ADA KUASA KESEMBUHAN DI DALAM YESUS
“Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata:
"Penyakit itu tidak akan membawa kematian,
tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah,
sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”
Yohanes 11:4 TB
Shalom, nama saya Rena Ginting, suami saya Ivan Tarigan dan kami telah dikarunai tiga orang putra. Saya lahir dalam keluarga Kristen, tetapi saya hanya Kristen KTP saja. Melalui kesaksian ini saya ingin membagikan pengalaman rohani saya, yang membawa hidup saya di dalam pengenalan akan Tuhan Yesus secara pribadi. Dari sakit-penyakit inilah, saya dapat mengalami pemulihan dan dapat melayani Tuhan dengan sungguh.
Menurut Global Cancer Observator 2018, penyakit kanker merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian urutan kedua di Indonesia. Bagi kaum wanita penyakit kanker serviks dan payudara adalah penyakit yang menyebabkan kematian di urutan kedua dan ketiga.
Namun oleh karena kemurahan Tuhan, saya kini telah sembuh dari kedua penyakit tersebut. Saya didiagnosa penyakit kanker pertama kali di tahun 2008 yaitu kanker serviks (mulut rahim). Gejalanya waktu itu memang belum begitu saya rasakan karena masih dalam stadium dini atau stadium 2B.
Penyakit kanker kedua yang saya alami adalah kanker payudara, saya temukan pada saat sedang mandi dan merabanya. Saya merasakan seperti ada benjolan, namun benjolan itu terasa berbeda karena agak nyeri. Oleh sebab itu saya memeriksakan diri ke dokter spesialis dan dari hasil pemeriksaan tersebut saya dinyatakan kanker payudara.
Kanker payudara adalah kanker yang paling parah buat saya, karena dari hasil pemeriksaan dokter saat itu sudah harus diambil tindakan untuk mengangkat sel kanker tersebut. Ternyata kanker itu bukan hanya ditemukan di payudara saja, tetapi juga di limpa ketiak dan di leher saya dengan masing-masing ukurannya 7 cm, 11 cm dan 4 cm.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat, harus ada pemeriksaan lebih detail lagi dan pada bagian limpa ketiak juga leher (tiroid) akan dilakukan pemeriksaan ulang. Namun untuk di bagian payudara sudah dipastikan positif. Dokter memberitahukan apabila payudara saya diangkat, maka bagian limpa ketiak pun harus diangkat agar tidak menyebar.
Secara manusia saya mengalami kekuatiran dan ketakutan karena kanker payudara sudah dinyatakan stadium 3, pengobatannya pun sudah tidak bisa lagi dengan obat biasa. Obatnya harus double dengan asetin.
Dalam bayangan saya pengobatan kanker payudara dan limpa ketiak yang harus diangkat membuat saya menjadi stress. Selain itu saya juga harus bolak-balik ke rumah sakit untuk melakukan kemoterapi dan bertemu dengan dokter secara rutin.
Sebagai seorang wanita rambut adalah mahkota, karena itu saya sangat sedih jika saya tidak memiliki rambut lagi dan kepala saya menjadi botak. Saat itu saya merasakan hidup saya hampa seperti tidak ada harapan, yang mengakibatkan saya menjauhkan diri dari teman-teman; bahkan suami, karena saya malu dengan keadaan saya, sehingga saya merasakan kesepian.
Selesai pengobatan di Kuala Lumpur saya kembali pulang ke Medan. Saya masih tidak dapat berdoa, bahkan saat didoakan oleh suami pun hati saya terasa kosong karena saya sudah pasrah dengan hidup saya.
Sejak vonis dokter tersebut saya merasakan pengumulan, bayangan kematian, rasa takut, kuatir dan ragu; apakah pengobatan yang diberikan dapat menyembuhkan saya? Hingga pada suatu titik di mana saya pun tidak ingin melihat anak-anak saya lagi karena berpikir bahwa cepat atau lambat saya akan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya sejak vonis dokter tersebut.
Puji Tuhannya semangat saya kembali tumbuh ketika melihat anak-anak sedang tidur. Malam itu sekitar jam 12, ada keinginan saya untuk melihat wajah anak saya yang sedang tertidur, kebetulan kamar mereka bersebelah dengan kamar saya, maka saya mencoba untuk melihat mereka.
Saat membuka kamar anak saya yang paling besar lampunya masih menyala. Ketika ia melihat saya masuk ia langsung menutupi wajahnya dengan selimut. Saya pun menghampirinya dan dengan perlahan menarik selimutnya. Saya melihat anak saya berlinang air mata seperti habis menangis. Sebagai seorang ibu perasaan saya begitu iba, melihat anak saya yang menangis, namun saya tidak dapat berkata sepatah kata pun.
Saya lalu kembali ke kamar tidur dan melihat suami saya yang sudah tertidur pulas. Saya pun mulai terduduk diam dan merenung, bahwa saya tidak dapat sendiri, saya butuh seseorang. Saya teringat tentang ajaran ibu saya tentang Tuhan Yesus dan apalagi saya juga melayani Tuhan.
Saat itu ada kerinduan untuk dapat berdoa dan itu mulai membangkitkan iman saya. Saya merasakan ada suatu perubahan dalam diri saya dan teringat akan Firman Tuhan dalam Roma 12:12,
“Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!”
Ayat tersebut menjelaskan tentang betapa pentingnya bersukacita dalam pengharapan, bersabar dalam kesesakan, dan bertekun dalam berdoa. Saya merenungkan ayat tersebut, Tuhan mengajar saya untuk tetap bersukacita sekalipun dalam kondisi yang seperti ini.
Sabar dalam kesesakan dan bertekun di dalam doa, saya mulai merasakan ada sesuatu yang berbeda, saya mulai memegang janji Tuhan karena sebelumnya saya merasakan sudah tidak mengandalkan Tuhan lagi, karena sempat berpikir kalau mau mati ya mati sajalah. Apalagi penyakit kanker yang saya derita sudah ada di bagian payudara, ketiak dan leher.
Dokter berkata bahwa kemo yang keempat akan terasa lebih sakit lagi, karena obat yang diberikan akan double dosisnya, termasuk asetin juga. Saya benar-benar membutuhkan kekuatan, bahkan leher saya akan terasa panas seperti bara api ketika meminum obat tersebut.
Saya kembali berobat ke Kuala Lumpur untuk kemo keempat, tapi saat itu saya sadar bahwa saya perlu Tuhan. Saya mulai mengandalkan Tuhan Yesus dan berserah penuh. Saya percaya ketika mulai berserah kepada Tuhan maka rasa takut dan kuatir itu akan hilang.
Saat itu manusia lama saya sudah berubah, saya merasakan perbedaannya. Untuk kali ini sebelum kemo dilakukan, saya melibatkan Tuhan dan mengajak dokter yang menangani saya untuk berdoa dengan saya, sekalipun ia berbeda iman. Saya minta penyertaan dan campur tangan Tuhan.
Puji Tuhan, saya merasakan ketika kemo keempat dapat saya lewati, padahal seharusnya dampak yang dirasakan begitu keras. Meskipun ada rasa sakit, tetapi karena di sini saya melibatkan Tuhan maka Tuhan memampukan saya menjalaninya. Hubungan saya dengan Tuhan dipulihkan, saya mulai dapat berdoa dan memuji Tuhan dengan sungguh hati. Saya belajar percaya meskipun saya belum melihat. Saya belajar berharap penuh kepada Tuhan, karena saya percaya pengharapan yang saya gantungkan kepada Tuhan tidak pernah mengecewakan. Iman saya pun bangkit.
Saya sungguh bersyukur, karena melewati sakit ini saya mulai lebih mengenal Tuhan secara pribadi. Saya bisa lebih memuji Tuhan, belajar main gitar dan lebih banyak waktu bersama Tuhan. Berbeda sebelum sakit, saya lebih asyik dengan kesibukan dunia. Cara pandang saya pun mulai berubah, kini saya mulai dapat lebih bersyukur. Saya sudah lebih banyak berpikir positif, belajar tentang cara berpikir, pola makan dan istirahat, 3 hal itu harus dapat diseimbangkan.
Saat saya mengalami sakit, saya merasakan bahwa segala yang kita miliki seperti tidak berarti lagi, dan tidak dapat kita banggakan. Entah itu jabatan, harta dan kekuasaan karena Tuhan dapat saja mengambilnya dalam waktu yang singkat. Sehingga dalam menghadapi suatu masalah, saya tidak menganggapnya sebagai permasalahan.
Saya sekarang menganggap hidup saya ini seperti komputer, apabila ada hal yang tidak penting saya harus menghilangkannya dari pikiran saya. Karena dengan memikirkan sesuatu yang tidak baik akan menurunkan imun kita. Pola berpikir seperti itulah yang sangat membantu kesembuhan saya.
Selama enam bulan di Kuala Lumpur (Penang) saya melakukan kemoterapi sebanyak 6 kali dan radiasi sebanyak 25 kali. Saat itu juga saya diundang untuk melayani oleh kakak rohani saya, ialah yang selama ini telah mengurus, mendukung dan mempercayakan saya untuk bersaksi di kelompok-kelompok sel pada setiap hari Jumat. Saya diminta untuk membagikan kesaksian dari satu gereja ke gereja lain di Kuala Lumpur.
Saya dipercayai untuk melayani dan memberikan kekuatan bagi orang lain justru ketika saya masih dalam keadaan sakit. Pada waktu itu saya sudah tidak memiliki rambut lagi (botak), namun justrtu momen itulah yang dipakai Tuhan untuk saya menjadi berkat dan menguatkan orang percaya di Kuala lumpur.
Dukungan doa dari teman-teman di gereja, maupun dari hamba-hamba Tuhan terutama ibu Tuty di Kuala Lumpur serta dukungan dari keluarga sungguh sangat berarti dan menguatkan diri saya, terutama pengorbanan suami saya yang mau terus mendampingi saya selama sakit, tidak pernah meninggalkan saya satu hari pun. Bahkan dia rela meninggalkan pekerjaannya hanya untuk merawat saya. Dari situlah saya sadar bahwa saya masih dibutuhkan.
Setelah melewati doa dan kesabaran dari keluarga (suami dan anak-anak), saya kemudian melakukan check up lagi dengan menggunakan suatu alat untuk memeriksa secara detail di limpa ketiak, dan leher selama 7 jam. Atas permintaan suami untuk memeriksa secara keseluruhan bukan hanya bagian payudara saja namun juga di bagian leher dan limpa ketiak juga. Di Kuala Lumpur ada suatu alat yang dapat melihat limpa ketiak hingga ke leher, alat tersebut memeriksa reaksinya selama 7 jam.
Puji Tuhan, dari hasil pemeriksaan tersebut dinyatakan sel cancer belum sampai menyebar ke limpa ketiak dan yang ada di bagian leher pun tidak ganas. Hingga hari ini hasil dari medical check up terakhir sebelum corona (sekitar Februari 2020) semuanya sudah bagus, saya dinyatakan sembuh bahkan rambut saya sudah kembali tumbuh.
Di sinilah saya menyaksikan kuasa Tuhan sungguh nyata, seperti yang dinyatakan dalam Yohanes 11:4 bahwa:
“penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.”
Semakin hari saya semakin dikuatkan, dan saya pun semakin rajin membaca Alkitab. Mujizat Tuhan itu nyata dan tetap ada sampai hari ini, pengharapan di dalam Tuhan tidak pernah mengecewakan. Tuhan Yesus dapat mengubah permasalahan hidup kita menjadi kesaksian yang membawa kita kepada kemenangan. Terima kasih Tuhan Yesus atas Mujizat-Mu yang terjadi dalam hidup saya. Amin.