Kesaksian
“Sebab Aku ini, Tuhan AllahMu,
memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu:
“Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau”
Yesaya 41:13
Perkenalkan nama saya Adhistya Christyanto. Saya ingin menyaksikan tentang kedahsyatan Tuhan yang sungguh luar biasa yang terjadi di dalam kehidupan saya, juga tentang perjalanan iman, di mana Tuhan mengizinkan saya dirawat di Rumah Sakit dari tanggal 29 Maret 2020 – 11 April 2020 karena te...
“Sebab Aku ini, Tuhan AllahMu,
memegang tangan kananmu dan berkata kepadamu:
“Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau”
Yesaya 41:13
Perkenalkan nama saya Adhistya Christyanto. Saya ingin menyaksikan tentang kedahsyatan Tuhan yang sungguh luar biasa yang terjadi di dalam kehidupan saya, juga tentang perjalanan iman, di mana Tuhan mengizinkan saya dirawat di Rumah Sakit dari tanggal 29 Maret 2020 – 11 April 2020 karena terpapar COVID-19.
Berawal pada hari Senin, tanggal 23 Maret 2020, pada malam itu saya mengalami demam. Sampai hari Jumat malam suhu tubuh saya mencapai 38,4 derajat. Saat saya sedang tidur, istri saya memperhatikan tidak seperti biasanya; nafas saya pendek-pendek dan saat menjelang subuh saya terbangun, karena seluruh tubuh terasa sakit sehingga saya tidak bisa tidur lagi.
Akhirnya pada tanggal 28 Maret 2020 saya mulai merasakan sesak nafas, jika saya naik tangga di rumah. Saya menceritakan hal ini kepada istri saya, dan dengan mendesak ia mengajak saya untuk melakukan pemeriksaan darah dan cek thorax.
Pada keesokan harinya tanggal 29 Maret 2020, istri saya mengambil hasil lab tersebut yang menunjukan adanya Pneumonia dan hasil cek darah terindikasi adanya infeksi. Hari itu saya merasakan nafas saya semakin berat, jalan sedikit saja sudah ngos-ngosan. Melihat keadaan saya yang semakin memburuk, akhirnya istri saya memutuskan untuk segera membawa saya ke IGD di salah satu Rumah Sakit swasta di Jakarta.
Saat tiba di IGD saya langsung diberikan oksigen tambahan karena saturasi oksigen (oksigen dalam darah) menurun yaitu 85, di mana ukuran manusia normal seharusnya 95 -100. Pada saat dokter membaca hasil laboratorium saya, dokter langsung memasukan saya ke ruang isolasi di IGD RS. Serangkaian pemeriksaan pun dilakukan dari mulai cek darah, rapid tes, juga CT scan paru.
Sore harinya saya mendengar kabar dari istri saya melalui WA bahwa hasil rapid tes saya positif mengarah ke COVID-19. Terus terang saat itu saya down dan saya tidak tahu harus melakukan apa. Di dalam ruang isolasi IGD saya ketakutan sekali dan terus berdoa meminta pertolongan Tuhan karena saya sadar, bahwa kondisi saya sangat tidak baik karena sesak nafas dan demam.
Sekitar jam 10 malam dokter jaga meminta saya untuk tenang sambil menunggu rumah sakit rujukan khusus COVID-19, kemudian saya meminta kepada dokter tersebut agar saya tidak dirujuk ke RS lain melainkan tetap di rawat di RS ini, karena kondisi saya yang tidak baik membuat saya takut jika terjadi apa-apa di dalam perjalanan ke RS rujukan. Saya pun menceritakan hal tersebut kepada istri saya yang dalam perjalanan pulang ke rumah saya melalui WA.
Saya terus berdoa, meminta campur tangan tangan Tuhan agar saya bisa dirawat di RS ini tanpa harus di rujuk ke RS lain. Puji Tuhan, mujizat terjadi saya mendapatkan kabar dari istri saya bahwa saya diperbolehkan dirawat di RS ini. Saya langsung mengucapkan syukur, Puji nama Tuhan karena Tuhan menjawab doa. Saya pun dipindahkan ke ruang isolasi perawatan di lantai atas.
Selama menjalani masa isolasi di RS, saya merasakan adanya tekanan, intimidasi dan rasa ketakutan yang sangat kuat sekali. Karena saya tidak pernah dirawat di RS dalam waktu yang lama dan selalu ada yang menemani. Namun yang saya alami selama 14 hari yaitu berada di ruang isolasi sendirian, saya merasa sangat kesepian dan ketakutan dengan banyaknya alat-alat medis yang dipasang dalam tubuh saya. Ditambah lagi melihat medsos, berita di televisi dan berita-berita tentang COVID-19 sehingga saya harus mengambil keputusan untuk memilah–milah, mana yang harus saya lihat dan mana yang tidak. Apalagi saat mendengar ada yang sampai meninggal, kabar-kabar tersebut membuat iman saya menjadi lemah, saya merasa “down”.
Saat itulah saya menghubungi gembala saya di Rayon 1E Pak Benny Gunawan melalui telepon. Saya katakan bahwa saya merasa iman saya lemah, saya takut kalau saya tidak bisa melewati semuanya ini. Akhirnya Pak Benny cuma bilang: “Iman yang ada di dalam diri kamu boleh lemah, tetapi ingat Roh Tuhan yang ada di dalam diri kamu tidak akan pernah lemah, Jadi kamu harus berjuang untuk kamu sembuh.” Pada waktu itu saya merasakan roh saya kembali dikuatkan.
Namun pada hari ketiga dan keempat saya mengalami masa-masa yang berat. Saya batuk mengeluarkan darah, dan saat saya membersihkan ingus memakai tissue itu juga berdarah. Oksigen pun dinaikkan sampai 15, setahu saya jika melebihi angka dari 15 saya harus menggunakan ventilator. Saat dalam kelemahan itulah saya berdoa kepada Tuhan: “Tuhan tolong saya, saya percaya Tuhan pasti sembuhkan saya.”
Saya sampai berpikir, jika saya tidak berhasil melewati semuanya ini, kalaupun saya harus 'berpulang', saya yakin saya bersama dengan Tuhan Yesus. Namun terlintas dalam pikiran saya bagaimana dengan istri dan anak-anak saya? Mereka masih kecil, mereka harus berjuang sendiri di dunia ini tanpa ada papanya. Akhirnya saya pejamkan mata, berdoa, berdoa dan berdoa. “Tuhan saya minta kekuatan dari Tuhan.”
Selama 6 hari, semenit pun saya tidak bisa tidur. Karena untuk bernafas saja saya merasakan sesak sekali, saya takut jika saya tidur… maka saya gagal bernafas. Saya berusaha mencari bagaimana caranya supaya saya bisa tidur dan beristirahat, namun semua usaha tersebut gagal. Melalui dokter psikiater di RS memberikan obat tidur dan obat penenang yang saya minum setiap malam, tetapi tidak mempan.
Meskipun dokter mengatakan bahwa keadaan saya semakin membaik, namun saya tetap tidak bisa tidur. Saya tidak dapat menaklukkan pikiran saya untuk beristirahat, keadaan saya tetap ketakutan. Akhirnya dokter psikiater menghubungi saya melalui video call, saya ceritakan apa yang saya alami. Dikatakan bahwa semua obat sudah diberikan secara maksimal dosisnya, yang dapat saya lakukan hanya belajar berserah saja dan berdoa agar jiwa saya tenang karena tubuh saya perlu istirahat. Intinya hanya berserah.
Akhirnya saya kembali menghubungi Pak Benny Gunawan lewat video call. Saya katakan “Pak Benny saya takut! Saya gak bisa tidur”. Pak Benny menjawab: “Dhist, saya tahu di pekerjaan kamu selalu berpikir untuk sesuatu hal yang strategis. Kamu gunakan terus pikiran kamu. Saat ini tolong kamu gunakan pikiran dan hati kamu untuk kamu taruh di bawa kaki Kristus. Kamu berserah saja.” Di sini saya diminta untuk berserah lagi.
Saya benar-benar mengambil waktu saya dengan Tuhan karena memang di ruangan isolasi tersebut saya sendirian dan saya percaya di situlah waktu saya secara pribadi dengan Tuhan. Saya berdoa “Tuhan saya kuatir, saya takut, Tuhan tolong saya. Saya mau taklukkan pikiran dan hati saya di bawah kaki Kristus, saya serahkan kekuatiran dan ketakutan saya kepada Tuhan”.
Akhirnya pada waktu itu secara ajaib saya bisa tidur. Saya mengantuk dan tidur selama 2 jam. Esok harinya saya tidur 4 jam, 5 jam. Akhirnya setelah hari ke 6 saya berangsur-angusr pulih. Puji Tuhan! Saya mengucap syukur ini pasti karena penyertaan Tuhan dan saya meyakinkan diri bahwa saya harus berserah dan yakin bahwa sudah Tuhan menolong saya.
Yang luar biasa adalah pada tanggal 9 April 2020 dokter menyampaikan kondisi saya yang semakin membaik, karena saturasi oksigen saya sudah stabil di 98. Keesokan harinya tanggal 10 April 2020, saya kembali menjalani pemeriksaan darah, EKG, rongent dan hasilnya adalah semuanya baik.
Akhirnya dokter mengatakan dengan melihat hasil dan keadaan saya yang semakin terus membaik saya sudah diizinkan pulang keesokan harinya, tetapi dengan catatan saya harus isolasi mandiri selama 14 hari dan sambil menunggu hasil Swab berikutnya.
Puji Tuhan selama saya menjalani isolasi mandiri saya mendapatkan kabar bahwa hasil Swab saya negatif, begitu pula dengan hasil Swab keluarga juga negatif. Saya yakin Tuhan mengijinkan saya melewati semuanya ini karena Tuhan punya sesuatu yang luar biasa yang akan dinyatakan di dalam kehidupan saya.
Terima kasih untuk Tuhan Yesus yang luar biasa, yang telah memberikan kesembuhan untuk saya. Terima kasih buat dukungan doa dari teman-teman, keluarga dan gembala gereja yang sudah mendoakan saya, Tuhan Yesus memberkati berlimpah-limpah.
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala