Kesaksian
"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya,
sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."
Mazmur 23:4
Memasuki awal Maret 2020 penyebaran virus corona di Indonesia mulai dirasakan dalam berbagai aspek ekonomi yang ada. Penyebaran virus ini membawa dampak besar dalam setiap segi usaha terlebih dalam bidang kuliner atau rumah makan. Hal ini dirasakan juga oleh Ibu Fenancya, seorang anak...
"Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya,
sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku."
Mazmur 23:4
Memasuki awal Maret 2020 penyebaran virus corona di Indonesia mulai dirasakan dalam berbagai aspek ekonomi yang ada. Penyebaran virus ini membawa dampak besar dalam setiap segi usaha terlebih dalam bidang kuliner atau rumah makan. Hal ini dirasakan juga oleh Ibu Fenancya, seorang anak Tuhan yang mempunyai usaha rumah makan. Simaklah kesaksiannya.
Berawal dari 2 tahun yang lalu tepatnya tahun 2018 saya mulai membuka usaha dalam bidang kuliner yaitu nasi telor, dengan nama Nasi Telor Sentosa. Menu utamanya adalah nasi dengan telur dadar yang dimasak dengan cara yang berbeda yaitu dengan bumbu yang diracik khusus.
Awalnya saya ingin membuka usaha warteg modern, namun saya terbentur dengan modal yang besar dan saya tidak mau terlibat dengan pinjaman Bank. Maka saya membuka kuliner nasi telor, karena pada dasarnya semua orang suka telur dan telur ini mudah diperoleh dimana-mana, dapat disimpan dan tidak cepat rusak.
Semula sebelum masa pandemi saya mempunyai 110 cabang. Kami menjual dengan harga terjangkau yaitu 6-20 ribu rupiah saja perporsi. Puji Tuhan, usaha ini terus berjalan sehingga kami mempunyai banyak cabang di berbagai tempat di Jakarta, juga di luar kota. Selain nasi telur ini saya juga mempunyai 7 brand lagi, setiap kali memulai usaha, kami selalu menyertakan Tuhan di dalam setiap langkah yang akan kami buat.
Namun memasuki masa pandemi, di mana pemerintah mulai menetapkan dan memberlakukan PSBB, yaitu untuk rumah makan diberlakukan aturan tidak boleh makan di tempat. Berlakunya aturan tersebut jelas sangat berdampak kepada usaha kami. Meskipun sistem yang kami jalani adalah franchise atau kemitraan, namun bumbu racikan dapat dibeli dari kami, tetapi jika tidak sanggup dapat kami bantu berikan. Karena yang namanya cabang tidak semua berada di atas angin.
Masa pandemi ini benar-benar membuat usaha ini bergejolak, kami memikirkan bagaimana caranya supaya usaha ini tetap berjalan. Selama ini kami memang banyak dibantu dengan promosi, jadi selama masa pandemi penjualan hanya melalui online atau delivery.
Tetapi restoran nasi telor yang di pusat, yang kami kelola sendiri, harus tutup total karena masuk zona merah, sebab letak restoran tidak jauh dengan RS COVID-19 di daerah BSD Serpong. Selain itu ada juga rumah singgah, rumah isolasi, sehingga membuat kami harus menutup tempat tersebut.
Memasuki masa pandemi timbul rasa takut yang saya rasakan, dalam arti saya sedang dalam masa pengembangan usaha/brand dan banyak rencana yang sudah dibuat. Seperti barbeque namun bentuknya all u can eat dengan harga terjangkau, murah namun bukan murahan.
Saya sempat ketakutan melihat situasi yang ada, karena saya sudah keburu investasi di daerah Kelapa Gading, sudah menyewa pelataran dan membeli segala peralatan. Selain itu saya juga ada usaha catering yang awalnya hanya khusus untuk orang-orang gereja saja, tetapi di sini saya ingin memperbesar kapasitas dengan membuka dine in ala resto, tetapi yang versi murahnya dan itu tutup juga.
Karena tekanan, rasa takut dan kuatir melihat keadaan yang ada saya sempat jatuh sakit. Namun perlahan saya mulai bangkit, selama ini saya hanya mencari jalan keluar dengan otak saya, padahal selama ini saya selalu melibatkan Tuhan dalam segala hal dan saya ada di dalam kendali-Nya. Seharusnya saya berpikir dengan cara Tuhan. Usaha ini boleh ada itu pun Tuhan yang memulai bersama dengan saya, namun di tengah pandemi ini saya berpikir dengan otak saya sendiri.
Saya diingatkan dengan Firman Tuhan yang mengatakan dengan tinggal tenang kita akan mendapat pertolongan dari Tuhan. Dari situlah saya mulai dikuatkan dan merubah pola pikir, saya berdoa minta tuntunan Tuhan bagaimana supaya usaha ini tetap berjalan.
Beberapa mitra ada yang pending atau cancel dengan jumlah nominal yang tidak sedikit, padahal dana yang ada sudah dikelola dan mereka minta ditarik kembali, karena rukonya semua habis terjual dan dia tidak jadi menjalin kerjasama. Jumlah dananya ada yang sampai ratusan juta.
Di sinilah saya belajar berdoa, saya doakan orang itu, saya sebut namanya, kotanya. Setiap hari saya doakan dan minta tuntunan Tuhan. Di tengah jalan Tuhan bukakan lagi ada yang mengajak saya join produk minuman dan brandnya cukup besar untuk Indonesia. Dalam masa pandemi seperti ini ada yang masih mau mengajak kerja sama, kalau bukan karena Tuhan yang membuka jalan, mustahil. Malah menawarkan dan menjelaskan bahwa saya tidak perlu investasi apa-apa, saya bisa taruh di setiap tempat mitra saya. Setelah saya pelajari perjanjiannya, tawaran kerjasama itu memang menguntungkan.
Sebelum masa pandemi kami sudah membuka usaha catering Dapur Sentosa, Tuhan kasih ide antar makanan ke rumah dengan harga murah. 250 ribu sudah 2 kali makan, buah potong plus madu dan minuman vitamin C untuk imunitas. Menu di dalamnya saya tambahkan telur sentosa. Omsetnya tiap bulan bisa puluhan juta.
Menjelang satu minggu PSBB kami cukup panik. Saya katakan bukan keadaan yang menekan saya, tetapi saya yang harus bisa mengatur keadaan dengan kuat kuasa Firman Tuhan.
Saya belajar tentang kisah janda Sarfat, saya belajar bagaimana Yusuf bisa hidup dengan situasi seperti itu, dia tetap ada dalam masalah tetapi dia menang. Bukan kita lari dari masalah, tetapi justru kita harus menang atas masalah. Sebelumnya saya sudah mem-PHK 20 orang karyawan karena saya ketakutan.
Waktu masuk dalam masa bulan puasa, saya ubah catering saya. Kami tetap melayani orang-orang yang sahur jam 3 pagi, makanan kami antar, karena warteg semuanya tutup dan makan siang kami anter ke rumahnya karena semua WFH. Sehingga bisnis dapat berjalan seperti waktu normal, hanya saja proses produksinya benar-benar higienis.
Saat itu di Surabaya ada 18 outlet kami yang tutup karena zona merah. Saya hanya taat, nurut sama Tuhan meskipun saya tidak memahaminya. Cuma di sini saya benar-benar belajar banyak dari yang namanya 'menenangkan badai'. Walaupun tidak semudah yang lidah ucapkan, tetapi kita mengalaminya dan harus menjalani. Di sinilah baru kita sadar yang namanya 'menenangkan badai' yaitu tenang saja, ada Tuhan Yesus. Dia Tuhan yang tidak pernah terlelap. Saya aminkan Mazmur 91, saya selalu ucapkan setiap ayat yang ada. Ada kekuatan yang orang lain tidak miliki dan mujizat Tuhan masih ada.
Pada masa pandemi bulan ketiga, tiba-tiba mitra yang membatalkan kontrak menghubungi saya: "Ibu saya sudah siap berjualan nasi telur". Dikatakan bahwa rukonya tidak jadi dijual. Malahan dia akan membeli lagi satu brand dari saya. Walaupun sedang masa pandemi, namun orang ini standby, menantikan saatnya boleh berjualan kembali. Di sini saya melihat cara Tuhan yang luar biasa, Tuhan dahsyat. Di manapun Tuhan tempatkan, kita mau jadi apa, kita harus berdampak di mana kita ada. Karena Tuhan yang sudah menolong saya melewati hari-hari di masa pandemi ini. Saya heran melihat omzet yang tidak masuk akal, secara kasat mata kalau dilihat restoran itu kadang ramai, kadang sepi. Namun waktu mem-print buku tabungan, saya heran melihat omzet ternyata mencapai ratusan juta rupiah, bahkan akhirnya ada mitra yang mau buka cabang di Singapura dan Filipina,
Saya hanya bisa bersyukur, Tuhan Yesus baik. Dalam lembah kelam Tuhan selalu menyertai dan tidak sekali pun meninggalkan saya, itu semua karena Tuhan Yesus.
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala