Kesaksian
Shalom,
Nama saya Erly Jonathans dari Rayon 9 Depok. Pada bulan Januari 2019, saya mengalami gangguan pencernaan, saya tidak bisa buang air besar dan itu berlangsung selama 1 minggu. Setelah seminggu, saya merasakan perut terasa penuh dan pencernaan saya terganggu. Karena sudah tidak tahan lagi akhirnya saya pergi ke UGD, di sana saya diinfus selama 1 hari. Setelah itu saya boleh pulang dan akhirnya bisa buang air lagi, kejadian ini berulang sampai 3 kali.
Ada keanehan yang saya...
Shalom,
Nama saya Erly Jonathans dari Rayon 9 Depok. Pada bulan Januari 2019, saya mengalami gangguan pencernaan, saya tidak bisa buang air besar dan itu berlangsung selama 1 minggu. Setelah seminggu, saya merasakan perut terasa penuh dan pencernaan saya terganggu. Karena sudah tidak tahan lagi akhirnya saya pergi ke UGD, di sana saya diinfus selama 1 hari. Setelah itu saya boleh pulang dan akhirnya bisa buang air lagi, kejadian ini berulang sampai 3 kali.
Ada keanehan yang saya rasakan setiap buang air, keluarnya seperti kotoran ayam (sedikit-sedikit) dan sakitnya luar biasa. Hal ini membuat saya takut makan yang banyak, sedangkan dokter menganjurkan saya untuk makan yang banyak.
Karena sakit yang berkelanjutan dan masih terasa penuh di bagian perut, akhirnya saya memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter pada salah satu rumah sakit di Depok. Di sana saya dirawat selama seminggu untuk menjalani pemeriksaan yang lebih lengkap.
Karena ketika di USG dan di CT Scan hasilnya tidak jelas, maka saya harus menjalani pemeriksaan kolonoskopi (prosedur yang dilakukan untuk memeriksa kondisi usus besar dan bagian akhir dari usus besar (rektum) guna mendeteksi adanya ketidaknormalan pada usus besar dan rektum, seperti jaringan usus yang bengkak, iritasi, luka, polip, atau kanker). Pada saat kolonoskopi dilakukan, alat itu tertahan tidak bisa masuk ke bagian atas seperti ada penyumbatan, dan dokter menyimpulkan ada sesuatu di dalam usus saya.
Selanjutnya saya di rujuk ke dokter bedah, di sana saya di CT Scan lagi. Kesimpulannya adalah; di dalam usus saya terdapat tumor, sehingga usus saya harus di potong kira-kira 15 cm, kemudian disambung kembali. Intinya saya harus dioperasi, dan sayapun setuju dengan rencana tindakan itu namun saya tidak bisa memutuskan karena saya harus memberitahu suami saya terlebih dahulu.
Akhirnya, saya bersama suami berkonsultasi ke dokter dan kepastiannya harus segera diambil tindakan karena dapat membahayakan jika tumornya membesar. Saya bertanya ke sana kemari mencari informasi tentang ini dan mendapat gambaran bahwa operasi usus itu sangat berbahaya sekali; resikonya cukup besar.
Hingga akhirnya saya mencari informasi untuk berobat ke Penang, Malaysia. Kebetulan ada seorang teman saya yang sedang berobat di sana. Saya langsung dihubungkan dengan agennya, yang mengaturkan segala sesuatu yang saya butuhkan; baik rumah sakit, dokter, hotel berikut dengan biaya pengobatannya. Kemungkinan besar jika saya berobat di Penang, saya tidak harus dioperasi, tetapi hanya minum obat saja.
Saat semuanya sudah siap, suami saya tidak setuju dengan keputusan berobat di sana, sedangkan anak-anak setuju namun tidak ada yang bisa menemani saya karena kesibukan mereka. Pro dan kontra yang ada membuat saya merasa bimbang sekali; apa yang harus saya lakukan? Istri dari adik saya yang sebenarnya bisa mengantar saya ke Penang, namun kemudian berhalangan, sebab di waktu yang bersamaan anaknya masuk ICU karena serangan jantung.
Dalam kebimbangan, seorang teman saya memberitahukan, “Kenapa kamu tidak datang ke Tuhan Yesus?” Dia mengajak saya pergi ke Rumah Doa yang ada di dekat GBI Kamboja yaitu Taman Doa Rumah Pengorbanan, dimana ada doa kesembuhan setiap hari Senin di Minggu pertama. Akhirnya saya ikut ke sana.
Pada saat saya datang berdoa di sana, saya merasakan ada kelepasan, ada damai sejahtera; pada saat itu hati saya yang sedang bimbang, kecewa, bercampur aduk. Karena saya merasa saat saya membutuhkan dukungan dari orang terdekat dengan keputusan saya berobat di Penang, kenyataannya mereka menginginkan saya berobat di Jakarta; padahal saya tidak mau dioperasi.
Di Menara Doa saya menuangkan isi hati saya kepada Tuhan. Di dalam keputusasaan itu saya memohon kepada Tuhan “Tuhan, berikanlah jalan keluar untuk saya, karena saya yakin dan percaya hanya Engkau yang sanggup menolong. Tuhan, saya mau sembuh.”
Sampai pada akhirnya saya datang beribadah minggu di GBI Kamboja. Sebenarnya saya paling anti dengan ibadah yang berisik, dan lebih suka tata cara ibadah yang tenang. Padahal orangtua dan adik-adik saya semua beribadah di sana. Entah mengapa tiba-tiba saya tertarik beribadah di sana dan pada satu kesempatan saya dipertemukan dengan Pdt. Jongky, saya mau didoakan dan diurapi oleh beliau. Setelah beberapa kali didoakan, saya semakin percaya dan yakin, hati saya seperti tergerak untuk mencari second opinion dengan pergi ke rumah sakit lain.
Akhirnya pada bulan Maret 2019 saya memeriksakan diri ke sebuah rumah sakit di Jakarta Pusat. Selama 3 bulan saya bolak-balik memulai pemeriksaan dari awal lagi. Mulai dari pemeriksaan darah, paru-paru, dan lainnya sungguh itu adalah perjuangan bagi saya. Saya pergi berobat ditemani oleh salah seorang pegawai saya yang setiap hari mengantar saya. Karena saya menggunakan BPJS, saya harus masuk dalam antrian yang cukup panjang. Oleh karena itu saya selalu berdoa, agar Tuhan memberikan saya kekuatan.
Dulu kalau saya ke gereja ya gereja saja, seperti sebuah kewajiban yang harus saya jalani sebagai seorang yang beragama Kristen. Tetapi apa yang saya rasakan sekarang sangat berbeda; setiap kali saya ke gereja seperti ada harapan baru yang Tuhan berikan. Saya menantikan kesembuhan serta mujizat Tuhan.
Waktu saya di Menara Doa dan di doakan, saya sampai bercucuran air mata. Jujur saya belum pernah merasakan yang seperti itu, sampai tubuh saya gemetaran. Saya merasakan semua yang ada di dalam diri saya keluar semua. Saya katakan kepada Tuhan “Tuhan, beri saya mujizat, saya berjanji akan mengikuti-Mu untuk selamanya.”
Selama 3 bulan itu mulai dari Maret 2019 sampai bulan Mei 2019 memasuki bulan ke 6 di tahun 2019 masuk pada pemeriksaan terakhir, saya harus di kolonoskopi lagi. Sebelumnya saya sudah berdoa “Tuhan sertailah saya.” Dan setelah 1 jam berada di ruang pemeriksaan akhirnya selesailah proses kolonoskopi tersebut.
Setelah siuman dari bius lokal, dokter langsung menyampaikan hasilnya, “Ibu, selamat ya tidak ada apa-apa di usus ibu, tidak ada apa-apa! Tidak ada tumor dan lain-lainnya.” Saya coba bertanya lagi, “Mengapa saya buang air susah?” Lalu dokter menjelaskan bahwa itu disebabkan adanya radang dan pada saat kolonoskopi dokter hanya mengangkat polip-polip kecil. Untuk hasil pemeriksaan akhir ini saya bisa mengambil hasilnya 2 minggu kemudian.
Setelah 2 minggu saya pun kembali untuk mengambil hasil akhir dan Puji Tuhan! Usus saya bersih! Tidak ditemukan tumor atau penyakit lainnya. Hanya kata-kata, “Terima kasih Tuhan, terima kasih Tuhan” yang keluar dari mulut bibir saya saat itu. Ini mujizat dari Tuhan yang saya terima. Di saat saya mencari Tuhan, berserah dan percaya kepada-Nya, Tuhan sungguh menyediakan kesembuhan. Melalui doa; naik ke menara doa, Tuhan janjikan ada kesembuhan yang Tuhan sediakan. Segala pujian dan syukur saya persembahkan hanya kepada Tuhan Yesus. Amin!
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala