Renungan Khusus
Kejatuhan dalam dosa telah membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah, yang berdampak luas kepada kehidupan di muka bumi. Kesulitan menjadi bagian yang tidak terelakkan dalam kehidupan ini. Yesus bahkan memberitahukan murid-murid-Nya bahwa hidup orang Kristen tidak bebas dari penganiayaan.
“Semua ini kukatakan kepadamu, supay...
Kejatuhan dalam dosa telah membuat manusia kehilangan kemuliaan Allah, yang berdampak luas kepada kehidupan di muka bumi. Kesulitan menjadi bagian yang tidak terelakkan dalam kehidupan ini. Yesus bahkan memberitahukan murid-murid-Nya bahwa hidup orang Kristen tidak bebas dari penganiayaan. “Semua ini kukatakan kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." Di sisi lain, Iblis ingin menghancurkan kehidupan orang percaya lewat pelbagai kesengsaraan, seperti: sakit penyakit, perasaan ditolak, kesulitan keuangan, kehilangan orang yang dicintai, dan masih banyak lagi. Alkitab menggambarkan Iblis “berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya.” (1 Petrus 5:8) Semua hal ini pada umumnya sering disebut orang sebagai ‘Pencobaan’. Pencobaan sangat identik dengan kondisi yang tidak mengenakkan. Bahkan seringkali, dengan adanya pencobaan, tidak sedikit anak-anak Tuhan yang marah kepada Tuhan. Mereka menganggap Tuhan itu jahat dengan membiarkan mereka masuk ke dalam kesengsaraan. Bahkan mungkin ada yang mulai tidak percaya bahwa Tuhan itu tidak semaha-kuasa yang dikatakan Alkitab. Kalau Tuhan berkuasa, mengapa pencobaan ini tidak bisa dihilangkan atau segera dikalahkan? Sering sekali kita mendengar orang berkata apabila mengalami pencobaan, yang penting respon kita harus benar. Jangan sampai salah meresponi atau menanggapinya. Pencobaan akan menghasilkan akhir yang baik atau buruk itu semua tergantung dari respon kita. Kata ‘pencobaan’ di dalam Alkitab Perjanjian Baru berasal dari kata dasar Yunani, "peirazō", yang mempunyai dua makna, yaitu: ‘godaan’ (temptation) atau ‘ujian’ (trial/test); ujian bertujuan untuk memastikan apakah sesuatu itu memenuhi kualitas tertentu. Jadi, untuk dapat meresponi pencobaan dengan benar dan keluar sebagai pemenang di Tahun Paradigma yang Baru ini, kita perlu bisa membedakan apa itu tujuan dan sumber dari pencobaan yang kita alami. TIGA JENIS PENCOBAAN Pencobaan untuk Menguji dan Memurnikan “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.” Demikian juga dengan Abraham yang diuji untuk mengorbankan Ishak, anaknya yang tunggal dan yang sangat ia kasihi. Abraham hanya dapat mengalami ‘Tuhan menyediakan’ setelah ia lulus dalam ujian ini. (Kejadian 22:14) “Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apapun.” “Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita.” Jadi, respon kita adalah tetap mengucap syukur dengan tetap mempertahankan pengharapan kepada Allah, bukan yang lain. Ucapan syukur ini lahir dari hati yang melekat kepada Tuhan dan percaya bahwa “pengharapan tidak mengecewakan”. Sesungguhnya ujian yang lebih berat terjadi ketika orang diberikan kesuksesan dan berkat oleh Tuhan, seperti dalam kisah Salomo. Dalam kondisi diberkati dengan limpah, apakah mata kita tetap tertuju kepada Sang Pemberi Berkat? Apakah Tuhan tetap menjadi kesukaan kita di atas segalanya? Pencobaan untuk Menggoda Manusia Keluar dari Hukum Tuhan “Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut.” Pencobaan dengan tujuan menggoda juga dapat berasal dari Iblis, seperti yang dialami Yesus di padang gurun ketiba Ia “dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis.” (Matius 4:1-2) Bagaimana respon kita apabila mengalami pencobaan seperti ini? Responi dengan berbalik kepada Allah, lewat pertobatan dan kehidupan baru sebagai manusia rohani, dan juga lawan dan perangi Iblis yang mencoba mengambil keuntungan dari pencobaan ini. Dalam menghadapi cobaan ini, sumber kemenangan kita adalah Yesus, yang “karena Ia sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang dicobai.” (Ibrani 2:18) Pencobaan untuk Menegur Manusia “Dan sudah lupakah kamu akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: "Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang.” “Tuhan berbisik dalam kesukaan kita, berbicara dalam kesadaraan kita, Imam Zakharia sempat ditegur Tuhan karena ketidakpercayaannya dan menjadi bisu. Namun pencobaan ini tidak membuat Zakharia keluar dari rencana Tuhan. Saat tiba waktunya, Ia taat melakukan apa yang diperintahkan Tuhan kepadanya, yaitu menamai anaknya ‘Yohanes’ (Lukas 1:20, 63). Zakharia dipulihkan Tuhan, bahkan dipenuhi Roh Kudus untuk menubuatkan keselamatan dalam Kristus. (Lukas 1:67-80) Bagaimana seharusnya respon kita terhadap pencobaan jenis ini? Pada akhirnya, respon kita terhadap pencobaan bukan bergantung terutama pada kemampuan kita, melainkan pada kesetiaan Allah. Karena kesetiaan-Nya, pencobaan tidak akan “melampaui kekuatanmu”; Ia akan selalu “memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya” (1 Korintus 10:13). Jadilah pemenang dalam segala pencobaan kita! (RL) “Saya tidak pernah mengalami pencobaan yang saya ingini,
Artikel
UJIAN, GODAAN DAN TEGURAN
(Yohanes 16:33)
Ada tiga jenis pencobaan dengan tujuan berbeda yang bisa terjadi dalam kehidupan orang percaya:
Tuhan mengizinkan pencobaan yang seperti ini terjadi atas manusia. Ada ‘sidik jari’ Tuhan di dalamnya. Orang-orang saleh dalam Alkitab mengalami ujian dan pemurnian dalam hidupnya.
Ayub, yang merasa telah ‘mengenal’ Tuhan lewat kehidupan yang diberkati, kemudian dimurnikan oleh Tuhan lewat pencobaan, sehingga pada akhirnya ia dapat berkata,
(Ayub 42:5)
Bagaimana respon kita apabila menghadapi pencobaan yang seperti ini? Alkitab berkata:
(Yakobus 1:2-4)
(Roma 5:3-5)
Pencobaan yang seperti ini berasal dari keinginan manusia sendiri yang melawan hukum Tuhan, seperti yang dikatakan Alkitab:
(Yakobus 1:13-15)
Tuhan selalu ingin membawa anak-anak-Nya ke jalan yang benar. Untuk itu, Tuhan perlu menegur dan menghajar anak-anak-Nya lewat pencobaan yang tidak mengenakkan, seperti yang dikatakan Alkitab:
(Ibrani 12:5-8)
berteriak dalam penderitaan kita.”
C.S. Lewis, Mere Christianity
Pertama, sadarilah bahwa hajaran itu menandakan bahwa kita dikasihi oleh Tuhan. (Wahyu 3:19)
Kedua, biarlah dukacita yang terjadi karena hajaran Allah berujung kepada pertobatan dan menghasilkan buah kebenaran. (2 Korintus 7:10; Ibrani 12:11)
tetapi saya tidak pernah mengalami pencobaan yang tidak saya syukuri setelah mengalaminya”
Jack F. Hyles.
Kesaksian
“Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,
demikianlah firman TUHAN,
yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Yeremia 29:11
Perkenalkan nama saya Beta Oktalia, saya tumbuh dari keluarga yang berlatar belakang kepercayaan lain. Sejak usia lima tahun, hampir setiap hari saya melihat orang tua saya selal...
“Sebab Aku ini mengetahui
rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,
demikianlah firman TUHAN,
yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
Yeremia 29:11
Perkenalkan nama saya Beta Oktalia, saya tumbuh dari keluarga yang berlatar belakang kepercayaan lain. Sejak usia lima tahun, hampir setiap hari saya melihat orang tua saya selalu bertengkar. Sehari-hari papa suka bermain judi, menjalani kehidupan malam, dan menjadi bandar togel. Hal itulah yang memicu keributan kedua orang tua kami. Ketika bertengkar, mama seringkali mencoba untuk bunuh diri di depan kami anak-anaknya dengan berbagai cara, seperti: minum obat nyamuk, senjata tajam, juga mengkonsumsi puluhan obat tidur. Puji Tuhan, mama masih diberikan Tuhan kesempatan untuk hidup.
Saat saya dan adik masih SD dan kakak SMP, orang tua kami bertengkar dan mama minum puluhan butir obat penenang. Akibatnya mama terkapar tidak sadarkan diri. Kakak saya segera memanggil taksi dan minta tolong papa untuk mengangkat mama ke dalam taksi, namun dengan santainya papa berkata: “Mama loe kan mau mati, biarin aja biar dia mati.” Hal ini membuat kami sangat kecewa dan timbul kebencian terhadap papa. Kami akhirnya minta bantuan tetangga untuk membawa mama ke rumah sakit. Sebagai anak kecil kami hanya dapat menangis dan menunggu mama di luar ruang IGD.
Semenjak kecil kami harus mengurus diri sendiri di saat mama diopname di rumah sakit. Ketika saya menangis, kakak saya berkata: ”Jangan sedih, kita jangan menangis lagi, kita harus belajar sungguh-sungguh supaya bisa jadi orang pintar dan sukses. Kalau kita sudah besar dan sukses, nanti kita bunuh papa.” Hal inilah yang membuat kakak dan adik saya berprestasi di sekolah. Tekad kami bila sudah besar nanti, kami dapat membalas dendam dengan menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh papa, karena sedalam itulah rasa benci kami kepada papa.
Saya berpikir keluarga kami sudah hancur, saya sudah tidak mempunyai masa depan, bahkan berkali-kali saya hampir tidak naik kelas. Namun, suatu hari kami diajak tante ke gereja, sejak itu kami mulai mengenal nama Yesus dan ikut sekokah minggu. Singkat cerita, mama dan papa pun berhasil kami ajak ke gereja.
Puji Tuhan, saat altarcall orang tua kami dijamah oleh Tuhan, sejak saat itu hubungan kami perlahan-lahan dipulihkan Tuhan. Papa yang tadinya sangat keras, diubah oleh Tuhan menjadi seorang suami dan papa yang sangat baik untuk keluarganya, bahkan Tuhan memanggil papa untuk melayani-Nya menjadi seorang pendeta. Puji Tuhan, sampai sekarang kami sekeluarga melayani Tuhan dan sudah dapat memaafkan papa. Saya sendiri aktif melayani sebagai Ka. Dept. SM dan JC di GBI. Kebon Jeruk. Kalau bukan karena Tuhan hal ini tidak mungkin terjadi.
Pendidikan dan hidup saya mulai berubah ketika mengenal Tuhan Yesus, saya sebelumnya seorang yang tidak mempunyai masa depan, sering kali hampir tidak naik kelas, namun janji Tuhan dalam Yeremia 29:11, “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu. Demikianlah Firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.” sampai hari ini saya imani. Saya dapat menyelesaikan kuliah dengan cumlaude serta dapat melanjutkan S2 sebagai lulusan terbaik, saya percaya ini semua bukan karena kuat dan gagah saya namun karena anugerah Tuhan.
Saya percaya bahwa ketika kita sungguh-sungguh dalam Tuhan, maka Tuhan tidak akan main-main dengan masa depan kita. Jikalau Tuhan dapat memulihkan hidup dan keluarga saya yang sangat berantakan, Tuhan yang sama juga yang mampu memulihkan kita semua bila kita mau bersandar dan percaya pada Tuhan. Saya percaya, tidak ada kondisi yang terlalu sulit untuk Tuhan ubahkan, dan tidak ada masa lalu yang terlalu buruk untuk Tuhan pulihan.
Sejak mengenal Tuhan saya mulai belajar untuk taat dan mendengarkan suara Tuhan, akhirnya Tuhan mempertemukan dengan jodoh saya dan menikah dengan Thomas. Tiga tahun menikah kami begitu bahagia dan merasakan penyertaan Tuhan yang sempurna dalam pernikahan kami.
Pada suatu hari saya mengandung anak pertama, namun pada usia kehamilan 7 minggu, saya keguguran. Selang 6 bulan kemudian saya mengandung kembali, namun pada usia kehamilan 5 minggu saya kembali keguguran. Pada keguguran yang kedua kalinya, hati saya sangat hancur dan hanya Tuhan yang benar-benar mengerti perasaan hancur hati saya. Di dalam kelemahan, saya mendapat satu ayat Firman Tuhan di dalam Yohanes 13:7,
“Jawab Yesus, kepadanya: “Apa yang kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengerti kelak.”
Ayat ini menguatkan saya untuk melalui masa yang berat ini. Saya menyadari bahwa mengikut Tuhan bukan berarti tidak ada pergumulan atau masalah. Namun, ketika mengalami pengumulan akan selalu ada Tuhan Yesus yang memahami, menemani dan menguatkan, serta ada kepastian di dalamnya.
Pada tanggal 2 April 2020, pukul 4.30 pagi, suami saya terbangun. Tuhan berbicara kepada suami saya bahwa suatu hari nanti Tuhan akan memberikan kami seorang anak laki-laki yang akan dikhususkan untuk Tuhan dan ia akan diberi nama “Zefanya”. Pernyataan tersebut kami simpan di dalam hati dan terus kami doakan.
Pada saat kehamilan anak ketiga, kami sudah mengetahui sebelum pemeriksaan di USG bahwa anak kami adalah laki-laki. Secara pribadi perjalanan kehamilan saya tidak mudah, karena sejak bulan pertama hingga saya melahirkan Zefanya, saya merasakan mual yang begitu luar biasa, sakit kepala, sakit gigi, sakit punggung, dan selalu menggigil kedinginan. Saya melewati hari demi hari dengan penuh perjuangan, tetapi saya tetap merasa bahagia, karena adanya bayi mungil yang sedang tumbuh di rahim saya. Yang menguatkan saya adalah setelah 9 bulan nanti kami akan mendapatkan anak yang telah lama dinantikan.
Saat usia kandungan 8 minggu, sempat terjadi pendarahan yang banyak sekali. Kami sempat kuatir, namun Puji Tuhan, setelah di USG hasilnya bagus dan bayinya tetap sehat. Hingga pada akhirnya di usia kandungan 30 minggu, saya mengalami kontraksi seperti mau melahirkan.
Kami tetap mempertahankan kandungan agar dapat lahir cukup usia, akhirnya saya harus diopname dan diberi obat penahan kontraksi dalam dosis yang tinggi. Dokter juga menyuntikan untuk pematangan paru-paru bayi sampai 4 kali. Ada dua pilihan, yang pertama bayi dilahirkan atau yang kedua saya diberi obat dalam dosis tinggi yang berdampak kepada fisik saya. Setelah pilihan itu ditawarkan, otomatis saya memilih untuk tetap mempertahankan bayi dalam kandungan, sekalipun efek obat yang diberikan selama opname membuat jantung saya berdebar sangat kuat dan sakit kontraksi yang terus naik turun.
Pada akhirnya di usia kandungan 31 minggu, saya mengalami kontraksi begitu hebatnya sampai kondisi saya sangat beresiko. Suami dan keluarga sangat kuatir dengan kondisi saya, sampai akhirnya membujuk saya untuk dapat melahirkan saja. Namun dalam kondisi seperti itu saya tetap bersikeras tidak mau. Tetapi karena kondisi saya sangat beresiko, akhirnya suami saya memutuskan saya harus operasi karena dia berkata bahwa jika harus memilih antara saya dan anak kami, maka dia lebih memilih saya yang selamat. Dalam keadaan itu saya banyak mendapat dukungan doa dari keluarga serta teman-teman sepelayanan yang mengetahui keadaan saya.
Puji Tuhan, selesai operasi saya masih diberikan hidup oleh Tuhan sampai hari ini. Setelah selesai operasi dan saya dibawa ke kamar opname untuk pemulihan, tiba-tiba untuk pertama kalinya saya mendapat penglihatan. Awalnya saya melihat ada sekitar 8 malaikat berdiri mengelilingi saya, seperti pengawal yang sedang berjaga-jaga. Saya merasakan penuh kedamaian. Namun sekitar 10 menit kemudian, tiba-tiba saya melihat seluruh ruangan saya penuh berdesakan dengan puluhan malaikat. Lalu yang mengejutkan, tiba-tiba Tuhan Yesus datang menghampiri saya. Saya melihat Tuhan Yesus mengenakan jubah putih, namun saya tidak dapat melihat wajah-Nya yang diliputi dengan kemuliaan. Ketika berjumpa dengan Tuhan Yesus, saya merasa sebagai manusia berdosa yang tidak layak. Namun, Tuhan menyampaikan kepada saya bahwa Ia sangat mengasihi saya. Dan perkataan ini diulang dua kali oleh Tuhan Yesus bahwa Ia sangat mengasihi saya. Seketika, saya merasakan kedamaian dan kasih yang luar biasa memenuhi kehidupan saya. Tuhan juga taruh di dalam hati saya bahwa Dia akan selalu menjaga saya. Penglihatan ini menguatkan saya untuk terus kuat menjalani setiap badai.
Tanggal 1 Febuari 2022 anak saya lahir dengan kondisi prematur di usia 7 bulan. Sebagai seorang ibu ada perasaan yang sedih sekali karena sejak melahirkan Zefanya, saya tidak bisa memeluknya karena harus langsung masuk NICU. Hancur hati saya ketika melihat bayi sekecil itu harus menjalani perawatan, menggunakan ventilator, transfusi darah dan tubuhnya ditusuk jarum medis sampai meninggalkan bekas biru dimana-mana.
Setiap hari saya dan suami hanya dapat berdoa. Rasanya tidak tega melihat Zefanya harus berjuang di NICU dengan kesakitan. Rasanya saya ingin sekali bertukar posisi dengan Zefanya menggantikan penderitaannya selama di NICU. Saya sangat sedih karena sebagai orang tua saya tidak mampu berbuat apa-apa untuk meringankan penderitaannya.
Pada akhirnya tanggal 12 Febuari 2022, kami dikabari oleh dokter bahwa Zefanya kritis. Kami pun langsung menuju ke RS, kami melihat Zefanya sedang diberi pertolongan pertama dengan CPR. Saya merasakan dunia seperti hancur, saat dokter berkata: “Relakan saja ya?” Lalu suami saya bertanya: “Mau dimakamkan di mana?” Rasanya saya seperti bermimpi di siang bolong, belum bisa menerima apabila Zefanya dikatakan meninggal.
Sampai saya melihat mulut Zefanya sudah mengeluarkan darah dan kesakitan. Akhirnya saya sampaikan kepada dokter: “Ya sudah dok, tidak usah di CPR lagi, tidak apa-apa Zefanya pergi. Kasihan dia kesakitan.” Akhirnya Zefanya menghembuskan napas terakhirnya.
Saat itulah saya hampir pingsan karena shock dan HB saya masih rendah pasca operasi. Ingin mati rasanya karena sedih ditinggal Zefanya. Kehilangan Zefanya merupakan hal yang sangat berat bagi kami. Kami benar-benar merasakan berada di titik terendah dalam hidup. Untuk pertama kalinya dalam hidup saya, saya benar-benar takut jadi gila. Apa yang selama ini diharapkan, ditunggu-tunggu dan didoakan setiap hari, tiba-tiba harus pergi. Selama di rumah duka, suami saya selalu menguatkan saya karena hal ini menjadi ujian yang terberat buat kami berdua. Mengalami dua kali keguguran dan satu kali kehilangan memang berat rasanya karena anak inilah yang kami harapkan.
Saat semua mimpi dan kebahagiaan diambil, kami diingatkan agar kita tetap bisa bersyukur kepada Tuhan dan memberi korban syukur ketika keadaan kita sedang tidak baik-baik. Sampai hari ini secara manusia kami masih bersedih, tetapi kami percaya bahwa Tuhan tidak pernah berhenti bekerja atas kehidupan keluarga kami. Meskipun banyak badai yang kami lalui, namun penyertaan Tuhan sempurna atas hidup kami. Memang berat rasanya, namun kami tetap bersyukur karena kami mempunyai Tuhan yang luar biasa. Tuhan yang selalu menguatkan dan selalu ada dalam setiap musim kehidupan.
Kami percaya bahwa Tuhan yang kami sembah adalah Tuhan yang tidak pernah ingkar janji, tidak pernah gagal dan tidak pernah mengecewakan. Saya pernah mendengar khotbah dari satu hamba Tuhan yang mengatakan, “Kemenangan itu bukan ketika masalah berlalu dari hidup kita, tetapi kemenangan adalah ketika masalah itu tidak bisa menghentikan kita untuk terus bertumbuh dan maju terus di dalam Tuhan.”
Mungkin saat ini kita sedang mengalami badai kehidupan yang kita tidak pahami, namun tugas kita sebagai anak Tuhan memang bukan untuk mengerti setiap rencana-Nya, namun tugas kita adalah untuk tetap percaya sekalipun di tengah badai. Saya belajar bahwa kalau kita ingin mendapatkan mujizat Tuhan dan melihat janji Tuhan tergenapi dalam hidup kita, maka kita tidak boleh percaya setengah-setengah, harus percaya penuh kepada Tuhan. Ketika kita membaca Alkitab, kita dapat melihat bahwa dari Kejadian sampai dengan Wahyu, semua hamba-hamba Tuhan yang mengalami mujizat Tuhan dan mengalami penggenapan janji Tuhan adalah orang-orang yang percaya Tuhan sungguh-sungguh.
Dalam hidup ini, seringkali Tuhan mengijinkan kita melewati prosesnya terlebih dahulu agar kita dapat semakin melihat kebesaran dan karya Tuhan dalam kisah hidup kita. Teruslah bersabar, beriman dan memegang janji Tuhan. Tuhan Yesus memberkati.
Hidup Kudus? Mungkinkah?
Simak materi tersebut selengkapnya pada link berikut ini:
https://hmministry.id/userfiles/vopArticle/
HidupKudusMungkinkah.pdf
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala