Kesaksian
“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.
1 Korintus 10:13
Perkenalkan nama saya Jhoonny, Saya lahir dari keluarga brokenhome. Sejak SMA saya hidup dalam pergaulan yang buruk...
“Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.
1 Korintus 10:13
Perkenalkan nama saya Jhoonny, Saya lahir dari keluarga brokenhome. Sejak SMA saya hidup dalam pergaulan yang buruk memakai obat-obat terlarang, balap liar, main perempuan dan diskotik. Saya terikat dan jatuh bangun di dalam dosa. Berhenti bila tidak mempunyai uang saja. Untuk mendapatkan uang, saya menjadi pengedar.
Dalam pasang-surut kehidupan saya, pada suatu retreat saya akhirnya berjumpa dengan Kristus di bulan Mei 2006 yang diajak oleh saudara jauh. Namun pada saat itu saya masih merokok dan minum-minuman keras. Tepatnya bulan Desember 2006 saya berhenti dari kebiasaan buruk dan akhirnya dibaptis. Hidup saya mulai berubah dengan kasih mula-mula kepada Tuhan dan aktif melayani di tahun 2007.
Setahun kemudian saya menikah dengan Liliwati, seorang gadis cantik yang saya kenal pada saat retreat. Keterbatasan keuangan membuat kami harus menumpang di rumah adik ipar selama 7 tahun. Di usia pernikahan yang sudah mencapai 10 tahun dan belum juga mempunyai keturunan menjadi salah satu konflik bagi kami padahal istri saya sudah mencoba mengikuti program kehamilan namun belum juga berhasil.
Saat perintisan usaha sebagai distributor perdagangan alat-alat rumah tangga, mengharuskan saya sering pergi keluar kota. Bagi sesama sales dan orang toko, entertainment sering dilakukan dalam bersosialisasi. Awalnya saya hanya ikut-ikutan saja dan tidak melakukan sesuatu yang melampaui batas.
Akhirnya usaha kami pun diberkati Tuhan hingga kami dapat membeli rumah sendiri. Setelah berunding dengan istri, kami menunjuk saudara istri untuk menjadi kontraktornya sekaligus ingin membantu usahanya. Namun saya sungguh kecewa ketika mendengar uang yang diberi sudah habis sementara pekerjaannya belum selesai. Saya seringkali menyalahkan istri dengan berkata “gue mau bantu keluarga loe malahan keluarga elo buat seperti ini.” Masalah ini menjadi salah satu pemicu juga dalam konflik rumah tangga kami. Saya selalu menyelesaikan masalah dengan cara sendiri sehingga masalah kecil menjadi besar.
Saat itu saya seperti orang yang kurang berhikmat karena tidak adanya mentor. Saya mencoba melupakan masalah itu dengan mencari kesenangan tetapi kesenangan yang semu. Sebenarnya pada saat itu yang saya butuhkan adalah orang yang dapat menjadi pendengar. Namun saya share pada teman yang salah. Saya berpikir teman saya ini begitu perhatian dan baik, dapat menyelesaikan dan membantu masalah saya.
Dia berkata, “Ya sudahlah kamu cobain ini saja ini biar kita sama-sama enak, sama-sama fly ya sudah kamu lupain dulu masalah kamu sementara.” Dari iseng-iseng sehingga terikat juga. Saya kembali jatuh dalam narkoba dan menjadi ketergantungan, saya mulai jarang pulang dan ribut terus dengan keluarga.
Kejatuhan saya ketika saya tidak lagi ikut COOL. Komunitas di dalam COOL sangat penting agar kita tidak merasa sendiri dan tetap terjaga. Karena di COOL kita dapat sharing dua arah saling membangun tetapi kalau di gereja hanya datang dan pulang sudah menjadi suatu rutinitas.
Selama 5 tahun, saya hidup di dalam kepura-puraan, Tidak ada seorang pun yang tahu; bahkan istri saya pun tidak tahu. Saat itu saya sudah terlibat dalam pelayanan-pelayanan di Medan Fair dari seorang diaken naik menjadi koordinator Ibadah. Semakin tinggi kepercayaan yang Tuhan beri ternyata ujiannya juga semakin besar. Saya menjadi lupa diri dan terlena karena saya merasa sudah menjadi seorang pelayan Tuhan.
Saya merasa sudah kebal terhadap dosa, orang dapat berpikir saya adalah orang yang hebat dan hidup dalam kebenaran. Kehidupan saya menjadi semakin terpuruk dengan jatuh di dalam dosa yang tersembunyi. Saya melayani di atas mimbar bahkan pada event-event besar seperti Paskah.
Puncaknya pada Paskah tahun 2015, saat itu gereja saya dipercaya menjadi panitia di Rayon 4. Pada posisi tersebut saya merasa tidak tahan ketika pujian penyembahan dinaikkan. Saya seperti telah menyalibkan Tuhan Yesus kembali, saya merasa sangat tidak layak.
Saya teringat ayat bahwa dosa yang diakui adalah dosa yang diampuni. Ada tertulis pada Mazmur 32:5, “Dosaku kuberitahukan kepada-Mu dan kesalahanku tidaklah kusembunyikan; aku berkata: “Aku akan mengaku kepada TUHAN pelanggaran-pelanggaranku,” dan Engkau mengampuni kesalahan karena dosaku.”
“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.” (1 Yohanes 1:9)
Tuhan seperti berbicara kepada saya secara pribadi, “sampai kapan engkau masih bersandiwara seperti ini?” Suara-Nya semakin lama semakin kuat sehingga saya tidak tahan lagi. Saya harus mengosongkan diri sekaligus mempermalukan diri karena tidak ada jalan lain lagi selain dengan cara yang harus saya lalui ini. Saya merasa harus membuka dan mengakui tentang dosa-dosa ini.
Ujian terberat bagi saya ketika mengakui dosa itu, karena untuk memberi pengakuan itu tidak mudah, ada perasaan takut ditolak dan malu. Saya harus berperang dengan diri saya sendiri. Saya berdoa agar Tuhan dapat memampukan dan memberi saya kekuatan.
Dengan kekuatan dan kerendahan hati saya pun mengambil keputusan dengan mengakui di depan istri, mama dan kakak ipar sekaligus pemimpin saya. Puji Tuhan, tidak ada seorang pun dari mereka yang menghakimi saya bahkan istri sama sekali tidak marah. Namun saya harus tetap menerima konsekuensinya saat istri dan mama sepakat untuk memasukkan saya ke panti rehabilitasi pemulihan bagi pecandu narkoba yang berada di Sibolangit Centre.
Pagi hari saya dijemput untuk dimasukkan ke panti rehabilitasi. Saat itu kaki saya sampai harus dirantai besi seperti penjahat. Selama 7 bulan saya berada di panti. Sebagai manusia ada pikiran yang menghantui saya dengan merasa tidak ada lagi harapan, apakah istri masih mau menerima saya atau bagaimana? Hidup terasa penuh dengan kebimbangan dan ketidakpastian. Namun semua itu saya serahkan di dalam doa dan pertolongan dari Tuhan, yang menyembuhkan saya hanyalah kuasa Tuhan Yesus Kristus yang mengirimkan orang-orang mengasihi saya termasuk istri, kakak ipar, teman sepelayanan dan banyak orang-orang di sekeliling saya yang terus mendoakan.
Tujuh bulan berlalu di bulan Desember 2015, keluar dari panti rehabilitasi saya merasa seperti seorang anak yang hilang. Ketika itu saya keluar masih memakai seragam panti. Namun istri saya menyambut saya dari kejauhan dengan senyuman dan menghampiri saya seakan memberikan kasut dan cincin. Puji Tuhan, saya dapat melewati ini semua karena Tuhan. Saat ini kami melayani di Tabernakel of David dengan posisi sebagai diaken. Rehabiltasi itu adalah hanya alat untuk penyembuhan secara luarnya saja, tetapi untuk di dalam diri tetap, kita tetap butuh Tuhan karena tanpa Tuhan kita akan dapat jatuh kembali.
Ujian terberat bukan saat kita berada di dalam rehabilitasi, justru ketika keluar dari rehabilitasi banyak teman-teman yang menawarkan kembali obat-obat terlarang itu. Kunci utama kita tetap bersandar pada Tuhan, bertekad berkata tidak dan berkomitmen tidak melakukan dosa lagi. Perbaiki hubungan suami-istri dengan mengajak pendamping kemana pun kita pergi.
Puji Tuhan, akhirya kami mendapatkan hadiah dari Tuhan dengan kehadiran seorang anak yang selama ini kami nantikan. Selain itu kami mendapatkan berkat supranatural yang tidak pernah dipikirkan sebelumnya. Kami yang mempunyai usaha online penjualan emas dalam marketplace, tiba-tiba ada transaksi di luar kewajaran. Saat itu harga emas hanya 300 ribu/gram namun saya dapat menjualnya dengan harga sekitar 500-600 ribu/gram namun orang tetap mau beli dan bila dijumlahkan bisa terjual hingga 1 kg. Itu terjadi selama 6 bulan.
Tuhan tidak pernah berhutang, berkat Tuhan sering datang tanpa diundang. Yang jelas apa yang belum pernah kita lihat, dengar atau pikirkan ternyata sudah disediakan oleh Allah bagi yang dikasihinya. Tuhan punya banyak cara untuk memberkati kita. Yang namanya berkat atau rejeki dari sorga biasanya tidak pernah salah alamat dan datang pada waktu yang tepat. Seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.” (1 Korintus 2:9)
Apakah Kebangkitatn Yesus Hoax
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
YesusTeladanIntegritasdalamPerbuatan.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala