu dengan oksigen, serta gejala COVID -19 lainnya. Saya diinfus, diberikan antibiotik dan baru esok malamnya saya mendapatkan kamar. Tuhan Yesus dahsyat.
Satu hari saya di kamar ICU, karena kamar ICU penuh jadi posisi saya hanya duduk di kursi roda. Saya melihat banyak sekali yang meninggal, bayangan bahkan aura kematian kuat sekali. Saya hanya bisa berdoa serta terus memuji-muji Tuhan sekuat yang saya bisa. Sungguh perjuangan iman yang luar biasa.
Setelah satu hari di kamar ICU, saya pun dipindahkan ke kamar biasa dan puji Tuhan, sudah mendapatkan kamar dengan tempat tidur, saya bisa rebahan setelah 2 hari posisi saya hanya duduk di kursi roda.
Dalam kelemahan saya dikuatkan oleh dukungan doa dari keluarga, teman-teman pelayan yang terus memberikan support; baik lewat chat WA atau pun video call. Di sinilah saya melihat pertolongan Tuhan atas hidup saya sangat nyata adanya. Karena saat saya sendirian dalam kelemahan, ada doa-doa yang dinaikkan yang membuat roh saya bangkit, saya dikuatkan melalui doa dan kata-kata yang menyemangati saya untuk sembuh.
Kurang lebih 2 minggu di ruang isolasi saya dinyatakan bisa pulang dengan hasil rontgen yang menyatakan paru-paru saya sudah bersih dari virus, bahkan saya bisa merayakan ulang tahun pertama anak kami bersama-sama di rumah. Haleluya, Terpujilah Tuhan Yesus.
Hidup di Dalam Paradigma yang Baru
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
HidupdiDalamParadigmayangBaru.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala