Kesaksian
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu,
dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.”
Ayub 42:2
Perkenalkan nama saya Tina dan suami saya Karnadjaja atau biasa dipanggil Ayen. Kami ingin menyaksikan betapa Tuhan Yesus itu luar biasa. Biarlah kesaksian ini dapat memberikan semangat untuk mereka yang terpapar COVID-19.
Berawal suami saya Ayen merasakan badannya pegal-pegal dan sakit...
“Aku tahu, bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu,
dan tidak ada rencana-Mu yang gagal.”
Ayub 42:2
Perkenalkan nama saya Tina dan suami saya Karnadjaja atau biasa dipanggil Ayen. Kami ingin menyaksikan betapa Tuhan Yesus itu luar biasa. Biarlah kesaksian ini dapat memberikan semangat untuk mereka yang terpapar COVID-19.
Berawal suami saya Ayen merasakan badannya pegal-pegal dan sakit seperti kelelahan. Melihat kondisi di masa pandemi ini, maka saya menyarankan agar suami melakukan Swab. Namun ia menolak, karena menurutnya hanya sakit biasa dan bukan COVID-19. Jadi Ayen hanya pergi ke dokter umum dan diberikan obat.
Namun 3 hari kemudian keadaan suami saya tidak kunjung membaik, tidak ada perubahan, meskipun sudah minum obat. Akhirnya saya paksakan agar ia melakukan PCR dan hasilnya Ayen positif COVID-19.
Hari itu juga tanggal 4 Juli 2021, dia langsung menjalani isolasi mandiri (isoman) di sebuah hotel. Puji Tuhan, kita bersyukur karena saya dan ketiga anak saya tidak terpapar, meskipun kami berada di dalam satu rumah. Kami sangat bersyukur dan percaya Tuhan yang selalu melindungi, dan ini salah satu kebaikan Tuhan yang kami alami.
Bukan suatu kebetulan keponakan; saya juga terpapar COVID-19 dan statusnya OTG (orang tanpa gejala), sehingga selama isoman di hotel suami saya tidak sendirian, tetapi ada yang menemani.
Pada hari ketiga isoman, kondisi Ayen mulai menurun, saturasi oksigennya turun naik. Maka dari itu dia membutuhkan oksigen, sedangkan saat itu oksigen kaleng agak sulit didapat, karena jumlah orang yang terpapar COVID-19 sedang naik pesat. Bahkan di Kimia Farma pun pembelian oksigen kaleng dibatasi, setiap orang hanya dapat membeli maksimal 2.
Lalu kendala yang kami hadapi adalah hotel yang kami pakai bukan untuk isoman, sehingga kami tidak bisa memasukkan tabung oksigen besar. Saat itu saya bingung harus bagaimana? Tetapi saya tetap percaya bahwa di dalam semua hal yang Tuhan izinkan terjadi, Tuhan turut campur tangan dengan cara-Nya yang ajaib.
Akhirnya saya meminta bantuan oksigen melalui teman-teman sepelayanan di gereja, dengan Gembala kami di GBI Sudirman. Puji Tuhan, ternyata tanpa saya duga banyak sekali orang yang membantu mengirimkan oksigen kaleng. Keadaan saat itu di mana-mana orang berburu oksigen, bahkan sampai mengantri untuk mendapatkannya. Untuk bisa mendapatkan 3-4 kaleng saja sudah bersyukur sekali, namun Tuhan memberikan kepada kami lebih dari jumlah itu, lebih dari apa yang kami pikirkan, di situ saya benar-benar merasakan pertolongan Tuhan yang luar biasa.
Keadaannya tidak kunjung membaik. Ayen masih demam, juga saturasi oksigennya masih turun. Akhirnya suami saya dibawa berobat ke rumah sakit untuk CTScan paru dan darah. Hasil CT Scan menunjukkan adanya pengentalan darah yang cukup tinggi dan juga radang paru-parunya sudah 50%.
Melihat kondisi seperti itu, maka saya memutuskan untuk membawa Ayen ke rumah sakit untuk di rawat inap. Namun kendala yang kami hadapi adalah perjalanan untuk mencari rumah sakit saat itu sangat sulit. Rumah sakit di Jakarta semuanya full, bahkan ada antrian yang panjang, karena COVID-19 sedang melonjak naik drastis.
Akhirnya saya minta surat rujukan dari Puskesmas untuk ke rumah sakit rujukan, namun saya harus menunggu karena belum dapat dipastikan kapan bisa mendapatkan rumah sakit. Sedangkan kondisi Ayen saat itu tidak begitu baik. Di situ saya sempat bingung. Kami sudah berusaha keliling Jakarta untuk mendapatkan rumah sakit, tetapi semuanya penuh dan hasilnya nihil. Akhirnya suami saya kembali ke hotel. Perasaan takut, kuatir saya rasakan, mengingat saat itu banyak sekali tingkat kematian yang disebabkan karena COVID-19.
Tidak ada yang dapat kami lakukan selain berdoa, kami serahkan semuanya kepada Tuhan, karena Tuhanlah yang punya kendali atas semua yang terjadi. Tuhan pasti menyiapkan yang terbaik, tidak hari ini mungkin besok, kami hanya menunggu waktu-Nya Tuhan saja.
Tanpa diduga anak saya Clara dihubungi oleh mama dari temannya yang seorang dokter, yang mempunyai kenalan dokter di sebuah rumah sakit. Puji Tuhan, Tuhan Yesus baik, akhirnya dokter tersebut meminta suami saya segera datang ke rumah sakit. Mendengar kabar ini suami saya pun bergegas menuju ke rumah sakit tersebut. Di sana sudah disediakan kamar untuk rawat inap, sungguh Tuhan itu luar biasa, Dia memberikan jalan dan menyediakannya pada hari itu juga. Sehingga suami saya tidak perlu mengantri tetapi langsung masuk ke IGD.
Saat itu saya merasakan hati saya lega. Semua bukan kebetulan, tetapi Tuhan bekerja melalui doa dan dukungan doa yang datang dari Gembala dan teman-teman sepelayanan sangat menguatkan. Keadaan suami saya Ayen dapat ditangani, walau masih sesak napas dan hal ini membuatnya tidak dapat berjalan jauh.
Setelah 5 hari berada di IGD, hasil pemeriksaan paru menunjukan 50% paru-paru Ayen sudah dipenuhi seperti kabut putih. Akhirnya Ayen dipindah ke ruang isolasi. Di sinilah saya tidak bisa lagi melihat Ayen secara langsung, hanya melalui video call. Saya hanya bisa kirim makanan dan pakaian. Saat itu ia juga harus memakai pampers dan menggunakan pispot untuk buang air kecil, karena tidak bisa jalan jauh. Kondisi Ayen lemas dan badannya sakit.
Untuk mempercepat penyembuhan, dokter menyarankan untuk mengusahakan donor plasma darah, tetapi kendala yang kami hadapi adalah belum ada yang memenuhi syaratnya untuk menjadi pendonor, walaupun ada sekitar 4-5 orang yang mau mendonor. Karena semua harus melalui proses pemeriksaan kecocokan golongan darah dan lain sebagainya.
Tetapi saya sebagai istri percaya, bahwa tanpa donor plasma pun Tuhan pasti akan memulihkan keadaan Ayen. Saya terus memberikan semangat dan menyuruhnya memperkatakan: "Saya telah sembuh, saya telah dipulihkan Tuhan." Ayen terus menerus mendeklarasikan kesembuhan. Saya percaya iman timbul dari pendengaran akan Firman Tuhan. Saya dan Ayen sepakat berdoa dan percaya mujizat kesembuhan yang dari Tuhan akan terjadi.
Puji Tuhan, keadaan Ayen perlahan membaik dan semakin baik, hingga akhirnya tanggal 19 Juli 2021 Ayen PCR ke-3 dan hasilnya negatif. Haleluya! Setelah 16 hari di rumah sakit, ia diperbolehkan pulang ke rumah, walaupun masih dalam masa pemulihan. Saya dan anak-anak senang sekali karena ia dapat melewati ini semua dan keluar sebagai pemenang.
Saya mengucap syukur kepada Tuhan Yesus yang selalu ada dalam setiap musim, baik atau tidak baik; Tuhan selalu menyertai. Juga perhatian dan dukungan doa dari Gembala, wakil gembala dan teman-teman pengerja di GBI Sudirman yang selalu memberikan perhatian dan semangat dalam doa, dan juga dana buat kami.
Dari semua yang terjadi saya percaya kami bisa lewati semuanya ini karena pertolongan Tuhan. Tuhan yang memberikan kekuatan, dan tidak ada perkara yang mustahil bagi Tuhan. Tuhan sanggup melakukan apapun yang tidak pernah kita pikirkan. Jangan pernah berhenti berharap kepada Tuhan, sesulit apapun kondisi dan keadaan kita, Tuhan selalu ada untuk membuka jalan dan menolong. Terima kasih Tuhan, suami saya sudah sembuh.
TERTANAM DI GEREJA LOKAL
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
TertanamdiGerejaLokal.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala