Kesaksian
“Bersukacitalah dalam pengharapan,
sabarlah dalam kesesakan,
dan bertekunlah dalam doa!”
Roma 12:12
Shalom,
Nama saya Rudy Agung Ristanto melayani di GBI Trans, dan menjadi pengurus COOL di Rayon 2 Bandung.
Saya ingin menyaksikan tentang pertolongan dan mujizat Tuhan yang luar biasa di dalam keluarga saya. Saya memiliki 2 orang anak, yang pertama bernama Naftali dan yang kedua bernama Yefta. Yang ingi...
“Bersukacitalah dalam pengharapan,
sabarlah dalam kesesakan,
dan bertekunlah dalam doa!”
Roma 12:12
Shalom,
Nama saya Rudy Agung Ristanto melayani di GBI Trans, dan menjadi pengurus COOL di Rayon 2 Bandung.
Saya ingin menyaksikan tentang pertolongan dan mujizat Tuhan yang luar biasa di dalam keluarga saya. Saya memiliki 2 orang anak, yang pertama bernama Naftali dan yang kedua bernama Yefta. Yang ingin saya saksikan adalah mujizat yang dialami oleh Yefta yang mengalami sakit pada bulan November 2017. Saat itu Yefta masih duduk di kelas 3 SMP dan akan masuk masa ujian di sekolahnya, namun tiba-tiba saja saat itu Yefta mengalami otot lemas pada tangannya.
Saya memutuskan untuk memeriksakan Yefta ke dokter. Dokter mengatakan Yefta hanya kelelahan dan memberikannya vitamin. Namun kesemutan itu tidak juga reda, bahkan kemudian bukan hanya di tangan, tetapi menjalar ke kaki sampai keseluruh tubuh dan berlangsung selama 1 minggu lamanya. Saat itu saya hanya berpikir mungkin karena kedinginan sehabis berenang dan naik ojek onlne.
Kemudian saya membawa dia berobat ke dokter yang lain untuk pengecekan lebih lanjut. Setelah dokter melihat kondisi Yefta, beliau menjelaskan dengan memperlihatkan keterangan yang ada di HP dokter tersebut, bahwa penyakit yang dialami anak saya adalah GBS (Guillain Barre Syndrome), yaitu sejenis auto imun. Ketika saya membaca mengenai penyakit ini saya merasa kaki saya lemas, sedih, takut dan kuatir dengan masa depan anak saya. Dengan hari-hari yang akan dia lalui. Istri saya yang juga ikut membaca penjelasan tersebut hanya terdiam dan bingung.
Dokter menyampaikan kepada kami bahwa kami terlambat membawa anak kami berobat, seharusnya kami membawa Yefta seminggu yang lalu. Dokter menjelaskan bahwa untuk 1 minggu ke depan anak kami Yefta akan mengalami kelumpuhan, akan dimulai dari telapak kaki, ke bagian lutut, lalu kepaha sampai ke atas yaitu bagian tangan. GBS adalah penyakit di mana imun tubuh yang seharusnya menjadi pelindung malah menyerang sistem saraf tubuh atau bahasa kedokterannya adalah auto imun. Mendengar penjelasan dokter tersebut, kami sangat sedih dengan apa yang menimpa anak kami.
Dokter memberitahukan mengenai proses perawatan tersebut di mana darah Yefta dan sumsum tulang belakangnya akan diambil untuk diobservasi. Dokter juga menyampaikan mengenai besarnya biaya pengobatan yang harus kami siapkan berkisar antara 400-500 juta rupiah dan pengobatan akan terus berlanjut. Mendengar apa yang dikatakan oleh dokter, kami berdua langsung lemas, dari mana kami bisa mendapatkan uang sebanyak itu?
Dalam perjalanan pulang, saya, istri dan kedua anak kami merasa sangat tidak berdaya, kami hanya bisa menangis dan berdoa, bahkan setibanya kami di rumah semalam-malaman kami hanya bisa menangis serta berharap kepada Tuhan.
Apa yang dikatakan oleh dokter mengenai apa yang akan dialami Yefta benar terjadi. Tidak berapa lama, Yefta mulai tidak kuat berjalan dan tidak lama kemudian ia tidak bisa berjalan sama sekali karena kelumpuhan itu sudah sampai ke tubuh bagian atas. Untuk memegang atau menggenggam pensil saja sudah tidak bisa. Bahkan Yefta menyampaikan kepada saya kalau dia sudah mulai sulit untuk bernapas. Sampai pada di satu titik anak saya benar-benar hanya bisa berbaring saja, untuk balik badan kiri ataupun kanan sudah tidak bisa.
Hampir setiap hari saya urapi Yefta, mengajaknya untuk berdoa. Saya pun mencari lebih banyak informasi mengenai penyakit GBS ini, dijelaskan bahwa kalau sudah sampai menyerang pernapasan dan tidak di beri alat bantu pernapasan/ventilator, penderita bisa meninggal. Penjelasan lain yang saya peroleh adalah kalaupun sembuh, kondisinya tidak akan sempurna seperti sedia kala, akan ada bagian tubuh yang lumpuh dan dibutuhkan terapi rutin hingga 2 tahun.
Dari kejadian ini, kami sekeluarga terus berdoa dan minta mujizat dari Tuhan Yesus. Saya teringat Firman Tuhan di dalam Matius 17:20 berkata bahwa sekiranya kita punya iman sebesar biji sesawi saja, maka kita dapat memindahkan gunung. Dalam keadaan seperti ini ada pertanyaan yang timbul di dalam hati saya kepada Tuhan, mengapa bisa seperti ini? Saya teringat waktu mereka masih kecil setiap kali saya dan istri mau pergi untuk pelayanan baik itu doa maupun COOL, saya pasti mengunci anak saya di dalam rumah. Sampai saya merasa kurang dekat dengan anak, bahkan waktu saya juga kurang buat mereka sehingga sekarang anak saya harus mengalami penyakit ini.
Akhirnya saya memutuskan untuk berdoa selama 3 hari. Pagi, siang, dan sore saya membaca Firman Tuhan. Saya ingat cerita tentang Ayub, anaknya mati bahkan hartanya habis, namun Ayub bisa menerima. Sayapun berusaha menyesuaikan diri untuk dapat menerima apa yang terjadi dalam keluarga kami; secara khusus terhadap Yefta. Saya masih terus bertanya, kenapa hal ini bisa menimpa keluarga kami. Dokter sempat mengatakan kalau penyakit ini langka, hanya 1:54000, jadi saya berpikir kenapa bisa?
Di hari ketiga saya berdoa dan berkata kepada Tuhan kalau saya tidak punya uang. Tetapi entah kenapa saat itu saya bersyukur dengan keadaan saya dan saya berpikir jika saya mempunyai uang, saya bisa membawa anak saya berobat, dan ceritanya pasti akan berbeda. Kenapa berbeda? Karena waktu saya mengalami ini saya mengerti mengenai perjalanan rohani saya bersama Tuhan. Melalui kejadian ini saya hanya bisa berdoa dengan sungguh hati karena hanya mengandalkan Tuhan saja dan tidak ada yang lain. Saya berseru dan setengah memaksa kepada Tuhan meminta kesembuhan atas hidup Yefta.
Selama 3 hari berjalan saya membaca banyak kesaksian mengenai orang-orang yang mengalami penyakit GBS ini, yang dimulai dari tahun 2017 lalu mundur ke tahun 1996. Ternyata penyakit GBS ini di tahun 1996 menyerang orang dewasa namun beberapa tahun belakangan ini menyerang anak-anak yang usianya 8 atau 9 tahun. Banyak juga kejadian orang-orang harus menggadaikan sertifikat rumah dan ada juga yang ditipu karena perawatan untuk kesembuhan penyakit ini membutuhkan uang yang banyak, apa lagi beberapa tahun belakangan ini belum ada kepastian medis.
Kemudian dokter menyampaikan kepada saya untuk menyiapkan biaya yang diperlukan, karena ada 1 jenis obat yang harus disuntikan, harganya 1 juta rupiah/ml, sedangkan untuk 1 harinya harinya Yefta membutuhkan 5 ml. Berarti untuk biaya obat 1 hari saya membutuhkan 5 juta, belum lagi alat-alat yang lainnya. Namun saya tidak bisa berhenti di titik itu saja, karena pengobatannya membutuhkan waktu yang panjang hingga masuk ke tahap terapi.
Setelah mendengar penyampaian dokter tersebut, tiba-tiba ditelinga saya seperti ada suara yang menyebutkan "kefir". Kembali saya membaca kesaksian orang-orang yang mengalami GBS ini mulai dari tahun 2017 ke tahun 1996. Saat sedang membaca, ada satu pernyataan yang berkata, jangan khawatir GBS bisa disembuhkan. Hal itu membuat saya merasa kuat. Akhirnya saya menemukan kefir tersebut. Saat membeli kefir, saya bertanya apakah benar ini untuk penyakit GBS dan orang itu menjawab tidak tahu, malah dia berkata kalau kefir ini sudah ada sejak 6 bulan yang lalu, tetapi tidak ada seorang pun yang membelinya. Tetapi saya tetap membeli kefir itu karena saya percaya ini adalah tuntunan dari Tuhan.
Walaupun Yefta akan mengkonsumsi kefir, tetapi kami tetap berdoa dan mengandalkan Tuhan. Sebelum anak saya mulai minum kefir, saya berkata kepada Yefta, “Kamu sudah tahukan penyakit GBS ini bisa mengakibatkan kematian?” Yefta menjawab, "Iya Papi." Saya juga bertanya kalau sampai dipanggil Tuhan apakah Yefta siap? Lagi jawab Yefta: “Iya Papi, siap.” Memang keadaan keluarga kami sehari-hari hanya mengandalkan Tuhan dan mujizat-Nya.
Seiring berjalannya, waktu pada bulan Februari 2019, Yefta yang biasanya dibasuh dan gosok gigi bersama maminya di kamar tiba-tiba tidak ada di kamar. Istri saya memanggil saya dengan suara yang lantang dan bertanya di mana Yefta? Saat itu saya langsung ke kamar dan berlari ke bawah untuk mencari anak saya, ternyata anak saya sudah bisa bangun dan gosok gigi sendiri di kamar mandi.
Ajaib sungguh ajaib Tuhan Yesus. Saat itu saya sangat mengucap syukur karena Tuhan begitu luar biasa dan betapa Tuhan Yesus baik, karena untuk orang yang mengalami penyakit ini untuk melangkah saja sangat susah bahkan dibutuhkan waktu selama 2 tahun untuk terapi jalan setelah pengobatan. Tetapi Yefta bisa sembuh dalam waktu yang sangat singkat. Tuhan sungguh sangat baik, Haleluya!
Ketika kita sungguh-sungguh percaya dan mengandalkan Tuhan, itu adalah kunci mujizat dalam kehidupan kita. Tuhan Yesus itu adalah Tuhan yang penuh kuasa dan ajaib. Dialah penyembuh, dan Sang Tabib yang ajaib. Amin.
Sekretariat Pusat
Jl. Boulevard Barat Raya Blok LC-7 No. 48 - 51
Kelapa Gading, Jakarta 14240
Telp. 021 - 452 8436
Sekretariat Operasional
SICC Tower Jl. Jend Sudirman Sentul City Bogor 16810
Telp. 021 - 2868 9800 / 2868 9850
Website: www.hmministry.id
email: info@hmministry.com
Our Media Social :
PENANGGUNG JAWAB
Pdm. Robbyanto Tenggala