Kesaksian
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Matius 11:28
Perkenalkan nama saya Purwono, istri saya Nina dan kami mempunyai 3 orang putra. Saya tinggal di Pekanbaru dan melayani di Departemen COOL Gereja BICC, Rayon 11 Pekanbaru. Demikian pula istri dan ketiga anak saya aktif melayani di gereja di mana kami bertumbuh dan tertanam. Saya ingin berbagi cerita, menyaksikan betapa Tuhan...
"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”
Matius 11:28
Perkenalkan nama saya Purwono, istri saya Nina dan kami mempunyai 3 orang putra. Saya tinggal di Pekanbaru dan melayani di Departemen COOL Gereja BICC, Rayon 11 Pekanbaru. Demikian pula istri dan ketiga anak saya aktif melayani di gereja di mana kami bertumbuh dan tertanam. Saya ingin berbagi cerita, menyaksikan betapa Tuhan Yesus sungguh ajaib di dalam hidup saya dan keluarga.
Kisah ini bermula ketika saya berwisata bersama keluarga, pada tanggal 3 Juni 2019. Kami mengunjungi waterboom yang dekat dengan rumah, berangkat jam 9 pagi, jadi pengunjung masih sepi. Perjalanan sekitar 15 menit dari rumah ke lokasi. Saya bersama kedua anak saya berkeliling arena waterboom, sedangkan anak sulung saya tidak ikut serta, karena sedang berusaha mencari perguruan tinggi ke Jakarta. Lalu kami menuju ke salah satu gazebo di tepi kolam renang tipe olympic untuk meletakkan barang-barang bawaan kami.
Setelah berganti pakaian renang, saya dan anak-anak langsung menceburkan diri. Kami penuh dengan tawa dan canda. Sedangkan Istri saya tetap di gazebo untuk berkoordinasi dengan panitia, karena kebetulan saat itu ada kegiatan 10 hari pencurahan Roh Kudus di gereja.
Setelah sesaat tertawa-tawa di kolam renang, saya naik ke tepi kolam untuk terjun lagi. Seperti terjun ke kolam yang pertama, tampaknya semuanya baik-baik saja. Namun saat saya masuk ke air, ada terdengar bunyi “tek”, dan dari situlah awal mula semua kejadian. Ternyata itu bunyi dari leher saya, karena kepala saya terantuk dasar kolam setelah saya terjun dari pinggir kolam.
Saat itu saya masih bisa melihat dan mendengar anak saya yang berenang dengan jarak tak lebih dari 1 meter. Akan tetapi saya tidak dapat bergerak sama sekali, saya hanya merasakan saya melayang di tengah kedalaman kolam. Saya ingin menjejakkan kaki ke dasar untuk mencapai permukaan air tetapi tidak bisa sama sekali. Saya ingin menjulurkan tangan saya untuk meraih anak saya, namun tidak bisa. Saya ingin berteriak pun tidak bisa.
Saya berpikir apalagi yang bisa saya lakukan, tak ada lagi, semua kemampuan motorik saya hilang, bahkan untuk membuat gelembung udara dari mulut saya pun tidak bisa. Hingga akhirnya saya kehabisan napas. Saat itu yang bisa saya pikirkan adalah: “Ya Tuhan Yesus, terserah pada-Mu saja.” Setelah itu, saya tidak ingat lagi kejadian selanjutnya.
Cerita selanjutnya ini adalah sesuai penuturan istri saya yang menunggu di gazebo di pinggir kolam. Istri saya bertanya ke anak saya, “Kemana bapak?” Anak saya menjawab: “Bapak ada, menyelam.” Lalu Istri saya melanjutkan kegiatannya, selang beberapa lama kemudian istri saya bertanya hal yang sama dan dijawab dengan sama pula. Hingga tiga kali bertanya, istri saya mulai curiga dan menghampiri tempat anak saya berdiri, dan di situlah saya berada, tapi masih di dalam air.
Karena istri saya berpikir tak mungkin selama itu saya berada di bawah air, maka istri saya memanggil anak saya yang lain untuk membantu adiknya mengangkat saya dari dalam air. Setelah dibantu oleh beberapa orang pegawai waterboom, akhirnya saya berhasil dibawa ke pinggir kolam dalam keadaan tidak sadarkan diri. Istri saya bercerita bahwa saat itu mata saya sudah terbalik, lidah menjulur, kulit saya sudah putih semua, dan tidak ada helaan napas saya.
Saat itu, seketika itu juga Istri saya teringat oleh Firman Tuhan yang dibawakan oleh pengkotbah di malam perayaan pencurahan Roh Kudus:
"Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga.
Apa yang kau ikat di dunia ini akan terikat di sorga
dan apa yang kau lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.”
Matius 16:19
Seketika itu juga istri saya memperkatakan: “Mas, engkau hidup, engkau kuat, engkau kuat dalam nama Yesus!”
Dalam keadaan panik seperti ini, istri saya menelpon kebeberapa orang. Yang pertama Bapak Gembala, yang langsung meminta pada pendoa di Menara Doa untuk mendoakan saya, demikian pula saudara rohani kami di COOL. Saat itu juga Istri saya melakukan apa saja yang bisa dilakukannya termasuk CPR.
Lalu memerintahkan 2 anak saya dan semua pegawai waterboom yang sudah berkumpul untuk menyembah Tuhan Yesus Kristus, tak peduli apa agama mereka. Tindakan CPR ini dilakukan beberapa kali secara bergantian dibantu pegawai dengan arahan istri saya. Setelah beberapa saat, saya pun tersadar dan memuntahkan air tetapi saya belum pulih benar, saya belum bisa bergerak.
Seketika itu juga saya dilarikan ke rumah sakit untuk memperoleh perawatan lebih lanjut. Di dalam kendaraan dengan kondisi kesadaran yang belum sepenuhnya pulih, saya hanya mendengar suara anak dan istri saya yang terus memuji menyembah Tuhan. Ada kekuatan yang membuat saya turut ikut menyembah Tuhan, walau tubuh saya belum bisa bergerak dan seluruh badan saya terasa sakit. Dalam kondisi masih berbaring, saya meminta untuk tangan saya diangkat karena saya ingin menyembah Tuhan. Saya paksakan mulut ini untuk menyembah Tuhan, sepanjang jalan saya menyembah Tuhan walau sesekali saya memuntahkan sesuatu.
Sampai di rumah sakit, saya langsung diperiksa. Namun ternyata rumah sakit ini tak dapat menangani saya, sehingga walau kesakitan saya kembali diangkat dan dimasukkan kembali ke dalam mobil. Kami menuju rumah sakit lainnya, sambil terus memuji menyembah Tuhan Yesus.
Sesampainya di rumah sakit kedua, saya menjalani pemeriksaan CT Scan, hasilnya ada kerusakan di tulang leher, di ruas tulang ke-3. Dokter jaga UGD mengatakan kepada istri saya, bahwa harus segera dilakukan tindakan dan konsultasi ke dokter spesialis. Padahal saat itu menjelang hari raya lebaran, di mana banyak dokter yang sudah cuti.
Mendengar hal itu maka bersama saudara rohani yang telah tiba dan mendampingi sejak awal di RS, di ruangan UGD kami menaikkan lagu-lagu pujian dan penyembahan, hingga saya berpikir ada KKR di ruangan UGD. Walau hanya satu tangan saya ikut bernyanyi menyembah Tuhan.
Sungguh ajaib, akhirnya dokter spesialis datang. Bukan hanya 1 bahkan 3 dokter spesialis sekaligus, yaitu syaraf, paru-paru & torax, orthopedi. Mereka memeriksa saya secara bergantian.
Dokter syaraf meminta tangan saya untuk menggenggam tangannya sekuat-kuatnya, lalu meminta saya untuk menggerakkan dan mengangkat kaki. Dari hasil pemeriksaan ini menunjukan kondisi saya aman.
Dokter paru setelah melihat dari posisi samping badan dan mendengar saya bisa bernyanyi, dia mengatakan bahwa kondisi saya baik. Hanya dilihat dari hasil scan ada bagian putih di paru-paru akibat menghirup air.
Hasil scan dokter Orthopedi menyatakan bahwa ada cedera di ruas tulang belakang saya nomor 4 dan beresiko mengalami kelumpuhan atau kematian mendadak. Oleh karenanya saya harus segera masuk ke ruang ICU.
Akan tetapi saat itu semua ruang ICU di rumah sakit di seluruh Pekanbaru penuh, sehingga saya masih harus menunggu di ruang UGD. Walau hanya berbaring tak bisa bergerak, saya bisa melihat aktifitas di ruangan, merasakan dan mendengar semua suara yang ada di ruang UGD. Keadaan ini membuat saya hanya memikirkan kebaikan Tuhan.
Selama itu juga saya didampingi oleh saudara-saudara rohani saya di COOL. Mereka terus berdoa menaikkan pujian dan penyembahan. Akhirnya diputuskan saya bisa dirawat di kamar rawat inap biasa sambil terus diawasi oleh dokter Orthopedi.
Dikarenakan dokter tersebut adalah dokter tetap di rumah sakit lain, maka saya pun dipindahkan ke rumah sakit tersebut. Selama dirawat saya menggunakan monitor jantung, saturasi oksigen, ventilator oksigen, infus, memakai penyangga leher. Untuk makan, minum melalui selang sonde dan kateter untuk buang air kecil.
Pada hari ke-5, saya dipasangi gips untuk menyangga leher saya. Gips dipasang menutupi dada, punggung hingga kepala, menyisakan daerah wajah saya. Selama gips terpasang, saya tidak bisa mandi, hanya bisa di lap saja. Puji Tuhan, beberapa hari setelah itu saya sudah bisa pulang ke rumah.
Selama 3 minggu saya di rawat di rumah sakit. Sebelum pulang, saya dijadwalkan untuk dilakukan tindakan operasi tulang leher saya. Sambil terus dilakukan observasi atau rawat jalan setiap 1 bulan sekali kontrol pada dokter yang sama.
CT Scan dilakukan setiap kali saya kontrol berobat dan setiap kali itu juga dokter Radiologi bingung melihat kondisi saya. Karena menurut mereka dengan cedera yang saya alami, tak mungkin saya masih bisa berdiri bahkan berjalan tanpa alat bantu.
Pada bulan ke-5, saya sudah bisa keluar rumah, pergi ke gereja dan kembali bekerja ke kantor. Akhir bulan ke-5, dokter memeriksa hasil CT Scan terakhir, dan didapati hasilnya jauh lebih baik.
Melihat hasil pemeriksaan dan kondisi saya saat itu, dokter tersebut heran mengenai kemajuannya, sehingga diputuskan tidak jadi operasi dan gips segera dilepaskan dari tubuh saya 1 bulan kemudian.
Pada akhir kejadian ini, saya merasakan kasih Tuhan Yesus Kristus yang sungguh luar biasa. Bukan hanya saya disembuhkan, namun apa yang saya alami boleh menjadi satu kesaksian yang membuat dokter terheran-heran dengan kondisi saya.
Yang pada awalnya diperkirakan kondisi saya dapat mengakibatkan mengalami kelumpuhan bahkan kematian namun tak satu pun yang saya alami. Saya merasakan secara langsung di mana Tuhan memelihara keluarga saya, walau saya tidak bekerja tetapi Tuhan memelihara keluarga kami sehingga tidak berkekurangan.
Saya juga melihat, Tuhan pakai segala cara untuk memelihara kami, salah satunya melalui keluarga rohani yang dengan penuh kasih menyediakan yang kami perlu. Selama di rumah sakit, mereka menyediakan alas tidur, bantal, selimut, jaket untuk Istri saya. Demikian juga tak habis-habisnya mereka membawakan makanan juga buah, hingga kami juga bisa membagikan kepada para perawat di rumah sakit.
Tuhan pelihara anak saya dengan sempurna. Pada saat saya mengalami kecelakaan, waktunya bersamaan dengan anak sulung saya sedang mencari sekolah yang ada program kelas Internasional. Yang saya tahu, program semacam itu pasti mahal dan kami tak akan sanggup, tetapi sebagai orang tua saya tidak tega memadamkan semangatnya. Dia bahkan mau ke pulau Jawa untuk survey sekolah menggunakan bus dari Pekanbaru. Tapi pada saat dia mendengar kecelakaan yang menimpa saya, dia segera pulang dan meninggalkan cita-citanya. Lalu dia mengambil sekolah di Pekanbaru, walau di luar keinginannya.
Tetapi satu bulan setelah dia masuk kuliah saat dia pulang, dia berseru kepada Ibu nya. Dia katakan, “Ibu, aku dapat sekolah di kelas Internasional!” Ternyata tanpa sepengetahuan kami sebelumnya, di Universitas Negeri tempat anak saya sekolah ada Kelas Internasionalnya. dan biayanya sama seperti kelas reguler.
Dan yang lebih dahsyat lagi, dia juga mendapat kesempatan pertukaran pelajar di Spanyol pada tahun 2021. Dan saat ini juga sedang dalam proses untuk memperoleh beasiswa penuh untuk S2 di Taiwan. Dua anak kami yang lain juga mengalami kebangunan rohani karena melihat kuasa Tuhan secara langsung berkerja dalam keluarga kami. Mereka lebih giat lagi memuji menyembah Tuhan.
Jadi setelah kejadian ini, saya mengalami mujizat kesembuhan, mengalami pemulihan ekonomi, juga sekolah anak-anak semuanya mendapatkan apa yang diinginkan, mengalami kebangunan rohani dalam keluarga. Tuhan Yesus Kristus, adalah Bapaku yang sangat baik. DIA bekerja dengan sempurna. Amin.
Tertanam di Gereja Lokal
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
TertanamdiGerejaLokal.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala