MUJIZAT KESEMBUHAN ATAS KUASA PERKATAAN

“Sesungguhnya aku akan mendatangkan kepada mereka
kesehatan dan kesembuhan.
Dan aku akan menyembuhkan mereka.
Dan akan menyingkapkan kepada mereka
kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah”
Yeremia 33:6

Tahun 2021 adalah tahun yang penuh mujizat bagi saya. Tuhan melawat dan menyatakan kuasa-Nya. Dan berikut adalah kesaksian saya.

Nama saya Mely, seorang Ibu rumah tangga. Saya berjemaat di CK8 di bawah pembinaan Bapak Pdt. DR. Ir. Niko Njotorahardjo.
Kejadian saya berawal di tanggal 13 Juni 2021, Ketika malam-malam saya buang air besar, bagian anus saya terasa sakit. Saat itu saya tidak terlalu menganggap serius, karena pernah kejadian serupa saya rasakan saat mau melahirkan anak. Namun keesokan harinya muncul benjolan kecil dan terasa nyeri. Keadaan tersebut sangat menakutkan karena rasa nyeri yang amat sangat tersebut membuat saya tidak bisa tidur, rebahan, bahkan berjalan. Beberapa saat kemudian, ketika batuk juga sakit sekali.

Beberapa hari berlalu dan benjolan tersebut semakin membesar, sehingga kami memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Dari hasil pemeriksaan dan diagnosa, dokter memberitahukan bahwa saya menderita wasir stadium 3, sehingga harus dioperasi. Hal tersebut diluar dugaan saya dan suami, karena baru 2-3 hari sejak kejadian berawal, namun sudah terjadi pembengkakan yang cukup besar. Namun saya bersikeras agar bisa rawat jalan. Akhirnya dokter memberikan obat dan dalam 3 hari ke depan saya diminta untuk cek kembali.

Selama saya meminum obat tersebut pembengkakannya mulai mengecil namun ada pendarahan yang terjadi. Saya mulai mencari Tuhan dan berdoa, saya percaya kuasa kesembuhan dan mujizat-Nya. Oleh bilur-bilur darah Yesus, saya pasti disembuhkan. Saya memperkatakan firman-Nya.
Setelah 3 hari saya kembali memeriksakan diri ke dokter. Dan hasilnya sangat mengejutkan. Dokter mengatakan kondisi wasir saya sudah stadium 4. Jujur saya tertekan dan kaget. Saya diminta operasi. Saya merencanakan operasi di tanggal 19 Juni 2021. Kondisi yang agak menyulitkan karena suami saya takut melihat darah, dan pada saat itu saya sedang megalami pendarahan. Oleh karenanya mami saya yang berdomisili di Bali, datang untuk membantu merawat saya.

Tanggal 18 Juni 2021, sehari sebelum operasi berjalan, saya dan mami melakukan tes PCR untuk memastikan saya negatif COVID-19 dan siap dioperasi. Mami yang menunggu saya juga di haruskan melakukan tes yang sama. Pada hari itu juga kami sekeluarga berdoa bergandengan tangan untuk memohon belas kasihan Tuhan dan biarlah mujizat kesembuhan Tuhan terjadi pada saya. Namun hal yang sungguh mengejutkan kembali terjadi, mama dinyatakan positif dan tidak diijinkan untuk menemani saya. Hal ini tentu membuat saya berpikir dan bingung harus bagaimana karena kami telah berkumpul, berdoa bersama dan tentunya sangat tidak menutup kemungkinan saya dan suami juga menjadi positif, juga anak-anak kami.

Pada hari itu juga suami dan papa saya juga melakukan tes PCR untuk memastikan lebih lanjut. Sementara menunggu hasil tes mereka, saya masuk ke kamar untuk rawat inap. Saat itu tensi saya mencapai 260. Dan suster mengatakan ini sangat tinggi, dan saya diminta tenang. Ketika saya ditanya, saya menjawab saya kaget karena mama saya hasil tesnya positif. Setelah dikonsul dengan dokter maka diputuskan operasi saya ditunda hingga menunggu hasil tes selanjutnya. Ada dugaan saya juga bisa positif karena berbarengan dengan mama. Operasi yang seharusnya hari sabtu diatur ulang di hari senin 21 Juni 2021. Dan saya diminta PCR lagi. saya pasrah dan masih ada pendarahan.
Saya turun keluar dari ruangan RS dan saya bertemu dengan suami saya di dekat lobby bawah dan berdiskusi. Apakah saya tidak boleh operasi oleh Tuhan? Kenapa semua hal ini bisa terjadi? Namun suami saya menenangkan diri dan mengatakan untuk mencoba mencari ‘second opinion’. Saat itu saya menghubungi tetangga yang memang merekomendasikan ke dokter rekanannya.

Saat itu sabtu jam 16 di mana sangat pas dengan jam praktek dokter tersebut. Dari hasil pemeriksaan dokter yang kedua ini, saya diberikan obat tambahan berupa bubuk yang dipakai untuk berendam, dan dilihat hasilnya dalam 7 hari ke depan. Pada waktu setiap saya berendam, saya pegang hemoroid saya, dan saya berkata: “Dalam nama Tuhan Yesus, oleh bilur-bilur darah-Nya, saya disembuhkan.” Dan saya juga terus setiap berendam memperkatakan ayat firman Tuhan dari Yeremia 33:6 yang berbunyi:

“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan kepada mereka kesehatan dan kesembuhan. Dan Aku akan menyembuhkan mereka. Dan akan menyingkapkan kepada mereka kesejahteraan dan keamanan yang berlimpah-limpah.”

Saya katakan terus setiap hari pada saat saya berendam. Dan saya mengucapkan semua perkataan perkataan iman seperti: tiada yang mustahil bagi Tuhan, Engkau Tuhan penyembuhku. Semua yang pada saat itu muncul di pikiranku.
Hari demi hari saya merasakan hemoroid tersebut terus mengecil dan hilang sempurna, saya terus perkatakan firman Tuhan yang berkuasa. Saat itu saya ingat dokter berkata; kalaupun mengecil, dia akan tetap ada benjolan dan sewaktu waktu bisa kambuh lagi, namun Puji nama Tuhan, benjolan tersebut tidak ada dan menghilang dengan sempurna. Saya coba pegang dari luar hingga ke dalam benar-benar tidak ada benjolan. Saya sangat percaya, ini adalah suatu mujizat Tuhan yang terjadi dalam hidup saya. Saya sembuh. Saya disembuhkan dan dioperasi sendiri oleh Tuhan Yesus.

Mujizat yang kedua bagi saya adalah ketika tanggal 21 Juni hasil PCR mama saya negatif, kami sekeluarga negatif. Ketika mama dinyatakan positif, hal itu terjadi untuk membuktikan kuasa Tuhan dalam diri saya, bahwa Tuhan menjawab doa saya, saya sembuh tanpa operasi. Tuhan menahan hingga saya harus menunda jadwal operasi untuk menyatakan kemuliaan-Nya. Tuhan Yesus mengatur semua dengan amat detail dalam hidup saya, hingga kesembuhan yang sempurna saya terima. Sungguh mujizat Tuhan masih ada dan terus ada. Haleluya.