Kesaksian
“Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; Sebab itu janganlah engkau menolak didikan yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi tangan-Nya menyembuhkan pula.” Ayub 5:17-18
Nama saya Kha Wi, pada kesempatan ini saya ingin menyaksikan penyertaan serta pertolongan Tuhan selama saya mengalami COVID-19 dan saya juga telah bernazar kepada Tuhan; setelah saya sembuh saya akan membagikan pengalaman iman saya de...
“Sesungguhnya, berbahagialah manusia yang ditegur Allah; Sebab itu janganlah engkau menolak didikan yang Mahakuasa. Karena Dialah yang melukai, tetapi juga yang membebat; Dia yang memukuli, tetapi tangan-Nya menyembuhkan pula.” Ayub 5:17-18
Nama saya Kha Wi, pada kesempatan ini saya ingin menyaksikan penyertaan serta pertolongan Tuhan selama saya mengalami COVID-19 dan saya juga telah bernazar kepada Tuhan; setelah saya sembuh saya akan membagikan pengalaman iman saya dengan Tuhan. Semua ini ada oleh karena anugerah-Nya sehingga saya boleh memiliki kesempatan hidup yang kedua.
Berawal pada tanggal 9 Juli 2020, ketika pulang kerja saya merasakan migran. Saya berpikir setelah minum obat lalu istrirahat dan tidur pasti akan sembuh. Namun keesokan sore harinya saya mulai merasakan badan saya terasa panas, saya minum obat paracetamol, tetapi panasnya tidak mereda, bahkan terus berlanjut sampai tanggal 14 Juli 2020.
Akhirnya saya pergi cek darah ke laboratorium, dan hal yang tidak biasa yang terjadi pada hari itu. Biasanya kita pasti berharap hasil pemeriksaan laboratorium itu semuanya baik. Namun pada saat itu, saya justru berdoa kepada Tuhan; berharap hasilnya saya typus atau DBD. Saya hanya berpikir lebih baik hasilnya typus atau DBD dari pada harus mengarah ke COVID-19, karena gejala yang saya alami hanya demam pada sore hari; seperti gejala typus pada umumnya.
Singkat cerita hasil lab. saya keluar di hari yang sama dan ternyata benar, doa saya terkabul. Hasil yang keluar menunjukan adanya gejala typus. Akhirnya saya konsultasi ke dokter dan dokterpun memberikan obat penurun panas serta antibiotik. Setelah minum obat, keadaan saya sempat membaik, namun 2 hari kemudian saya merasakan tubuh saya kembali panas, keadaan ini membuat saya sedikit bingung. Sampai akhirnya pada tanggal 17 Juli 2020 pagi, saya merasakan badan tidak enak dan lemas; ingin pingsan. Melihat kondisi saya yang tidak baik, maka istri saya berinisiatif membawa saya ke Rumah Sakit di daerah Kemayoran untuk pengecekan lebih lanjut.
Setibanya di RS, sesuai protokol petugas melakukan cek suhu tubuh saya yang saat itu adalah 38,4 derajat dan karena saya ada sedikit batuk, maka saya dilarang masuk dan diharuskan untuk screening COVID-19 terlebih dahulu di area belakang RS.
Sehubungan kondisi saya yang sudah sangat lemas dan tidak dapat menunggu antrian pengecekan, istri saya meminta agar dapat bertemu dengan dokter lebih dulu. Setelah pemeriksaan dokter, saya diarahkan untuk cek darah lengkap serta rapid tes, ternyata hasil rapid tes saya reaktif dan saya juga harus menjalani rontgen thorax. Dokter juga memberitahukan bahwa saya diharuskan rawat inap untuk perawatan lebih lanjut, di mana saya tidak ada persiapan. Saya sempat menunggu 1 jam lamanya di dalam ruang isolasi IGD sendirian, hal ini sempat membuat saya panik dan penuh rasa takut.
Keesokan harinya tanggal 18 Juli 2020 setelah saya dirawat, saya menjalani Swab pertama dan hasilnya keluar pada tanggal 20 Juli 2020 yang menyatakan saya positif COVID-19. Waktu itu saya merasakan kondisi saya baik-baik saja, hanya saja pernafasan saya yang tidak normal, karena saya tidak bisa tarik nafas panjang, dan ketika saya tahan nafas 4 detik saja saya sudah batuk. Saya merasakan ada sesuatu yang tidak normal pada pernafasan saya. Sebelumnya dari hasil rontgen thorax, pada paru-paru kiri terdapat sedikit flek yang menurut dokter tidak masalah, hasil cek darah saya juga bagus. Tetapi pernafasan dan batuk yang saya alami tidak normal. Akhirnya saya dirawat lebih intensif lagi, saya dipasang infus dan mulai minum obat-obatan antibiotik. Karena rasa takut dan dilema tentang sakit yang dialami ini maka setiap obat yang diberikan saya selalu cek ke Google.
Setelah 1 minggu dirawat saya kembali menjalani Swab yang ke 2 yaitu pada tanggal 24 Juli 2020, hasil cek darah sudah membaik, begitu pula dengan rontgen thorax ada catatan dokter bahwa sudah ada perbaikan dari hasil yang pertama, namun hasil Swab tetap positif COVID-19, hal ini membuat saya benar-benar down, saya takut dan berpikir bagaimana jika kondisi kedepannya tidak semakin membaik.
Hari demi hari yang saya lewati selama menjalani isolasi di Rumah Sakit bukannya membuat saya semakin kuat, ada banyak tekanan dan intimidasi yang membuat keadaan saya semakin drop dan down. Apalagi saya sempat melihat teman sekamar yang dirawat 2 hari dengan saya menghembuskan nafas yang terakhir karena gagal pernafasan, juga melihat pasien wanita yang dirawat di seberang kamar saya juga meninggal karena COVID-19.
Kejadian ini membuat rohani dan jasmani saya semakin lemah, saya semakin takut. Namun saya tidak menceritakan hal ini kepada istri saya. Selain itu, apa yang saya lihat dan dengar langsung selama di RS dan menonton berita-berita di TV, baca medsos; membuat pikiran dan hati tidak tenang dan menambah ketakutan.
Keadaan dan kondisi yang saya jalani saat itu membuat saya hanya bisa berdoa dan berharap kepada Tuhan saja. Saya bersyukur dengan adanya dukungan yang terus mengalir dari keluarga, saudara, teman-teman gereja dan COOL dan saya juga diajak untuk ikut serta dalam Doa Fajar di Gereja yang dapat saya akses melalui HP. Setiap waktu saya hanya berdoa, berdoa, saya berseru kepada Tuhan “Tuhan pulihkan kesehatan saya, pulihkan tubuh saya Tuhan supaya saya bisa pulang ke rumah untuk bertemu dan berkumpul kembali dengan keluarga saya”.
Tanggal 29 Juli 2020, saya menjalani Swab yang ke-3. Namun kali ini ada sesuatu yang berbeda yang saya rasakan. Sebelumnya setiap kali berdoa saya berharap bahwa bisa mendapatkan. Hasil Swab yang negatif dan hanya berdoa berdasarkan minta kesembuhan, namun saya tidak fokus kepada Tuhan yang punya kesembuhan dan mukjizat. Tetapi pada saat Swab yang ke-3 saya benar-benar mengubah cara saya berdoa, “Tuhan saya percaya bahwa Engkau Allah yang sanggup membuat mujizat dalam hidup saya. Saya akan sembuh dan akan segera pulang ke rumah.”
Ketika saya akan melakukan Swab saya katakan kepada suster yang bertugas, berikan saya waktu sebentar, saya mau berdoa kepada Tuhan. Saat saya berdoa saya merasakan ada hadirat Tuhan yang begitu kuat melingkupi saya, saya yakin dan dengan berani saya katakan kepada suster: ”Ayo sus dimulai”. Ketika Swab yang ketiga ini saya tidak merasakan sakit, padahal pada Swab yang pertama hidung saya sempat berdarah, begitu pula Swab yang kedua, hidung saya sampai sakit selama beberapa waktu.
Pada malam harinya tanggal 1 Agustus 2020, dokter berkunjung ke kamar saya, dia langsung mengangkat tangan dan mengatakan: "Mas Kha Wi selamat hasil Swabnya negatif." Spontan saya katakan: "Puji Tuhan!" Saya percaya bahwa Tuhan sanggup melakukannya untuk saya dan saya percaya Tuhan tidak pernah mengecewakan dan meninggalkan saya.
Saya menjalani perawatan di Rumah sakit selama 19 hari, selama diisolasi saya benar-benar sama sekali tidak bertemu dengan keluarga; baik istri ataupun anak, saya hanya bisa melihatnya melalui video call. Seringkali saya menolak untuk video call. Mengapa? Karena setiap kali saya video call dengan anak saya, saya semakin kangen kepada anak-anak maupun istri. Saya semakin ingin cepat pulang dan biasanya setelah saya video call dengan mereka, saya menangis sendirian di Rumah Sakit. Terkadang membuat saya menjadi sedikit pilek.
Tanggal 5 Agustus 2020 saya dinyatakan sembuh dari COVID-19 dan diizinkan pulang dengan syarat masih harus menjalani isolasi mandiri selama 5 hari di hotel. Saya bersyukur boleh melewati semuanya ini, melihat dan merasakan sendiri bahwa penyakit ini memang benar-benar ada. Saya terkesan dengan perjuangan para medis yang tanpa lelah tetap merawat pasien-pasien dengan sabar.
Bersyukur buat hidup yang Tuhan berikan, bersyukur saya boleh ada hari ini, semua karena Tuhan. Tuhan yang telah memberikan saya kekuatan dan mengajarkan kepada saya untuk sepenuhnya mengandalkan dan mencari Tuhan setiap waktu.
Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau teramat baik! Amin.
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala